Kamis, 06 November 2008

Gubernur Jawa Timur .....

Sehari sebelum Amerika melaukan pemilihan umum untuk memilih Presiden, Jawa Timur terlebih dulu melaksanakan pemilihan umum Gubernur untuk putaran kedua. Kandidat pasangan calon tersisa dua saja (Kofifah dan Mujiono) melawan (Karwo-Saifullah), setelah pada putaran pertama tidak ada yang menang secara mutlak. Sampai tulisan ini ditulis belum ada kepastian siapa yang menang karena menunggu penghitungan suara secara manual, sedangkan menurut lembaga2 survey, pemengangnya adalah Kofifah-Mujiono walau dengan angka perbedaan yang sangat2 tipis. Bukan masalah siapa yang menang, tetapi bagaimana mereka nanti memimpin Jawa Timur itu lebih penting. Pada lanjutan tulisan ini, akan dipaparkan harapan rakyat Jawa Timur pada Gubernur baru nanti, siappun orangnya. Harapan ini disadur dari berbagai media massa mengenai harapan2 dan asa rakyat Jawa Timur terhadap pemimpinnya, terutama tulisan2 di Koran Kompas yang menerbitkan edisi khusus mengenai Pilkada Jatim. Harapan2 tersebut adalah:

1. Sejahterakan Rakyat
"Hidup dengan lebih baik dan mensejahterakan rakyat" merupakan harapan rakyat Jatim pada siapapun Gubernur Jatim terpilih nanti. Sesuai dengan data BPS 2007, 7,14 juta (18%) rayat Jatim hidup dalam kemiskinan, Gubernur yang baru harus mampu untuk mengatasinya. Pengangguran dan kurangnya lapangan pekerjaan yang pada tahun 2006 hanya menampung 18,7 juta orang dari angkatan kerja yang mencapai angka 20,2 juta. Belum lagi inflasi yang cukup tinggi di Jatim, menjadikan hidup orang miskin semakin tertekan, semester awal 2007 angka inflasi telah mencapai 6,43%, jauh lebih tinggi ketimbang tahun2 sebelumnya. Para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, sejak masih 5 pasang sampai mengecil menjadi 2 pasang, masalah ekonomi selalu menjadi fokus dari kampanye mereka. Sedangkan masalah korupsi dan penyelesaian kasus lapindo tidak menjadi perhatian para pasangan calon, cukup menakutkan kalau ternyata gubernur terpilih menjauhi masalah Lapindo.

2. Masalah Buruh
Tidak ada jumlah yang jelas mengenai jumlah buruh pabrik (formal) dan buruh tani dan nelayan serta pekerja rumahan (informal) di Jawa Timur. Belum lagi permasalahan outsourcing yang menjadi legal di bumi Indonesia, semakin menjadikan buruh tertekan dan hidup diperbudak oleh kemiskinan dan kebodohan. Pada tahun 2007 diperkirakan jumlah buruh formal mencapai angka 2,561 juta orang, terbanyak ketiga setelah pertanian (8,2 juta) dan perdagangan (3,7 juta). Banyak tenaga kerja yang terserap di industri tetapi mereka hidup dalam ketertindasan, hak2 buruh seperti yang tercantum pada UU no. 13/2003 jauh dari diperhatikan. Perselisihan dan Pengadilan Hubungan Industri hampir selalu dimenangkan oleh pengusaha (karena mereka mampu membeli aparat yang berwenang). Bahkan bila yang menang buruh, jangan harap eksekusi akan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Belum juga masalah ketimpangan di PHI, masalah buruh kontrak (outsourcing) memperumit posisi buruh dihadapan pemodal, pekerja yang adalah manusia diletakkan lebih rendah ketimbang kepentingan modal dan alat produksi, sangat tidak manusiawi. Buruh kontrak tidadk pernah mendapat kepastian pekerjaan dan bisa dilepas kapanpun oleh perusahaan. Perusahaan tentu lebih menyukai mekanisme buruh kontrak karena penanganan mulai dari perekrutan dan pelepasan sangatlah mudah.
Kesejahteraan buruh dan rendahnya tingkat upah mereka semakin terancam dengan adanya kenaikan harga BBM yang tentu saja diiringi dengan naiknya harga2 kebutuhan pokok. Tuntutan akan kenaikan upah buruh menjadi masalah yang sangat sensitif bagi para calon Gubernur dan tidak ada satupun yang membicarakan masalah ini. Sungguh ironis. Para Calon Gubernur lebih asyik menjanjikan masuknya investasi dan sejumlah calon investor yang mereka janjikan akan masuk ke Jawa Timur. Kita lihat saja kiprah mereka yang terpilih menyelesaikan masalah perburuhan di Jawa Timur.

3. Kemiskinan
Angka kemiskinan di Jawa Timur sudah mencapai angka 7,1 juta. Selama masa kampanye, masalah kemiskinan merupakan alat kampanye yang paling efektif untung mendulang suara. Janji2 pengentassan kemiskinan selalu digembar-gemborkan sedemikian rupa, janji2 manis surgawi yang entah bagaimana penggenapannya. Warga miskin menjadi komoditas pengumpul suara, karena rakyat miskin mudah diiming2i janji tapi tiada punya keberanian untuk menagihnya.
Walau banyak program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan oleh Pemerintah, tetapi penerapan yang salah alamat menjadi pemicu kegagalan prorgam2 tersebut. Hal ini dikarenakan kurangajarnya petugas pendata dan pembagi yang diiringi oleh lemahnya pengawasan di lapangan. Program pengentasan kemiskinanpun berupa menjadi program bagi2 jatah bagi sekelompok orang yang berwenang.
Keakuratan identifikasi tujuan, pengawasan pelaksanaan di lapangan, pendampingan jangka panjang pada rakyat miskin yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan program pengentasan kemiskinan tidaklah menjadi prioritas Pemerintah. Asal sudah terbagi dan asal sudah tersebar (pada kelomlompoknya) maka program dianggap telah berjalan dan dianggap sukses. Mengentaskan kemiskinan bukan perkara mudah, para Calon Gubernur merasa dirinya peduli pada saat kampanye, tetapi pada saat mereka meminpin, terasa janji2 itu tidak pernah diucapkan dan terlupakan begitu saja. Kita akan tagih janji2 mereka (siapapun yang terpilih) pada saat mereka memimpin Jawa Timur nanti.

4. Pengembangan Wilayah
Jawa Timur memiliki luas wilayah 47.922 Kilometer persegi dengan total penduduk 37.478.737 jiwa, sumber daya alam dan manusia yang sedemikian besar menjadikan Jawa Timur sebagai daerah yang berpotensi untuk maju. Tetapi masalah kesenjangan wilayah di Jawa Timur sedemikian berat. Jawa Timur Utara seperti selalu membangun dan membangun, sedangkan Jawa Timur Selatan seperti tidak terurus dan terbiarkan begitu saja. Investasi seperti selalu dilakukan di kawasan utara Jawa Timur. Kurangnya akses dan pasar di Jawa Timur Selatan menjadikan kawasan selatan Jawa Timur tertinggal dengan kawasan utara.
Kelemahan pembangunan di Jawa Timur lebih dikarenakan tidak adanya desain pembangunan yang jelas dan mapan untuk Jawa Timur ini. Belum lagi selama ini pembangunan dilakukan serampangan tanpa melakukan analisis sosial dan ekonomi dengan benar. Pembagunan Jalan Lintas Selatan yang harapannya mampu membuka daerah selatan malah banyak merusak kawasan hutan dan pertanian. Sedangkan pembanbunan jembatan Surabaya Madura (SuraMadu) melupakan rakyat nelayan yang ada di sekitar ujung jembatan. Pekerjaan rumah yang tidak mudah yang harus dibereskan oleh Gubernur terpilih nanti.

5. Revitalisasi Pasar Tradisional
Persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern terdengar sejak lama, tetapi permasalahan yang dulu hanya terjadi di perkotaan telah bergeser dan mulai masuk ke pelosok2. Pergeseran preferensi belanja dari pasar tradisional yang terdistorsi sebagai tempat belanja yang becek, bau, dan seadanya ke pasar modern yang nyaman dan berAC walau lebih mahal telah menjadi masalah dalam pengembangan ekonomi rakyat. Semakin menjamurnya toko2 ritel dalam skala kecil sampai ke pelosok2 desa telah menggeser perekonomian rakyat menjadi perekonomian kapitalis.
Membatasi jumlah peritel bukan solusi bijak tetapi yang perlu dilakukan adalah pembenahan ke dalam, pembenahan pada pasar2 tradisional, sehingga menjadi tempat belanja yang nyaman dan menyenangkan sekaligus tetap murah. Selain itu tentu saja pemberdayaan para pedagang dan pengelola pasar menjadi tugas penting bagi Pemerintah dimasa2 mendatang, khususnya pembenahan mental pedagang yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek semata. Gebernur selanjutnya dituntut bukan mengadu dan memperhadapkan kedua pasar tersebut tetapi bagaimana mengharmonisasikan kedua pasar tersebut menjadi pasar yang nyaman dan menyenangkan bagi semua rakyat Jawa Timur.

6. Olah Raga
Jawa Timur menjadi juara umum pada PONXVII/2008, sebuah prestasi fenomenal karena berhasil diraih di luar Jawa Timur. Puslatda yang telah dilakukan sejak tahun 2005 tidaklah sia2. Gubernur terpilih diharapkan mampu melanjutkan kejayaan Jawa Timur sebagai gudang atlit dan arena pengodokan atlit yang akan berprestasi bukan hanya pada tingkat nasional tetapi diarahkan menuju prestasi bertaraf internasional. Masalah pelik selain masalah pembinaan adalah masalah kesejahteraan atlit. Tidak bisa dipungkiri para atlit (amatir) tidak punya kehidupan yang layak di masa tuanya bila hanya mengandalkan ke atlitannya semata. Diharapkan dukungan Pemerintah Jawa Timur tehadap para atlit bukan hanya mempersiapkan mereka atau saat mereka berprestasi tetapi juga setelah mereka tidak lagi berprestasi. Diharapkan dengan adanya jaminan masa tua, atlit semakin bisa berprestasi dan semakin fokus pada pembinaan yang mereka jalani.

7. Pendidikan
Bukan barang baru lagi kalau masalah (biaya) pendidikan telah menjadi masalah seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya biaya pendidikan tetapi juga peralatan pendidikan serta perlengkapan pendidikan masih menjadi barang mahal bagi sebagian (besar) rakyat Jawa Timur. Kesadaran pendidikan di Indonesia cukup tinggi tetapi masalah biaya seringkali menjadi kendala yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Angka kemiskinan yang mencapai 7,1 juta menunjukkan bahwa masih ada begitu banyak rakyat Jatim yang bermasalah dengan biaya pendidikan. Bukan hanya DPP dan SPP, tetapi juga sepatu, tas, seragam, dan tentu saja buku tulis dan pelajaran. Bukan perkara mudah untuk mencukupinya. Belum lagi semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi pula tuntutan biaya yang harus dipenuhi.
Sayangnya, tingginya biaya pendidikan tidak sebanding dengan prestasi pendidikan yang dicapai oleh peserta didik. Semakin bagus tempat pendidikan, semakin tinggi pula biaya yang diminta, semakin sempit pula peluang anak2 pandai masuk ke sekolah yang memadai, makin kecil pula kesempatan berprestasi. Salah satu pangkal masalahnya ternyata alokasi APBD Jatim untuk pendidikan cuma 15%, masih jauh dari yang disyaratkan oleh Undang2.
Keinginan Pemerintah untuk mewujudkan Wajib Belajar 12 tahun dan pemenuhan subsidi pendidikan sebesar 20% dari APBD merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Gubernur terpilih nanti. Janji sudah diumbar oleh semua pasangan calon Gubernur, janji untuk mengadakan pendidikan murah, janji yang akan kita tuntut penggenapannya pada saat mereka berkuasa nanti.

8. Budaya
Jawa Timur terkenal dengan kekayaan budayanya, mulai dari Reog Ponorogo, Karapan Sapi Madura, Ludruk dan Remo Suroboyo, Tari Topeng Malang, Gandrung Banyuwangi dan masih banyak hasil karya dan karsa manusia Jatim yang berwujud seni adiluhur dan telah menjadi ikon budaya Jatim. Keragaman dan kekayaan seni dan budaya tradisional saat ini mengalami gempuran yang begitu hebat dari budaya pop yang berasal dari mancanegara, memprihatinkan. Gubernur JAtim terpilih nanti harus memberi perhatian lebih pada seni dan budaya lokal untuk menghidupkan kembali dan bahkan memuncaki tangga tertinggi prestasi kebudayaan. Bila tidak, Jatim akan masuk pada masa suram budaya dan hanya menjadi sapi congek penganut budaya manca. Seni dan budaya bukan hanya masalah berkesenian tetapi telah menjadi identitas dan jati diri Jatim sebagai daerah yang berdaulat.

Pertumbuhan ekonomi boleh menjadi prioritas, pembangunan infrastruktur boleh menjadi pekerjaan utama, tetapi pendidikan, olah raga, dan seni budaya tidak boleh terlupakan dan terpinggirkan. Semua ini dengan tujuan membangun manusia Jatim yang seutuhnya. Demikianlah kira2 pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh siapapun Gubernus Jawa Timur terpilih nanti. Pekerjaan rumah yang harus mereka kerjakan dengan baik, apalagi yang telah mereka janjikan semasa kampanye. Pekerjaan rumah yang akan banyak ditagih oleh banyak rakyat Jawa Timur. Selamat terpilih dan selamat bekerja menjadi Gubernur Jawa Timur.

Senin, 03 November 2008

Krisis Keuangan Global 1

Ancaman Krisis Global
Diawali oleh krisis karena kredit perumahan macet (subprime mortgage) di AS. The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat berusaha mencegah krisis yang lebih jauh. Untuk mencegah krisis The Fed melakukan pemotongan suku bunga, paket stimulus ekonomi senilai USD 163 Milyar, dan injeksi likuiditas yang mencapai USD 700 Milyar.
Tetapi krisis semakin meluas sampai menyentuh ke system perbankan dan sector keuangan, bahkan seluruh sector ekonomi. Bukan hanya di Amerika Serikat tetapi bahkan ke seluruh dunia. Amerika Serikat mengalami Financial Meltdown, hengkangnya investor, dan aksi rush (walau telah diinjeksi USD 200 milyar dengan fasilitas term action) untuk menyelamatkan investasi Bear Stearns dan akuisisi dengan JP Morgan. Pada dasarnya, institusi financial Amerika Serikat seperti zombie, masih beroperasi tetapi pada dasarnya telah mati.
Investasi pasar modal untuk mencegah anjloknya harga saham, suku bunga dipotong bahkan pada saat hari minggu, injeksi likuiditas pada perbankan, tetapi masih kurang karena outstanding subprime mortgage mecapai USD11 milyar.

Krisis Amerika Serikat menjadi Krisis Global, system financial global terancam mengalami kegagalan. Dampak dari krisis di AS memengaruhi perbankan dan lembaga investasi Negara lain. The Fed menyediakan tambahan likuiditas USD30 Milyar untuk mendukung akuisisi Bear Stearns dan JP Morgan Chase. Hal ini dilakukan untuk mencegah krisis kepercayaan pada lembaga keuangan USA.
Sebagai pembanding, krisis long-term capital management (LTCM) – hedge fund pada tahun 1998 yang diikuti dengan ambruknya beberapa lembaga keuangan di AS menyebabkan The Fed untuk melakukan bailout. Potensi kredit macet Bear Stearns adalah sebesar USD900 Milyar atau 7x (tujuh kali lipat) dari LTCM dan pastinya akan memicu krisis yang lebih besar lagi. Belum lagi deficit transaksi di AS mencapai 8%, rasio utang (PDB) 330%, rasio utang rumah tangga 100%, dan utang kartu kredit sebesar USD790 Milyar. Sejak krisis yang terjadi per Juli 2007, harga saham global telah mengalami penurunan sebesar 10%, kerugian akumulatif sebesar USD5 Trilyun, dan krisis likuiditas pada seluruh system financial.

Bom Waktu Derivatif
Pertumbuhan derivative di pasar modal pada tahun2 terakhir membawa ancaman terjadinya krisis. Catatan dari The Sovereign Society menyatakan bahwa transaksi derivative adalah penyebab resesi pada tahun 2001 dan 2008 ini di Wall street. Juga sebagai penyebab krisis di Asia pada tahun 1997/1998.

Derivatif adalah instrument keuangan untuk mengurangi risiko karena pergerakan harga, tetapi malah menjadi instrument spekulasi bagi investor. Di AS transaksi derivative pada tahun 2007 mencapai USD516 trilyun. Padahal PDB di AS hanya sebesar USD15 Trilyun dan PDB Global hanya mencapai USD50 Trilyun, dan kapitalis pasar modal sedunia hanya USD100 Trilyun.

Hipotek kepemilikan rumah (subprime mortgage) merupakan salah satu instrument derivative. KPR diberikan pada orang2 yang secara financial tidak layak menerima kredit. Hipoteknya oleh Bank dijadikan jaminan sekuritas (mortgage backed securities) yang diperdagangkan di pasar sebagai instrument investasi. Investor tidak tahu kalau yang dijadikan jaminan buruk dan akan macet apsa suatu saat.
Bank Investasi memanfaatkan jasa pemeringkat sekuritas untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, walau sampah bisa dapat AAA. Bagaimana mungkin terjadi di AS yang mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan good governance. Jangan2 karena mafia perbankan yang memiliki koneksi kuat dengan The Fed atau Pemerintah AS.

Mengapa subprime mortgage berkembang pesat:
1. Dari sisi konsumen menguntungkan karena mereka yang tidak layak memperoleh kredit dapat memperoleh kredit (KPR).
2. Bagi bank, mendapatkan fee dari penerbitan sekuritas berbasis subprime mortgage dan marjin sebesar selisih suku bunga kredit yang dibebankan oleh KPR.
3. Para dealer dan broker sekuritasnya mendapat keuntungan dari menjual sekuritas berbabasis mortgage ke investor dan komisi penjaminan.
4. Investor dapat mendiversivikasikan mortgage untuk portofolio investasi.
5. Bagi perekonomian akan memperluas pendanaan KPR menciptakan sumber pendanaan baru bagi bank dan lembaga keuangan lainnya serta mendorong integritas modal dan pasar uang.
6. Bagi pemerintah, menciptakan bubble untuk mempertahankan booming ekonomi yang berasal dari bubble yang lain. Contoh bubble dari real estate di AS sengaja diciptakan untuk menutup krisis karena bubble industry dot.com pada tahun 2001 (Allan Greenspan, Mantan Direktur The Fed).
7. Secara politis, likuiditas dan suku bunga rendah adalah tanda ekonomi suatu rezim bagus sehingga dengan sengaja diciptakan kondisi ini.
8. Booming ekonomi menarik dana asing sehingga dapat dipergunakan untuk menutup deficit anggaran Pemerintah AS.

Saat ini subprime mortgage mencapai USD600 Milyar dan tentu saja derivatifnya akan jauh lebih besar. Kondisi ini akan mengancam 6 juta keluarga yang akan kehilangan rumah (mortgage). Krisis keuangan yang terjadi di AS akan mengancam pada ekonomi secara global. Kerugian subprime mortgage yang telah mencapai USD300 Milyar dan akan menyentuh USD1 Trilyun, akankah ditutup oleh The Fed?.

Subprime mortgage
Subprime mortgage 73% diberikan pada kaum kulit hitam dan hispanik sedangkan 17% saja diberikan pada kulit putih. Saat ini 65% penduduk AS merosot kekayaannya dan bahkan sebagian besar terancam kehilangan rumahnya. Hal ini terjadi karena financial rulling class yang tetap dan bahkan bertambah makmur. The Fed malah mengucurkan likuiditas (soft money) untuk menggelembungkan perekonomian. Hal ini akan mengakibatkan kebangkrutan missal.
Paket stimulus berupa kucuran dana sebesar USD168 Milyar (per 13 Februari 2008) hanya menguntungkan sekelompok orang kaya saja. Kondisi ekonomi memburuk tetapi Presiden As, George Bush malah haus perang, bahkan menyatakan bahwa perang bagus bagi perekonomian (wawancara pada Today Show) “karena banyak perlengkapan perang diproduksi, berarti banyak lapangan pekerjaan”. Padahal ongkos perang di Irak diperkirakan pada awalnya “hanya” USD50—60 Milyar, telah membengkak menjadi USD845 Milyar pada saat ini, bahkan Prof Stiglitz memperkirakan biaya perang telah mencapai USD3 Trilyun.
Biaya perang tersebut belum dihitung dengan biaya2 perang dari negara2 lainh dan terutama Irak yang negaranya hancur berantakan. Perang Dunia ke II saja hanya menghabiskan USD5 Trilyun. Belum lagi AS masih harus menanggung biaya perawatan untuk veteran perang dan penggantian alat2 perang. Sebagai catatan, biaya perang di Irak untuk 4 hari saja dapat dipergunakan untuk melakukan riset autis selama 1 tahun atau member beasiswa bagi 43 juta mahasiswa dari masuk kuliah sampai menjadi sarjana di Amerika sana.
Cara Pemerintah AS dan The Fed untuk mengelabui kondisi perekonomian yang ambruk ini adalah dengan kucuran likuiditas, regulasi yang longgar terhadap penyaluran kredit, dan suku bunga rendah. Bahkan saat ini, Utang AS pada luar negeri telah mencapai USD9 Trilyun. Perang Irak dan Afganistan telah menguras asset Amerika Serikat senilai USD16 Milyar perbulan.


Indonesia dalam Mengahadi Krisis Global
Krisis keuangan yang terjadi pada saat ini kurang bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, begitu penuturan Joachim Von Amsberg, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, seperti yang dimuat pada Kompas 26 Maret 2008.
Krisis keuangan global mengakibatkan harga minyak mentah turun sebagai akibat dari turunnya permintaan minyak oleh negara2 maju. Sedangkan harga komoditas meningkat tajam di pasar dunia. Kondisi mengakibatkan inflasi harga kebutuhan pangan (sebesar 10,2%) yang memukul masyarakat miskin. Selain itu kesenjangan ekonomi antar daerah menjadi semakin melebar karena ketidakmerataan kepemilikan SDA.
Kelambanan Pemerintah Indonesia mengantisipasi gejolak krisis global, Pemerintah memang melakukan subsisdi untuk rakyat miskin tetapi tidak menyentuh masyarakat miskin. Peningkatan pendapatan dari komoditas (CPO dan sawit serta hasil tambang) tidak digunakan untuk membiayai sector strategis seperti pertanian dan infra strktur, di lain pihak sector tambang dan migas menurunkan produksinya.

Sepertinya Indonesia belum siap menghadapi krisis global, seperti yang dikemukakan oleh Prof. Steve H. Hank dari Johns Hopkins University – USA. Salah satu indikasinya adalah penetapan inflasi yang tidak realistis. Ekspekstasi inflasi tidak dalam kondisi terkendali (5%). Kenyataannya inflasi terus melaju.
Indonesia diharapkan tidak mengikuti kebijakan The Fed USA dengan memangkas suku bunga. Bank Indonesia seharusnya berfokus pada penguatan nilai rupiah, sedangkan di AS The Fed menurunkan bunga dan menginjeksi likuiditas karena naiknya permintaan pasar.
Peningkatan ekononmi karena naiknya dorongan moneter atau yang lazim disebut bubble economic tidak akan bertahan lama akan berdampak jauh lebih buruk lagi.

Senin, 27 Oktober 2008

3 Hari Di Lampung dan Semalam di Jakarta

Senin sampai Kamis, 20--23 Oktober 2003, aku atau tepatnya kami, aku dan temanku, mbak cecil, melakukan perjalanan kecil dari Malang menuju Lampung dan Jakarta. Kami melakukan perjalanan dalam rangkaian Pelatihan untuk Kelompok Pekerja Rumahan di Lampung dan sekalian maping, dan juga maping di Jakarta, khususnya di Tanah Abang.
Padahal tubuh dan pikiran kami lelah karena sehari sebelumnya kami (HWPRI dan MWPRI) masih harus melakukan Bakti Sosial berupa Pasar Murah dan Pengobatan Gratis dalam rangka ulang tahun HWPRI ke 13. Persiapan seminggu serasa kurang walau acara berjalan dengan sukses dan lancar, walau masih banyak kekurangan di sana-sini, walau sudah mendapat tenaga tambahan relawan dari Universitas Ma Chung.
Keberangkatan pada Senin pagi buta menambah beban pegal-pegal di tubuh dan kelelahan yang semakin memuncak. Belum lagi harus transit di Jakarta yang mengharuskan kami berpindah terminal, sungguh pengalaman yang tidak mengenakkan, untung pesawat tidak mengalami penundaan alias delay. pukul 9 pagi kami menginjakkan kaki di tanah sumatera dan setelah menempuh perjalanan darat 1 jam, sampailah kami di rumah seorang kawan, Sony namanya.
Sony-lah yang mengundang kami untuk menjadi fasilitator pada pelatihan untuk pemimpin kelompok pekerja rumahan di Kabupaten Pesawaran, arah Teluk Betung dari Bandar Lampung. Hanya beristirahat sejenak, sekedar menghilangkan haus dan dahaga, Sony mengajak kami ke lokasi pelatihan dan bertemu dengan seorang pemimpin kelompok yang sudah kami kenal sebelumnya, mbak Daryuti yang pernah mengikuti pelatihan di Malang. Dari Bandar Lampung kami menempuh waktu 1 jam dan sampailah di lokasi pelatihan, Desa Sidodadi, Kecamatan Hanura, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Kabupaten baru yang notabene berisi anak keturunan transmigran gelombang pertama. Di lokasi kami tidak serasa di Sumatera tetapi di Banyumas - Jawa Tengah, karena hampir seisi desa orang tua dan kakeknya berasal dari daeah Banyumas dan sekitarnya, dan masih tetap berbahasa jawa layaknya nenek moyang di tanah Jawa.
Sepulang dari lokasi kami berkesempatan menyaksikan kawasan wisata dalam kota yang menyajikan hutan kota dengan segerombolan monyet, daerah lindung yang sebenarnya masuk kawasan perumahan elit dan berdampingan dengan beberapa hotel bagus. Pemerintah setempat sadar untuk menjaga kelestarian alam dan budaya walau pembangunan kawasan tetaplah bergulir, berbeda dengan kota kami di Malang - Jawa Timur, Pemerintahnya buta karena uang dan kekuasaan, kawasan yang bisa menjadi cagar alam, cagar budaya, dan resapan air berupa hutan kota (APP) dan seputar stadion (Gajayana) telah berubah menjadi mall megah nan congkak. Hancurlah lingkungan Kota Malang, hancur pula daerah resapan air, hancur pula keaslian kota Malang dan berganti menjadi gaya hidup hedonis konsumtif. Kegoblokan dan kerakusan yang mengakibatkan kehancuran.
Malam menjjelang kami berkesempatan melihat geliat kota Bandar Lampung yang lain, kehidupan trans seksual dan homo seksualitas yang di Lampung seperti bukan sesuatu yang tabu. Ohya, kawanku, kawan Sony adalah seorang Gay yang tidak munafik dengan berpura2 menjadi pria normal, tetapi dia berani tampil apa adanya. Jangan salah dan jangan remehkan dia, kawanku ini punya banyak aktivitas sosial dan seabreg prestasi dalam melakukan pendampingan dan pengembangan komunitas. Bukan hanya untuk kalangan Gay dan trakseksual, tetapi pada mereka semua yang tertindas dan di marjinalkan. Dampingan kawanku ini menyebar di seluruh Lampung bahkan sampai ke pulau2 kecil di lepas pantai Lampung. Prestasi yang layak dibanggakan dan dijadikan tauladan. Padahal banyak orang yang merasa normal dan suci tetapi tidak punya hati seperti kawanku ini, hati yang melayani bagi mereka yang tertidas dan termarjinalkan.
Malam berganti dan pagi menjelang, pelatihan pun dilaksanakan, 2 hari serasa waktu yang teramat singkat, bukan hanya bagi kami yang masih banyak keinginan dan ilmu yang ingin kami bagikan, tetapi juga bagi peserta yang seperti haus menimba ilmu dan pengetahuan yang kami sampaikan. Tetapi semua harus kami selesaikan walau jauh dari kata tuntas, kawanku Sony dan rekan2nya berjanji akan terus mendampingi dan membuat rakyat miskin, khususnya perempuan menjadi berdaya dan mandiri.
Sebagai catatan, bukan PR panjang yang masih harus dikerjakan, tetapi mengenai cuaca saja. Di pedesaaan yang rindang sekalipun, hawa panas tidak tertahankan, apalagi bagi aku yang tidak tahan terhadap panas dan selalu berkeringat. Keringatku menetes seperti orang mandi saat melakukan pelatihan dan saat menjadi fasilitator, siksaan tersendiri sekaligus pengalaman tersendiri. Tersiksa tapi bahagia dan bangga, serasa tidak sia2 karena antusiasme dan tanggapan positif para peserta. Semoga benih kecil yang kutanam ini akan tumbuh, berkembang, dan berbuah lebat di masa2 yang akan datang.
Catatan mengenai Lampung, khususnya Pesawaran, desa yang makmur, subur, dan mengahasilkan begitu banyak buah, mulai dari durian, apukat, petai, pisang, coklat, melinjo dan lain2nya, rupanya belum terurus denga baik dan bijaksana. Bila panen melimpah, hasil panenan terbuang dengan percuma, bila satu buah berhenti panen, buah lain akan menyusul menuai panen, terus berputar terus menerus. Kondisi ini mengakibatkan kebutuhan untuk mengelolah dan mengembangak hasil panen yang terbuangpun tiada, padahal kalau dikelolah dengan baik akan banyak produk olahan yang dihasilkan dan akan mendatangkan pendapatan yang jauh lebih tinggi lagi. Sayang tiada orang yang mampu mengajarkan ilmu tersebut, sedangkan kaum cerdik pandai dari perguruan tinggi di Lampung lebih asyik menjadi pendukung industri besar perkebunan kelapa sawit dan karet, tentu saja karena menghasilkan begitu banyak uang ketimbang bekerja bersama rakyat. Orang2 pandai yang hanya mau mencetak uang ketimbang menjadikan rakyat berdaya. Pandai tapi rakus dan mata duitan.
Dua (2) hari yang mengesankan, dua hari yang terasa kurang sama, amat sangat kurang bahkan. Suatu hari nanti aku khan kembali di sana untuk berbagi dan menanam benih kemandirian dan semangat perjuangan untuk hidup lebih baik dan berdaya tanpa harus bergantung pada orang lain, apalagi berharap pada Pemerintah yang sepertinya buta dan tuli terhadap suara2 rakyat yang membutuhkan.
Rabu sore perjalan kami lanjutkan ke Jakarta, Kawan kami yang lain, Titin dan mas Zain suaminya, telah menunggu kami dan siap mengantar kami untuk berkeliling di kawasan pekerja rumahan di Tanah Abang. Memasuki kawasan Tanah Abang, tepatnya di Desa Kebon Melati, trenyuh hati rasanya, bagaiaman kehidupan berjalan di dalam gang2 sempit, kotor, dan kumuh, ciri khan kawasan miskin kota. Tetapi semangat untuk hidup, berjuang, dan berorganisasi tetap menyala terang dihati para rakyat miskin kota, pekerjaan sebagai pekerjaan rumahan dalam bentuk apapun tetap dilakukan oleh ibu2 dengan setia, anak2 putus sekolah mengamen tetapi terorganisir dengan adanya sanggar, anak2 kecil tetap bersekolah, walau Taman Kanak2 yang dibangun bersama mbak Titin dalam waktu dekat akan dibongkar karena alasan normalisasi sungai.
Begitu berat beban hidup di Jakarta, tetapi mengapa tetap saja banyak orang ingin ke Jakarta untuk sekedar menumpang hidup. Belum lagi ketimpangan sosial yang begitu mengangga lebar menjadikan Jakarta seperti etalase indah dengan barang rombeng di dalamnya. Seperti wajah Indonesia pada umumnya, penuh rias make up tetapi bopeng di dasarnya.
Perjuangan belum selesai, jauh bahkan dari kata selesai, kembali ke Malang, semangat perjuangan semakin berkobar dan menyala. Ternyata Indonesia bermasalah dari pusat di Jakarta sana sampai ke seluruh pelosok desa bahkan hutan yang terlebat sekalipun.
Tetaplah berkobar semangat berjuang hai jiwaku, tetaplah menyala terang api suluh jiwa untuk berjuang meneguhkan kembali kedaulatan rakyat. berjuang sampai Indonesia benar2 MERDEKA ..........

Kamis, 16 Oktober 2008

AIR..... AIR..... AIR......

Pada puncak kemarau saat ini, banyak daerah kekurangan air. Bukan saja air untuk pertanian dan aktivitas usaha lainnya, bahkan untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus atau malah untuk sekedar memasak dan minumpun menjadi sangatlah susah. Tetapi di beberapa daerah lain di belahan Nusantara ini, air berlimpah banyak karena hujan telah datang. Bukan saja berlimpah tetapi telah berubah menjadi musibah karena menjadi banjir. Di sebagian daerah, setitik air menjadi sangatlah berharga tetapi di beberapa daerah yang lain, air malah menjadi bencana.
Semua ini terjadi bukan karena alam telah murka atau Tuhan sudah bosan dengan kita, manusia yang serakah ini. tetapi semua berawal dari kesalahan dan keserakahan manusia itu sendiri. Manusia menjadi serakah karena tidak dengan cerdas dan cermat mengelolah air, manusia menjadi bodoh karena menebangi hutan dan merubah daerah tangkapan air menjadi bangunan dan berbagai gedung2 megah, manusia menjadi tidak memperdulikan saluran2 air dan menjadikannya tempat penampungan sampah besar, manusia melakukan kejahatan terhadap air. Dan akhirnya, air mencari keadilan dengan caranya sendiri.

Hari air sedunia juga telah dicanangkan, Hari Air telah disepakati akan diperingati setiap tanggal 22 Maret, hasil dari Sidang Umum PBB ke 47 di Rio De Janiero Brasil pada tanggal 22 Maret 1992. Di daerah atau negara yang menyimpan persediaan air terbesar di dunia. World Water Day nama Internasional dari Hari Air Sedunia diperingati dengan menggunakan thema2 tertentu. Pada tahun 2000 berthema Air untuk abad 21, untuk tahun 2001 berthema Air untuk kesehatan, pada tahun 2002 berthema Air untuk pembangunan, pada tahun 2003 berthema Air untuk masa depan, pada tahun 2004 berthema Air dan bencana, pada tahun 2005 berthema Air untuk hidup, pada tahun 2006 berthema Air dan budaya, pada tahun 2007 berthema coping with water scarsity, pada tahun 2008 berthema Air dan sanitasi. Thema selalu berhubungan dengan masalah ketersediaan air bersih dengan masalah laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan masalah pencemaran.

Pentingnya Air
Ishadi SK menyatakan bahwa air adalah zat cair yang dinamis bergerak dan mengalir melalui siklus hidrologi yang abadi. Kompas, 05 Oktober 2007 mengemukakan 24 juta penduduk Indonesia tidak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dan air bersih, tertinggi di ASEAN.

Siklus Hidrologi:
Pertama, penguapan dari laut ke udara adalah 502.800 km3 + daratan 74.200 Km3/tahun.
Kedua, curah hujan dr penguapan jatuh ke laut 458.000 km3 + daratan 119.000 km3/tahun.
Ketiga, Air di daratan 44.800 km3 terbagi menjadi 42.700 km3 mengalir di permukaan tanah dan 2.000 km3 mengalir di bawah tanah, dan semuanya mengalir ke laut.

Masalah yang harus dihadapi saat ini pertumbuhan penduduk, perluasan tempat tinggal, perluasan areal fasilitas publik, kegiatan sehari-hari (mandi, cuci, dan kakus), dan produksi (menanam) bahan pangan. Air merupakan kebutuhan mutlak manusia yang tidak bisa dielakkan, bahkan 2/3 dari tubuh manusia adalah air. Sehingga manusia harus selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas air.
Water and Sanitation Collaborative Council (www.WSSC.com) menyatakan bahwa sebanyak 2,6 Milyar penduduk bumi atau 40% dari total penduduk bumi tidak mendapatkan akses ke sanitasi dasar dan air bersih. Hal ini akan berpengaruh pada kesehatan dunia dan secara tidak langsung akan memengaruhi lingkungan, pendidikan, dan ekonomi. Pengaruh terhadap kesehatan dunia adalah keterbatasan asupan air, sanitasi yang buruk, dan higienitas. Merupakan penyebab angka kematian yang cukup tinggi, kurang lebi 1,8 juta manusia mati karena diare (data WHO), mayoritas terjadi di Asia dan 90% korbannya adalah anak2.
Air penting untuk kesehatan karena berfungsi untuk kestabilan tubuh (keringat dan kendali suhu), melancarkan pembuangan (membantu sistem pencernaan di usus besar dan mencegah konstipasi), dan menjaga fungsi ginjal. Setiap manusia membutuhkan 2liter air sehari sebagai pengganti keringat, urine, dan kotoran.

Air Bersih dan Kesehatan
Bukan hanya kuantitas air yang harus dijaga, tetapi juga kualitas air tentunya. Air yang akan dikonsumi haruslah layak konsumsi. Karena tubuh manusia 60--70%nya adalah air. Kebutuhan terbesar manusia pada air adalah saat berolah raga, berada di padang pasir, bekerja dalam ruangan ber AC, dan saat terserang diare. Air bersih memiliki aspek fisik, kimia, dan mikrobiologi bagi manusia. Fisik artinya jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Kimia artinya kadar Ph netral dan kandungan mineral terbatas. Mikrobilogi artinya tidak mengandung mikroba penyebab penyakit seperti salmonela (thypus) dan ecoli (diare).

Di Indonesia, air via PDAM dan PAM berupaya untuk meningkatkan kualitas air melalui proses pengolahan air dgn cara sedimentasi dan filtrasi air spy siap masak. Walau belum secanggih Singapura yang langsung bisa diminum. Kekhawatiran salah masak atau bahkan tidak dimasak sama sekali menyebabkan kecenderungan saat ini masyarakat mengkonsumsi air dalam kemasan. Air dalam kemasan menjadi bisnis yang berkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Bahkan bisnis air dalam kemasan telah berkembang pesat, dari hanya sekedar air mineral, menjadi air minum/mineral berasa, menjadi air minum bervitamin, dan berkembang lagi menjadi bervitamin dan ditambah dengan isotonik.
Masyarakat semakin pandai memilih untuk tidak mengkonsumsi air, memilih yang tidak mengandung pengawet, pewarna, dan gula buatan. Tubuh tidak mampu memproduksi vitasmin sehingga memerlukan pasokan vitamin untuk menunjang daya tahan tubuh sehingga bisnis air minum kemasan bervitamin menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.

Sanitasi dan Ancanam Terhadap Kehidupan
Kotoran manusia sama sekali tidak berguna bagi manusia, bahkan menganggu (bau dan jijik) sekaligus sumber penyebaran penyakit. Rasa malu dan jijik merupakan pintu masuk untuk menyosialisasikan masalah sanitasi (jamban dan septic tank).
Sanitasi total adalah bila sebuah rumah telah memiliki jamban yang sehat untuk pembuangan tinja. Selain itu ada kebiasaan dalam keluarga tersebut untuk mencuci tangan dengan sabun, meyimpan air dan makanan dengan aman, dan mengatur limbah air domestic. Dampak kesehatan karena pengelolaan air yang buruk di Indonesia menyebabkan penyakit Diare (423/100 penduduk), Tipus (23/100.000 penduduk), Polio, dan Cacingan.
Intervensi untuk mencegah diare dilakukan dengan cara praktik cuci tangan, meningkatkan sanitasi, dan penyediaan air bersih. Hal yang terpenting dalam kesehatan sanitasi adalah tidak membuang tinja sembarangan, praktik cuci tangan, dan memasak air sebelum minum. Sebagai catatan, air minum di Indonesia 47,5% mengandung E-Coli. Sedangkan kebiasaan mencuci tangan di Indonesia hanya 77% (USAID). Pada masa mendatang, penyadaran pada masyarakat untuk waspada terhadap penyakit dan menjaga kesehatan dengan baik, dengan hidup sehat, perilaku hodup bersih, dan sanitasi memadai perlu dilakukan terus menerus.

Indonesia Merupakan Jamban Terpanjang Di Dunia
Mumbai dan Kalkuta di India terkenal dengan kota terkumuh di dunia (global slum city), sedangkan Indonesia terkanal sebagai jamban terpanjang di dunia. Di Jakarta saha ada kurang lebih 1 juta septic tank dengan 66%nya berjarak kuran dari 10 meter dari sumur. Sedangkan 72,5 juta penduduk Indonesia masih buang air besar di luar rumah (Laporan Pemerintah RI ke MDGs). Bahkan Dep Kesehatan melaporkan lebih dari 100 juta orang Indonesia BAB di luar rumah.
PAda tahun 2000, JUmlah penduduk Indonesia telah mencapai 206,3 juta dengan layanan sanitasi hanya 69% di perkotaan dan 46% di pedesaan. Akses air bersih hanya 60% dari total penduduk Indonesia, 24% dengan system pompa dan 37% dengan system sumur. Laporan dai Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) menyatakan bahwa 70% air tanah di Jakarta terkontaminasi tinja dan bakteri E-Coli.
Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas, 2004) melaporkan bahwa 41% penduduk perkotaan yang terlayani dengan air bersih pipanisasi. 164 PDAM dari 318 PDAM di Indonesia sedang sakit dengan total utang sebesar 5,4 Trilyun. Menurut Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, penduduk yang terlayani sanitasi di Indonesia hanya 55,43% berbeda dengan Singapura yang sudah 100% terlayani, sedangkan Tahiland 96%, Filipina 84,06%, Malaysia 74,7%, dan Myanmar 64,48%. Jeleknya pelayanan sanitasi di Indonesia terkait dengan jeleknya system pembuangan limbah (sewerage system). Di Jakarta saja hanya 1% penduduk Jakarta yang terlayani system pembuangan limbah yang memadai berbeda dengan Kuala Lumpur yang telah mencapi 80%. Lebih jauh lagi, kalau dikaitkan dengan angka kematian bayi, Indonesia memiliki angka kematian 50 per 1000 kelahiran, kedua tertinggi di ASEAN setelah Kamboja. Secara total 200.000 balita mati pertahun di ASEAN, dan 50%nya adalah bayi-bayi Indonesia.
Kendala belum terlayaninya sanitasi di Indonesia dikarenakan fasilitas air dan sanitasi yang belum memadai (MDGs, 2007). Hal ini dikarenakan oleh sebaran penduduk yang tidak merata, beragamnya wilayah di Indonesia, cakupan pembangunan yang sangat besar, keterbatasan pendanaan, belum menjadikan kualitas sanitasi dan air bersih sebagai prioritas pembangunan, menurunnya kualitas air, meningkatknya kepadatan penduduk, masalah kemiskinan, buruknya manajerial operator air minum, belum adanya kebijakan komprehensif lintas sektoral untuk air dan sanitasi, rendahnya kualitas bangunan septic tank, dan buruknya system pengelolaan limbah.

Pendekatan Holistik
Masyarakat Indonesia masih menganggap membuang kotoran adalah masalah domestic dan pribadi dan diperparah oleh Pemerintah yang belum menjadikan masalah sanitasi sebagai prioritas. Data dari Departemen Kesehatan Indonesia, selama 30 tahun terakhir, dana untuk fasilitas sanitasi hanya 820 juta atau sama dengan Rp200/orang. Menurut MDGs Indonesia mebutuhkan dana sebesar Rp50 Trilyun untuk mencapai MDGs 2015, itupuan hanya bisa mencapai 72,5% penduduk yang terlayani air bersih dan sanitasi.
Bisa dibayangkan kalau dana sanitasi hanya 1:214 dana subsidi BBM pada APBN Indonesia. Hal ini mengambarkan bahwa Pemerintah Indonesia sangat lemah dalam visi sanitasi dan belum melihat kebutuhan sanitasi sebagai investasi tetapi hanya sebagai biaya semata. Data dari WHO menyatakan bahwa investasi $1 pada sanitasi akan menghasilkan manfaat ekonomi sebesar $8. Manfaat ekonomi yang diperoleh adalah seperti peningkatan produktivitas, nerkurangnya angka kasus penyakit dan kematian, mengurangi angka kemiskinan, akses pendidikan dan kesehatan masyarakat, kesetaraan genders, pemulihan lingkungan, dan pengurangan pemukiman kumuh.
Indonesia membutuhkan manajemen sanitasi. Manajemen yang menggunakan pendekatan yang menyuluruh dan terpadu, lintas sektoral, terdesentralisasi, dan berbasis masyarakat. Indonesia pernah melakukan dan berhasil dengan cukup baik pada tahun 1980an. Melalui program PKK (10 program pokok PKK), lomba rumah sehat, dan arisan jamban. Bahkan program tersebut diadopsi oleh India dan sangat berhasil tetapi entah mengapa saat ini hilag begitu saja.

Sanitasi, program ke 10 dari MDGs
Menurut laporan Pemerintah Indonesia, hamper dicapai target penurunan sebesar 50% bagi masyarakat yang tidak memiliki akses ke sanitasi dasar dan air bersih. Sedangkan pipa air bersih pada tahun 1992 yang hanya melayani 14,7% masyarakat, pada tahun 2006 telah mencapai 57,2%. Dapat dipastikan antara 72,5 juta—10o juta masayarakat belum terlayani air bersih. Pemerintah Indonesia lebih suka melihat “setengah gelas telah terisi air ketimbang setengah gelas masih kosong”.
Laporan dari Asian Water Watch 2015, ADB, WHO, UNDP, dan UNESCAP menunjukkan Indonesia sebagai salah satu Negara yang paling lambat untuk mencapai target MDGs. Diprediksi, Indonesia tidak akan mencapai target pada waktunya. MDGs merupakan target minimum bagi kehidupan yang lebih baik. Pemerintah Indonesia sangat puas dan sangat bangga dengan target penurunan 50% pertahun, padahal Vietnam memiliki target penurunan 100%. Jangan pula berharap kita akan mampu bersaing dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Konsekuensi dengan tidak terpenuhinya akses air bersih dan sanitasi adalah kesehatan masyarakat yang buruk, angka kematian bayi yang tinggi, malnutrisi dan pravelensi diare, dan kerugian ekonomi. Indonesia memerlukan pembangunan sanitasi, dari 388 kota dan kabupaten di Indonesia hanya 217 kota dan kabupaten yang terlayani. Ditargetkan pada tahun 2008 ini akan ada69 kota/kabupaten yang terlayani pipa air bersih dan 102 sisanya akan dibangun pada tahun 2009. Dilain pihak rencana Pemerintah Pusat untuk membangun pusat pengolahan limbah terhambat oleh Pemerintah Daerah, sehingga diperlukan koordinasi yang lebih pada lagi.
Masalah sanitasi, masalah bersama tetapi rupa2nya di Indonesia belumlah seperti itu. Semoga semua orang kembali memikirkannya, memecahkan permasalahan ini bersama untuk menjadi Indonesia yang lebih baik.

Selasa, 07 Oktober 2008

Perlindungan Satwa dari Sudut Pandang Agama-Agama

Pada tanggal 13 September 2008, ProFauna Wildlife Education Center menyelenggarakan diskusi 3 bulanan dan sekalian Buka Puasa Bersama. Senyampang dengan Bulan Ramadhan maka thema diskusi kali ini adalah PERLINDUNGAN SATWA DARI SUDUT PANDANG AGAMA-AGAMA.
Tinjauan agama dilakukan dari sudut pandang Agama Kristen oleh Bpk. Jahja Filemon (Yayasan Altruis), Agama Buddha oleh Bhikku Pannavato (Selorejo, Blitar) dan dari Agama Islam oleh K.H. Drs., M. Nafi (Ponpes Al-Hikam) yang tentu saja diantarkan oleh Rozeq Nurhawid selaku Chairman dan Founder ProFauna Indonesia.

Pelestarian Satwa Liar dan Animal Welfare, Ekologi-Sosial-Agama-Moral (Rozeq Nurwahid - ProFauna Indonesia)
Secara ekologi dan biologi setiap makhluk (juga satwa) memiliki 2 fungsi, fungsi bagi alam (ekstrinsik) dan fungsi bagi dirinya sendiri (intrinsik). Fungsi intrinsik satwa sebagai dirinya ditandai dengan setiap makhluk hidup memiliki rasa (feeling) baik rasa sakit dan dapat terserang penyakit. Sedangkan nilai ekstrinsik satwa dikarenakan semua makhluk hidup saling berpengaruh dan memengaruhi alam, sebagai contoh adalah rantai makanan dan jaring makanan. Sehingga bila terjadi masalah pada satwa, itu akan menjadi masalah bagi manusia, bila rantai dan jaring makanan terganggu maka kehidupan manusiapun akan terganggu. Seharusnyalah manusia memiliki rasa kasih terhadap satwa dan alam yang merupakan wujud dari kasih pada dirinya sendiri. Apalagi bagi masayarakat agraris, maka ketergantungan pada hutan dan satwa sangatlah tinggi.

Tinjuan Agama Kristen (Yayasan Altruis)
Mengaca dari berita Kompas 13092008, mengenai orang utan yang terkepung oleh perkebunan kelapa sawit di Langkat - Sumut. BKSDA setempat lebih memilih untuk memindahkan orang utan ketimbang melindungi habitatnya, kekalahan ekologis dibanding ekonomis.
Alam memang diciptakan untuk manusia (Kitab Kejadian), tetapi manusia diciptakan paling akhir, sehingga itu menunjukkan gambaran mengenai ketergantungan manusia terhadap alam dan seluruh makhluk yanga ada. Manusia hanya diperkenankan untuk mengelolahnya tetapi bukan untuk mengeksploitasinya.
Manusia sebagai rupa dan gambar Allah seharusnya, sehingga seharusnya manusia memiliki sifat Allah, yaitu Altruis (lawan dari egois) selalu memikirkan kepentingan orang lain dan alam.

Tinjauan Agama Buddha (Bhikku Pannvato)
Keseimbangan alam mendasari pola pikir untuk peduli pada alam dan satwa, dengan tujuan untuk menjaga perdaiaman. Merupakan keharusan dalam ajaran Buddha. Tidak pantas bagi murid Buddha memegang senjata untuk menyiksa dan membunuh binatang, memanfaatkan binatang dengan arif dan bijaksana, memperlakukan binatang dengan kasih sayang dan sesuai dengan sifat alaminya.
Agama Buddha tidak melarang umat makan daging binatang, tetapi dengan syarat tidak menyembelih sendiri, tidak menuyuruh orang lain untuk menyembelih, dan tidak mengetahui kalau penyembelihan itu dilakukan untuk dirinya sendiri. Larangan makanan daging adalah daging manusia dan daging hewan2 yang berdarah panas (buas) karena akan mengakibatkan kebuasan pada perilaku manusia yang memakannya. Yang terpenting adalah tidak mengorbankan binatang untuk kesenangan diri sendiri.
Konsep reinkarnasi menyatakan bahwa bisa saja binatang yang disiksa atau dibantai tersebut ada hubungan dengan diri kita di masa lalu. Kejahatan tidak akan berhenti bila dibalas dengan kejahatan pula. Kejahatan hanya berhenti bila dibalas dengan kebajikan.
Agama Buddha tidak memperkenankan membunuh makhluk hidup tanpa alasan atau dengan alasan untuk kesenangan manusia semata.

Tinjauan Agama Islam (Drs. K.H. M. Nafi)
Di Indonesia belum ada kesadaran mengenai Animal Welfare, demikian dalam memahami dan menjalankan ajaran kitab suci dengan baik dan benar secara harmonis dan holistik. Sehingga jaminan bagi makhluk hidup untuk hidup sesuai dengan tujuan penciptaan belum tercapai.
Kerusakan alam yang terjadi saat ini dikarenakan kebodohan dan kesombongan manusia semata. Padahal perintah Alquran menyatakan dengan jelas untuk menjaga harmonitas alam dan harmonitas sosial. "Sayangilah penduduk bumi, niscaya akan disayangi oleh seluruh bumi."
Manusia menjadi perusak alam karena manusia telah kehilangan fungsinya sebagai pengelolah alam, karena tindakan serakah (mubazir) dan tindakan dosa.

Hasil Diskusi
Tidak ada perbedaan perlakuan antara satwa liar dan satwa peliharaan menurut agama apapun. Pembedaan satwa liar dan satwa domestik karena definisi modern yang berdasarkan ilmu hukum dan ilmu ekologi.
Mitologi dalam agama dapat dipergunakan sebagai ajaran untuk mengajarkan mengenai kearifan hidup.
Makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan, sehingga harus diperlakukan secara holistik.

Renungan
Walau seluruh agama tidak ada yang menyetujui mengenai perusakan alam dan eksployasi satwa tetapi manusia selalu punya alasan dan kilah untuk membenarkan kelakuannya.
Walau akibat kerusakan alam dan nyaris punahnya spesies terntentu yang berpengaruh pada kehidupan normal manusia, tetapi manusia selalu punya cara untuk mengatasinya, walau tidak semakin baik tetapi malah semakin buruk akibatnya.
Walau kiamat sudah dekat, kiamat yang diciptakan oleh manusia itu sendiri, manusia selalu punya jalan untuk menghindarinya, walau jalan itu menuju kiamat yang lebih dahsyat lagi.
Walau Tuhan menghukum bumi dan manusia, manusia tetap akan membangkang dan menenatang Tuhan dengan kebodohan dan kesombongannya.
Apakah kita mau menjadi manusia2 sombong dan bodoh yang melawan Tuhan dengan merusak alam dan makhluk hidupnya?

Mudik, Tradisi Tahunan nan Asyik

Mudik adalah fenomena tahunan yang tidak banyak terjadi di muka bumi ini. Hanya beberapa tempat saja di dunia ini yang memiliki tradisi mudi atau pulang ke rumah untuk merayakan hari raya (apapun) bersama keluarga di kota asal (keluarga besar). Indonesia punya tradisi mudik saat Iedul Fitri atau Lebaran. Ratusan ribu bahkan berjuta orang rela berdesakan di atas kendaraan umum, macet di jalan raya, atau fenomena terkahir adalah bermotor bersama. Walau badan sakit dan capeek bahkan tak kurang meregang nyawa karena mudik tetapi tetap saja berjuta orang mudik setiap tahunnya. Bukan hanya tenaga tetapi juga tabungan akan terkuras habis hanya untuk memperingati ritual tahunan ini.
Seperti tahun2 yang lalu, sayapun ikutan mudik walau tidak ikut merayakan lebaran tetapi untuk bersilahturohim dengan keluarga besar yang merayakannya. Bukan hanya capek dan kehilangan sebagian tabungan yang menjadi perhatian saya, tetapi ada fenomena menarik yang terjadi pada mudik tahun ini.
Mudik tahun ini di jalanan dan bahkan di seputaran rumah berbeda dari tahun2 sebelumnya, bukan karena suasana yang berbeda tetapi karena raungan motor dan asap mobil yang mengudara. Mudik tahun ini jalanan serasa ramai oleh sepeda motor yang berseliweran dan jumlah mobil yang serasa berlipat kali banyaknya di jalanan. Macet sudahlah biasa tetapi tidak separah tahun ini, berita di televisi dan koran mendukung analisis kecil saya ini. Bahkan terminal serasa sepi untuk perjalan jarak jauh walau stasiun masih dijejali pemudik. Sepertinya fenomena mudik dengan mengendarai kendaraan pribadi baik mobil terlebih motor telah menjadi moda transportasi terkini. Alasan macet dan praktis menjadi pembenar tetapi sepertinya ajang pamer diri lebih mendominasi. Apapun juga mudik masih menjadi tradisi yang asyik.
Akibat bawaan lain dari mudik adalah berputarnya roda ekonomi di kota2 kecil dan di daerah menjadi seuatu yang perlu diperhatikan. Banyak uang orang2 kota besar yang dibawa pulang dan di belanjakan di kota asal dan di desa, sehingga walau perekonomian dunia yang lagi berantakan dan Amerika meregang karena krisis, sesaat Indonesia serasa tidak ada masalah apapun dengan ekonominya. Semoga ini bukan menjadi fenomena sesaat, semoga setelah lebaran berlalupun roda ekonomi (daerah) terus berputar dan bergerak sehingga menjadi roka perekonomian Indonesia berputar dengan kencang.
Sepertinya mudik merupakan budaya asyik yang harus dilestaarikan, bukan untuk sesaat tetapi untuk berkelanjutan. Semangat persaudaraan, semangat menempuh perjalanan jauh, berputarnya roda ekonomi daerah dan berbagai dampak bawaan lain sepertinya harus tetap terjaga.
Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1429H.
Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Senin, 22 September 2008

Kisah dari PWEC - Profauna Member Meeting 2008

16--18 Agustus 2008
Petungsewu Wildlife Education Center, Desa Petungsewu Kecamatan Dau, Kabuoaten Malang.

Diselenggarakan pertemuan anggota ProFauna Indonesia, lembaga advokasi terhadap perburuan dan perdagangan satwa liar serta kesejahteraan satwa peliharaan, yang dilaksanakan setiap 2 tahun. Pertemuan ini merupakan pertemuan ketiga yang kuhadiri sebagai anggota ProFauna dan tahun ini sebagai Dewan Penasehat Organisasi pula.
Pada pertemuan ini dibagi berbagai informasi dan pengalaman dari kawan2 yang berjuang untuk pelestarian satwa dan lingkungan dari seantero Indonesia. Belum lagi pada saat yang bersamaan, dusun terdekat, Dusun Sumber Bendo sedang menyelenggarakan Festival Rakyat dan Sedekah Bumi, semakin menyemarakkan pertemuan kali ini.
Thema yang diusung kali ini adalah "Sharing for Wildlife"..... berbagi pengalaman dan pengetahun mengenai konservasi dan perlindungan satwa liar di seantero Indonesia, bahkan mendapat beberapa tamu dari mancanegara untuk berbagi informasi bersama.

Pembukaan
Pembukaan tentu saja diawali oleh kata sambutan dari Rozeq sebagai pendiri dan Chairman dari ProFauna Indonesia, berisi tentang keresahan dan permasalahan lingkungan dan satwa saat ini dan tentu saja tujuan dari berlangsungnya acara ini. Selanjutnya adalah sharing informasi dari berbagai teman, rekan, dan jaringan yang bukan hanya seantero Indonesia tetapi sejaga raya ini.

David Bowles, Chief of RSPCA International
Permasalahan perlindungan satwa merupakan masalah global yang saat ini telah menarik bagi orang2 muda untuk bergerak dan semakin peduli lingkungan. RSPCA sendiri merupakan lembaga perlindungan satwa tertua di dunia dan berkedudukan di Inggris. Motto: prevent cruelty, promote findness, stop the torture, and by lawful meaning. RSPCA didanai dari sumbangan, lembaga donor, dan dilengkapi dengan Undang-Undang Perlindungan Satwa. Kegiatannya terdiri dari kampanye, lobi, dan pendidikan untuk meningkatkan kondisi dan kesejahteraan satwa. RSPCA bertanggung jawab untuk (1) menegakkan aturan dan hukumperlindungan satwa, (2) kampanye mengenai perlindungan satwa. Undang-Undang perlindungan satwa telah ada di UK sejak tahun 1822 dan terakhir direvisi pada tahun 2006.
Salah satu pasalnya adalah "tanggung jawab pemilik satwa untuk memelihara dengan baik satwanya". Mencegah pemilik satwa untuk bertindak kejam pada satwanya. Bahkan memiliki kewenangan untuk menangkap dan meyeret penyiksa satwa ke pengadilan. RSPCA saat ini telah memiliki 80 shelter dan klinik dengan 4 RS Hewan dengan sekitar 1.500 paramedis ditambah dengan 330 inspektor (berseragam layaknya polisi). Bahkan menurut sejarah seragam polisi Inggris mencontoh seragam Inspekstor RSPCA.
Program internasional RSPCA adalah bekerja di negara2 yang aturan hukum tentang kesejahteraan satwa tidak baik atau bahkan yang belum memilikinya. Sedangkan di Uni Eropa setiap negara diharuskan untuk memiliki aturan dan perundangan mengenai kesejahteraan satwa. Tugas RSPCA adalah menjamin penerapannya. RSPCA selalu mengusahakan kesadaran masyarakat mengenai kesejahteraan satwa dan bukan sekedar menegakkan aturan hukum semata. Sehingga edukasi dan penyadaran mengenai kesejahteraan satwa menjadi pekerjaan utama RSPCA.
RSPCA berkerja sama dengan lembaga2 lokal untuk:
- Meningkatkan dan memperbaiki shelter satwa,
- Memberi bantuan berupa peralatan dan obat2an,
- Melakukan materi edukasi dan kampanye,
- Ambulans satwa,
- Pelatihan internasional untuk: edukasi kesejahteraan satwa, pengelolaan manajemen, dan penegakkan hukum.
Kesejahteraan satwa merupakan ilmu pengetahuan yang dapat diukur, indikatornya jelas, dan merupakan bidang ilmu pengetahuan yang telah umum. Sehingga seorang dokter hewan bukan saja belajar mengenai penyakit satwa tetapi juga harus belajar mengenai kesejahteraaan satwa. Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan satwa dapat dilakukan dengan aturan hukum (legislasi) dan penyadaran masyarakat. Permasalahan hukum menjadi masalah tersendiri dan Indonesia bukan negara yang aturan dan hukumnya dapat diberlakukan dengan tegas. Penyadaran publik berguna untuk mengurangi supply dan demand dari yang akan berdampak pada perdagangan satwa liar.
Hal lain yang dilakukan oleh RSPCA adalah dengan berbagi hasil penelitian dan berbagi metode penyadaran masyarakat. Selain itu RSPCA terus menerus mengampanyekan anti terhadap penggunaan hewan uji di laboratorium. Serta tentu saja kampanye mengenai standar rehabilitasi secara internasional.

Konservasi Burung Paruh Bengkok dengan Metode Eco Tourism
Prof. Dr. Stewart Metz (Indonesia Parrot Project dan Konservasi Kakatua Indonesia)
Indonesia merupakan salah satu surga dari perdagangan gelap burung, terutama di kawasan timur Indonesia. Hal ini dikarenakan masalah (1) lemahnya kebanggan terhadap keunikan satwa lokal, (2) masalah konservasi dan kesejahteraan, (3) tingginya kebanggaan memelihara satwa eksotis, dan (4) maraknya kasus korupsi pada pengampu aturan.
IPP dan KKI melakukan pendekatan yang terintegrasi untuk mengahadapi masalah tersebut. Dilakukan dengan cara membuat pusat rehabilitasi terpadu dengan melibatkan masyarakat sekitar dan tentu saja bekas pemburu. Hal lain yang dilakukan adalah dengan melatih petugas yang seharusnya menjaga hutan, memperkerjakan bekas pemburu, dan melakukan pendidikan bagi anak2. Proyek yang diberi nama "kembali bebas" juga melibatkan eco-tourism yang bertujuan untuk selain pemasukan bagi warga setempat tentu saja untuk edukasi dan kampanye nasional dan internasional.

Pelepasliaran Burung Paruh Bengkok
drh. Wita (PPS Bali)
Bekerjan sama dengan IPP dan KKI, PPS Bali telah berhasil melepasliarkan sejumlah burung paruh bengkok, khususnya kakatua Seram di habitatnya.
Kakatua Seram merupakan satwa yang nyaris punah. Hal ini terjadi kaena eksploitasi yang berlebihan dan hilangnya kawasan hutan sebagai habitat. Selain itu harga kakatua seram cukup tinggi di pasar gelap.
Tahapan2 pelepasliaran:
1. Persiapan lokasi (habitat assesment)
Survey terhadap habitat: tipe dan jenis vegetasi, ancaman alami, ketersediaan pakan, titik lokasi pelepasliaran. Ditentukan lokasi di Taman Nasional Manusela dan Taman Hutan Rakyat Masiluhun.
2. Persiapan Perilaku
Karantina selama 30 hari, medical screaning, pengenalan individu dan kelompok, pengenalan pakan lamai.
3. Medical screening
Sesuai dengan IUCM guidelines of quarantine and health screenings protocols for wildlife prior translocation and release into the wild. Dengan tahapan pemeriksanaan fisik, laboratorium, darah dan lain2nya.
4. Koordinasi dan sosialisasi
Permasalahan administrasi dengan BKSDA setempat berbelit2.
5. Habituasi
Pada kandang Prerelaese.
6. Release (self release).
7. Monitoring post release.

Pelepasliaran Lutung Jawa
Iwan Kurniawan (Javan Langur Center)
Lutung jawa dilindungi Undang2 sejak tahun 1999, SK Menhut 733/kpts-11/1999 dan IUCN Redlist pada tahun 2007. Tetapi pada kenyataannya masih banyak diburu dan diperdagangkan untuk dipelihara. Setiap tahun rata2 2.500 ekor LJ diperdagangkan, selain itu habitat alaminya, hutan di Pulau Jawa semakin habis. LJ punya sifat khusus, yaitu berkelompok sehingga saat awal sebelum dilepaskan adalah membentuk kelompok terlebih dahulu. Dengan komposisi ideal 1 pejantan dominan, 3 betina dewasa, 2 betina muda, dan 1 bayi atau anak.
Pelepasliaran saat ini dilakukan di Dataran Tinggi Hyang di Besuki dan Ireng2 di lereng Semeru - Lumajang.

Perlindungan Penyu di Bali
Wayan - PFI Bali Office
Pada tahun 1999, 27.000 penyu hijau di Bali dibantai untuk disajikan sebagai makanan. Merupakan awal tahun kampanye anti perdagangan, perburuan, dan pembantaian penyu. Perlindungan penyu dilakukan sejak tahun 2002, dan pada tahun 2008 telah ditetaskan dan dilepaskan sebanyak 2.000 butir. Saat ini pelepasan penyu telah menjadi daya tarik turis di Pantai Kuta. Selain di Kuta yang digawangi oleh Gung Aji (Satgas Pantai Kuta), juga ada di Tegal Besar - Klungkung yang digawangi oleg Gung Wega), dan Desa Adat Sidayu. Selama tahun 2008, ada 30 sarang di Pantai Kuta dengan tingkat penetasan 95%. Pendataran Penyu di Pantai Kuta bertentangan dengan semua teori mengenai pendaratan penyu yang memerlukan tempat sunyi dan terlindung, tetapi tidak berlaku di Kuta.
Di daerah lain seperti Kalimantan Timur, ada 9 pulau pendaratahn penyu yang setiap malam diperkirakan ada 35 pendaratan dengan telur 100-125 perpenyu. Menjadi masalah adalah budaya untuk mengambil telur penyu yang telah berlangsung lama, bahkan telur penyu dapat dipergunakan sebagai alat tukar selain uang. Pada saat ini telah ada Perda yang melarang pengambilan dan jual beli telur penyu.

Mengungkap Perdagangan Gading Gajah di Bengkulu
Radius Nursidi - FA Bengkulu
Populasi gajah di Bengkulu semakin menyusut, hanya terdapat di Kabupaten Muko2, Bengku Utara, dan Kaur. Walaupun gajah berstatus dilindungi sejak tahun 1991 tetapi saat ini sering dijadikan obyek karena difitnah sebagai hama yang menghancurkan kebun karet dan kelapa sawit. Pada tHun 2007 di Bengkulu berdiri 7 perkebunan kepala sawit besar dengan total investasi sebesar 4 triliun. Selain itu ada hobby buruk yaitu berburu dan bahkan saat ini menajdi komoditas yang cukup menarik untuk diperdagangkan. Belum lagi keterlibatan aparat BKSDA dan DPRD dalam perdagangan tesebut, semakin membuat runyam masalah.

Masih banyak materi lain .....
masih banyak kesaksian lain .....
tetapi terlalu panjang untuk dituliskan .....
satu hal yang pasti, negara ini menuju kehancuran alam .....
kehancuran bukan oleh orang lain ... tetapi oleh tangan2 kotor anak negeri ......

Semoga bermanfaat ..... dan
SATWA TIDAK BISA BERBICARA ......
BERBICARALAH UNTUK MEREKA ......
M... E... R... D... E... K... A... !?!

Salam Perkenalan .......

Hari ini, Senin 22 September 2008, aku membuat satu blog lagi .....
bukan untuk gagah-gagahan atau untuk pamer diri ......
tetapi sekedar untuk membuat tampungan ide, kegiatan, keluh kesah, kesan dan pesan ......
atau hanya sekedar menjadi bak sampah dari kegilaanku ... dalam bentuk yang lain .......
pada blog lain aku bercerita tentang ide-ideku, tentang kegelisahanku, tentang segala uneg2ku ...
tetapi berbeda melalui blog ini ....
aku hanya akan bercerita tentang aktivitasku ...... kegiatanku ..... yang tentu saja bukan kegiatan dan aktivitas harian .... tetapi peristiwa2 besar menurutku ... bagiku ....
dan tentu saja akan kutulis kesan dan pembelajaran yang kudapat dari kegiatan dan aktivitas tersebut........ bukan hanya untuk kumiliki tapi kubagi dengan siapapun yang membacanya .......
Selamat membaca .... dan selamat memperoleh sesuatu yang baru ......

Salam,
Daniel S. Stephanus