Kamis, 06 November 2008

Gubernur Jawa Timur .....

Sehari sebelum Amerika melaukan pemilihan umum untuk memilih Presiden, Jawa Timur terlebih dulu melaksanakan pemilihan umum Gubernur untuk putaran kedua. Kandidat pasangan calon tersisa dua saja (Kofifah dan Mujiono) melawan (Karwo-Saifullah), setelah pada putaran pertama tidak ada yang menang secara mutlak. Sampai tulisan ini ditulis belum ada kepastian siapa yang menang karena menunggu penghitungan suara secara manual, sedangkan menurut lembaga2 survey, pemengangnya adalah Kofifah-Mujiono walau dengan angka perbedaan yang sangat2 tipis. Bukan masalah siapa yang menang, tetapi bagaimana mereka nanti memimpin Jawa Timur itu lebih penting. Pada lanjutan tulisan ini, akan dipaparkan harapan rakyat Jawa Timur pada Gubernur baru nanti, siappun orangnya. Harapan ini disadur dari berbagai media massa mengenai harapan2 dan asa rakyat Jawa Timur terhadap pemimpinnya, terutama tulisan2 di Koran Kompas yang menerbitkan edisi khusus mengenai Pilkada Jatim. Harapan2 tersebut adalah:

1. Sejahterakan Rakyat
"Hidup dengan lebih baik dan mensejahterakan rakyat" merupakan harapan rakyat Jatim pada siapapun Gubernur Jatim terpilih nanti. Sesuai dengan data BPS 2007, 7,14 juta (18%) rayat Jatim hidup dalam kemiskinan, Gubernur yang baru harus mampu untuk mengatasinya. Pengangguran dan kurangnya lapangan pekerjaan yang pada tahun 2006 hanya menampung 18,7 juta orang dari angkatan kerja yang mencapai angka 20,2 juta. Belum lagi inflasi yang cukup tinggi di Jatim, menjadikan hidup orang miskin semakin tertekan, semester awal 2007 angka inflasi telah mencapai 6,43%, jauh lebih tinggi ketimbang tahun2 sebelumnya. Para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, sejak masih 5 pasang sampai mengecil menjadi 2 pasang, masalah ekonomi selalu menjadi fokus dari kampanye mereka. Sedangkan masalah korupsi dan penyelesaian kasus lapindo tidak menjadi perhatian para pasangan calon, cukup menakutkan kalau ternyata gubernur terpilih menjauhi masalah Lapindo.

2. Masalah Buruh
Tidak ada jumlah yang jelas mengenai jumlah buruh pabrik (formal) dan buruh tani dan nelayan serta pekerja rumahan (informal) di Jawa Timur. Belum lagi permasalahan outsourcing yang menjadi legal di bumi Indonesia, semakin menjadikan buruh tertekan dan hidup diperbudak oleh kemiskinan dan kebodohan. Pada tahun 2007 diperkirakan jumlah buruh formal mencapai angka 2,561 juta orang, terbanyak ketiga setelah pertanian (8,2 juta) dan perdagangan (3,7 juta). Banyak tenaga kerja yang terserap di industri tetapi mereka hidup dalam ketertindasan, hak2 buruh seperti yang tercantum pada UU no. 13/2003 jauh dari diperhatikan. Perselisihan dan Pengadilan Hubungan Industri hampir selalu dimenangkan oleh pengusaha (karena mereka mampu membeli aparat yang berwenang). Bahkan bila yang menang buruh, jangan harap eksekusi akan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Belum juga masalah ketimpangan di PHI, masalah buruh kontrak (outsourcing) memperumit posisi buruh dihadapan pemodal, pekerja yang adalah manusia diletakkan lebih rendah ketimbang kepentingan modal dan alat produksi, sangat tidak manusiawi. Buruh kontrak tidadk pernah mendapat kepastian pekerjaan dan bisa dilepas kapanpun oleh perusahaan. Perusahaan tentu lebih menyukai mekanisme buruh kontrak karena penanganan mulai dari perekrutan dan pelepasan sangatlah mudah.
Kesejahteraan buruh dan rendahnya tingkat upah mereka semakin terancam dengan adanya kenaikan harga BBM yang tentu saja diiringi dengan naiknya harga2 kebutuhan pokok. Tuntutan akan kenaikan upah buruh menjadi masalah yang sangat sensitif bagi para calon Gubernur dan tidak ada satupun yang membicarakan masalah ini. Sungguh ironis. Para Calon Gubernur lebih asyik menjanjikan masuknya investasi dan sejumlah calon investor yang mereka janjikan akan masuk ke Jawa Timur. Kita lihat saja kiprah mereka yang terpilih menyelesaikan masalah perburuhan di Jawa Timur.

3. Kemiskinan
Angka kemiskinan di Jawa Timur sudah mencapai angka 7,1 juta. Selama masa kampanye, masalah kemiskinan merupakan alat kampanye yang paling efektif untung mendulang suara. Janji2 pengentassan kemiskinan selalu digembar-gemborkan sedemikian rupa, janji2 manis surgawi yang entah bagaimana penggenapannya. Warga miskin menjadi komoditas pengumpul suara, karena rakyat miskin mudah diiming2i janji tapi tiada punya keberanian untuk menagihnya.
Walau banyak program penanggulangan kemiskinan yang diluncurkan oleh Pemerintah, tetapi penerapan yang salah alamat menjadi pemicu kegagalan prorgam2 tersebut. Hal ini dikarenakan kurangajarnya petugas pendata dan pembagi yang diiringi oleh lemahnya pengawasan di lapangan. Program pengentasan kemiskinanpun berupa menjadi program bagi2 jatah bagi sekelompok orang yang berwenang.
Keakuratan identifikasi tujuan, pengawasan pelaksanaan di lapangan, pendampingan jangka panjang pada rakyat miskin yang sebenarnya menjadi kunci keberhasilan program pengentasan kemiskinan tidaklah menjadi prioritas Pemerintah. Asal sudah terbagi dan asal sudah tersebar (pada kelomlompoknya) maka program dianggap telah berjalan dan dianggap sukses. Mengentaskan kemiskinan bukan perkara mudah, para Calon Gubernur merasa dirinya peduli pada saat kampanye, tetapi pada saat mereka meminpin, terasa janji2 itu tidak pernah diucapkan dan terlupakan begitu saja. Kita akan tagih janji2 mereka (siapapun yang terpilih) pada saat mereka memimpin Jawa Timur nanti.

4. Pengembangan Wilayah
Jawa Timur memiliki luas wilayah 47.922 Kilometer persegi dengan total penduduk 37.478.737 jiwa, sumber daya alam dan manusia yang sedemikian besar menjadikan Jawa Timur sebagai daerah yang berpotensi untuk maju. Tetapi masalah kesenjangan wilayah di Jawa Timur sedemikian berat. Jawa Timur Utara seperti selalu membangun dan membangun, sedangkan Jawa Timur Selatan seperti tidak terurus dan terbiarkan begitu saja. Investasi seperti selalu dilakukan di kawasan utara Jawa Timur. Kurangnya akses dan pasar di Jawa Timur Selatan menjadikan kawasan selatan Jawa Timur tertinggal dengan kawasan utara.
Kelemahan pembangunan di Jawa Timur lebih dikarenakan tidak adanya desain pembangunan yang jelas dan mapan untuk Jawa Timur ini. Belum lagi selama ini pembangunan dilakukan serampangan tanpa melakukan analisis sosial dan ekonomi dengan benar. Pembagunan Jalan Lintas Selatan yang harapannya mampu membuka daerah selatan malah banyak merusak kawasan hutan dan pertanian. Sedangkan pembanbunan jembatan Surabaya Madura (SuraMadu) melupakan rakyat nelayan yang ada di sekitar ujung jembatan. Pekerjaan rumah yang tidak mudah yang harus dibereskan oleh Gubernur terpilih nanti.

5. Revitalisasi Pasar Tradisional
Persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern terdengar sejak lama, tetapi permasalahan yang dulu hanya terjadi di perkotaan telah bergeser dan mulai masuk ke pelosok2. Pergeseran preferensi belanja dari pasar tradisional yang terdistorsi sebagai tempat belanja yang becek, bau, dan seadanya ke pasar modern yang nyaman dan berAC walau lebih mahal telah menjadi masalah dalam pengembangan ekonomi rakyat. Semakin menjamurnya toko2 ritel dalam skala kecil sampai ke pelosok2 desa telah menggeser perekonomian rakyat menjadi perekonomian kapitalis.
Membatasi jumlah peritel bukan solusi bijak tetapi yang perlu dilakukan adalah pembenahan ke dalam, pembenahan pada pasar2 tradisional, sehingga menjadi tempat belanja yang nyaman dan menyenangkan sekaligus tetap murah. Selain itu tentu saja pemberdayaan para pedagang dan pengelola pasar menjadi tugas penting bagi Pemerintah dimasa2 mendatang, khususnya pembenahan mental pedagang yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek semata. Gebernur selanjutnya dituntut bukan mengadu dan memperhadapkan kedua pasar tersebut tetapi bagaimana mengharmonisasikan kedua pasar tersebut menjadi pasar yang nyaman dan menyenangkan bagi semua rakyat Jawa Timur.

6. Olah Raga
Jawa Timur menjadi juara umum pada PONXVII/2008, sebuah prestasi fenomenal karena berhasil diraih di luar Jawa Timur. Puslatda yang telah dilakukan sejak tahun 2005 tidaklah sia2. Gubernur terpilih diharapkan mampu melanjutkan kejayaan Jawa Timur sebagai gudang atlit dan arena pengodokan atlit yang akan berprestasi bukan hanya pada tingkat nasional tetapi diarahkan menuju prestasi bertaraf internasional. Masalah pelik selain masalah pembinaan adalah masalah kesejahteraan atlit. Tidak bisa dipungkiri para atlit (amatir) tidak punya kehidupan yang layak di masa tuanya bila hanya mengandalkan ke atlitannya semata. Diharapkan dukungan Pemerintah Jawa Timur tehadap para atlit bukan hanya mempersiapkan mereka atau saat mereka berprestasi tetapi juga setelah mereka tidak lagi berprestasi. Diharapkan dengan adanya jaminan masa tua, atlit semakin bisa berprestasi dan semakin fokus pada pembinaan yang mereka jalani.

7. Pendidikan
Bukan barang baru lagi kalau masalah (biaya) pendidikan telah menjadi masalah seluruh rakyat Indonesia. Bukan hanya biaya pendidikan tetapi juga peralatan pendidikan serta perlengkapan pendidikan masih menjadi barang mahal bagi sebagian (besar) rakyat Jawa Timur. Kesadaran pendidikan di Indonesia cukup tinggi tetapi masalah biaya seringkali menjadi kendala yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Angka kemiskinan yang mencapai 7,1 juta menunjukkan bahwa masih ada begitu banyak rakyat Jatim yang bermasalah dengan biaya pendidikan. Bukan hanya DPP dan SPP, tetapi juga sepatu, tas, seragam, dan tentu saja buku tulis dan pelajaran. Bukan perkara mudah untuk mencukupinya. Belum lagi semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin tinggi pula tuntutan biaya yang harus dipenuhi.
Sayangnya, tingginya biaya pendidikan tidak sebanding dengan prestasi pendidikan yang dicapai oleh peserta didik. Semakin bagus tempat pendidikan, semakin tinggi pula biaya yang diminta, semakin sempit pula peluang anak2 pandai masuk ke sekolah yang memadai, makin kecil pula kesempatan berprestasi. Salah satu pangkal masalahnya ternyata alokasi APBD Jatim untuk pendidikan cuma 15%, masih jauh dari yang disyaratkan oleh Undang2.
Keinginan Pemerintah untuk mewujudkan Wajib Belajar 12 tahun dan pemenuhan subsidi pendidikan sebesar 20% dari APBD merupakan pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Gubernur terpilih nanti. Janji sudah diumbar oleh semua pasangan calon Gubernur, janji untuk mengadakan pendidikan murah, janji yang akan kita tuntut penggenapannya pada saat mereka berkuasa nanti.

8. Budaya
Jawa Timur terkenal dengan kekayaan budayanya, mulai dari Reog Ponorogo, Karapan Sapi Madura, Ludruk dan Remo Suroboyo, Tari Topeng Malang, Gandrung Banyuwangi dan masih banyak hasil karya dan karsa manusia Jatim yang berwujud seni adiluhur dan telah menjadi ikon budaya Jatim. Keragaman dan kekayaan seni dan budaya tradisional saat ini mengalami gempuran yang begitu hebat dari budaya pop yang berasal dari mancanegara, memprihatinkan. Gubernur JAtim terpilih nanti harus memberi perhatian lebih pada seni dan budaya lokal untuk menghidupkan kembali dan bahkan memuncaki tangga tertinggi prestasi kebudayaan. Bila tidak, Jatim akan masuk pada masa suram budaya dan hanya menjadi sapi congek penganut budaya manca. Seni dan budaya bukan hanya masalah berkesenian tetapi telah menjadi identitas dan jati diri Jatim sebagai daerah yang berdaulat.

Pertumbuhan ekonomi boleh menjadi prioritas, pembangunan infrastruktur boleh menjadi pekerjaan utama, tetapi pendidikan, olah raga, dan seni budaya tidak boleh terlupakan dan terpinggirkan. Semua ini dengan tujuan membangun manusia Jatim yang seutuhnya. Demikianlah kira2 pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh siapapun Gubernus Jawa Timur terpilih nanti. Pekerjaan rumah yang harus mereka kerjakan dengan baik, apalagi yang telah mereka janjikan semasa kampanye. Pekerjaan rumah yang akan banyak ditagih oleh banyak rakyat Jawa Timur. Selamat terpilih dan selamat bekerja menjadi Gubernur Jawa Timur.

Senin, 03 November 2008

Krisis Keuangan Global 1

Ancaman Krisis Global
Diawali oleh krisis karena kredit perumahan macet (subprime mortgage) di AS. The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat berusaha mencegah krisis yang lebih jauh. Untuk mencegah krisis The Fed melakukan pemotongan suku bunga, paket stimulus ekonomi senilai USD 163 Milyar, dan injeksi likuiditas yang mencapai USD 700 Milyar.
Tetapi krisis semakin meluas sampai menyentuh ke system perbankan dan sector keuangan, bahkan seluruh sector ekonomi. Bukan hanya di Amerika Serikat tetapi bahkan ke seluruh dunia. Amerika Serikat mengalami Financial Meltdown, hengkangnya investor, dan aksi rush (walau telah diinjeksi USD 200 milyar dengan fasilitas term action) untuk menyelamatkan investasi Bear Stearns dan akuisisi dengan JP Morgan. Pada dasarnya, institusi financial Amerika Serikat seperti zombie, masih beroperasi tetapi pada dasarnya telah mati.
Investasi pasar modal untuk mencegah anjloknya harga saham, suku bunga dipotong bahkan pada saat hari minggu, injeksi likuiditas pada perbankan, tetapi masih kurang karena outstanding subprime mortgage mecapai USD11 milyar.

Krisis Amerika Serikat menjadi Krisis Global, system financial global terancam mengalami kegagalan. Dampak dari krisis di AS memengaruhi perbankan dan lembaga investasi Negara lain. The Fed menyediakan tambahan likuiditas USD30 Milyar untuk mendukung akuisisi Bear Stearns dan JP Morgan Chase. Hal ini dilakukan untuk mencegah krisis kepercayaan pada lembaga keuangan USA.
Sebagai pembanding, krisis long-term capital management (LTCM) – hedge fund pada tahun 1998 yang diikuti dengan ambruknya beberapa lembaga keuangan di AS menyebabkan The Fed untuk melakukan bailout. Potensi kredit macet Bear Stearns adalah sebesar USD900 Milyar atau 7x (tujuh kali lipat) dari LTCM dan pastinya akan memicu krisis yang lebih besar lagi. Belum lagi deficit transaksi di AS mencapai 8%, rasio utang (PDB) 330%, rasio utang rumah tangga 100%, dan utang kartu kredit sebesar USD790 Milyar. Sejak krisis yang terjadi per Juli 2007, harga saham global telah mengalami penurunan sebesar 10%, kerugian akumulatif sebesar USD5 Trilyun, dan krisis likuiditas pada seluruh system financial.

Bom Waktu Derivatif
Pertumbuhan derivative di pasar modal pada tahun2 terakhir membawa ancaman terjadinya krisis. Catatan dari The Sovereign Society menyatakan bahwa transaksi derivative adalah penyebab resesi pada tahun 2001 dan 2008 ini di Wall street. Juga sebagai penyebab krisis di Asia pada tahun 1997/1998.

Derivatif adalah instrument keuangan untuk mengurangi risiko karena pergerakan harga, tetapi malah menjadi instrument spekulasi bagi investor. Di AS transaksi derivative pada tahun 2007 mencapai USD516 trilyun. Padahal PDB di AS hanya sebesar USD15 Trilyun dan PDB Global hanya mencapai USD50 Trilyun, dan kapitalis pasar modal sedunia hanya USD100 Trilyun.

Hipotek kepemilikan rumah (subprime mortgage) merupakan salah satu instrument derivative. KPR diberikan pada orang2 yang secara financial tidak layak menerima kredit. Hipoteknya oleh Bank dijadikan jaminan sekuritas (mortgage backed securities) yang diperdagangkan di pasar sebagai instrument investasi. Investor tidak tahu kalau yang dijadikan jaminan buruk dan akan macet apsa suatu saat.
Bank Investasi memanfaatkan jasa pemeringkat sekuritas untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, walau sampah bisa dapat AAA. Bagaimana mungkin terjadi di AS yang mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan good governance. Jangan2 karena mafia perbankan yang memiliki koneksi kuat dengan The Fed atau Pemerintah AS.

Mengapa subprime mortgage berkembang pesat:
1. Dari sisi konsumen menguntungkan karena mereka yang tidak layak memperoleh kredit dapat memperoleh kredit (KPR).
2. Bagi bank, mendapatkan fee dari penerbitan sekuritas berbasis subprime mortgage dan marjin sebesar selisih suku bunga kredit yang dibebankan oleh KPR.
3. Para dealer dan broker sekuritasnya mendapat keuntungan dari menjual sekuritas berbabasis mortgage ke investor dan komisi penjaminan.
4. Investor dapat mendiversivikasikan mortgage untuk portofolio investasi.
5. Bagi perekonomian akan memperluas pendanaan KPR menciptakan sumber pendanaan baru bagi bank dan lembaga keuangan lainnya serta mendorong integritas modal dan pasar uang.
6. Bagi pemerintah, menciptakan bubble untuk mempertahankan booming ekonomi yang berasal dari bubble yang lain. Contoh bubble dari real estate di AS sengaja diciptakan untuk menutup krisis karena bubble industry dot.com pada tahun 2001 (Allan Greenspan, Mantan Direktur The Fed).
7. Secara politis, likuiditas dan suku bunga rendah adalah tanda ekonomi suatu rezim bagus sehingga dengan sengaja diciptakan kondisi ini.
8. Booming ekonomi menarik dana asing sehingga dapat dipergunakan untuk menutup deficit anggaran Pemerintah AS.

Saat ini subprime mortgage mencapai USD600 Milyar dan tentu saja derivatifnya akan jauh lebih besar. Kondisi ini akan mengancam 6 juta keluarga yang akan kehilangan rumah (mortgage). Krisis keuangan yang terjadi di AS akan mengancam pada ekonomi secara global. Kerugian subprime mortgage yang telah mencapai USD300 Milyar dan akan menyentuh USD1 Trilyun, akankah ditutup oleh The Fed?.

Subprime mortgage
Subprime mortgage 73% diberikan pada kaum kulit hitam dan hispanik sedangkan 17% saja diberikan pada kulit putih. Saat ini 65% penduduk AS merosot kekayaannya dan bahkan sebagian besar terancam kehilangan rumahnya. Hal ini terjadi karena financial rulling class yang tetap dan bahkan bertambah makmur. The Fed malah mengucurkan likuiditas (soft money) untuk menggelembungkan perekonomian. Hal ini akan mengakibatkan kebangkrutan missal.
Paket stimulus berupa kucuran dana sebesar USD168 Milyar (per 13 Februari 2008) hanya menguntungkan sekelompok orang kaya saja. Kondisi ekonomi memburuk tetapi Presiden As, George Bush malah haus perang, bahkan menyatakan bahwa perang bagus bagi perekonomian (wawancara pada Today Show) “karena banyak perlengkapan perang diproduksi, berarti banyak lapangan pekerjaan”. Padahal ongkos perang di Irak diperkirakan pada awalnya “hanya” USD50—60 Milyar, telah membengkak menjadi USD845 Milyar pada saat ini, bahkan Prof Stiglitz memperkirakan biaya perang telah mencapai USD3 Trilyun.
Biaya perang tersebut belum dihitung dengan biaya2 perang dari negara2 lainh dan terutama Irak yang negaranya hancur berantakan. Perang Dunia ke II saja hanya menghabiskan USD5 Trilyun. Belum lagi AS masih harus menanggung biaya perawatan untuk veteran perang dan penggantian alat2 perang. Sebagai catatan, biaya perang di Irak untuk 4 hari saja dapat dipergunakan untuk melakukan riset autis selama 1 tahun atau member beasiswa bagi 43 juta mahasiswa dari masuk kuliah sampai menjadi sarjana di Amerika sana.
Cara Pemerintah AS dan The Fed untuk mengelabui kondisi perekonomian yang ambruk ini adalah dengan kucuran likuiditas, regulasi yang longgar terhadap penyaluran kredit, dan suku bunga rendah. Bahkan saat ini, Utang AS pada luar negeri telah mencapai USD9 Trilyun. Perang Irak dan Afganistan telah menguras asset Amerika Serikat senilai USD16 Milyar perbulan.


Indonesia dalam Mengahadi Krisis Global
Krisis keuangan yang terjadi pada saat ini kurang bisa dimanfaatkan oleh Pemerintah Republik Indonesia, begitu penuturan Joachim Von Amsberg, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia, seperti yang dimuat pada Kompas 26 Maret 2008.
Krisis keuangan global mengakibatkan harga minyak mentah turun sebagai akibat dari turunnya permintaan minyak oleh negara2 maju. Sedangkan harga komoditas meningkat tajam di pasar dunia. Kondisi mengakibatkan inflasi harga kebutuhan pangan (sebesar 10,2%) yang memukul masyarakat miskin. Selain itu kesenjangan ekonomi antar daerah menjadi semakin melebar karena ketidakmerataan kepemilikan SDA.
Kelambanan Pemerintah Indonesia mengantisipasi gejolak krisis global, Pemerintah memang melakukan subsisdi untuk rakyat miskin tetapi tidak menyentuh masyarakat miskin. Peningkatan pendapatan dari komoditas (CPO dan sawit serta hasil tambang) tidak digunakan untuk membiayai sector strategis seperti pertanian dan infra strktur, di lain pihak sector tambang dan migas menurunkan produksinya.

Sepertinya Indonesia belum siap menghadapi krisis global, seperti yang dikemukakan oleh Prof. Steve H. Hank dari Johns Hopkins University – USA. Salah satu indikasinya adalah penetapan inflasi yang tidak realistis. Ekspekstasi inflasi tidak dalam kondisi terkendali (5%). Kenyataannya inflasi terus melaju.
Indonesia diharapkan tidak mengikuti kebijakan The Fed USA dengan memangkas suku bunga. Bank Indonesia seharusnya berfokus pada penguatan nilai rupiah, sedangkan di AS The Fed menurunkan bunga dan menginjeksi likuiditas karena naiknya permintaan pasar.
Peningkatan ekononmi karena naiknya dorongan moneter atau yang lazim disebut bubble economic tidak akan bertahan lama akan berdampak jauh lebih buruk lagi.