Selasa, 03 Mei 2011

ERELAWANAN UNTUK KORBAN ERUPSI MERAPI DI MAGELANG – JAWA TENGAH

KERELAWANAN UNTUK KORBAN ERUPSI MERAPI DI MAGELANG – JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

Daniel S. Stephanus, SE, MM, MSA, Ak.

Jaya Dani, S.Sos

Trianom Suryandharu, S.Sos.

Latar Belakang

Bencana letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan diikuti oleh serangkaian letusan lain dan puncaknya pada tanggal 5 November 2010, telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, kehilangan hak milik serta dampak buruk terhadap kelangsungan mata pencaharian penduduk yang terkena dampaknya. Data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) per 22 November melaporkan dampak kerugian akibat letusan Gunung Merapi sebagai berikut:

KABUPATEN/

KOTA

JUMLAH JIWA

RUMAH RUSAK

BANGUNAN PUBLIK

MENING-GAL

RAWAT INAP

IDP

BRT

SDG

RGN

SEKO-LAH

PASAR

PUSKES-

MAS

PUSTU

TEMANGGUNG

2,486

MAGELANG

43

115

508,413

119

158

296

BOYOLALI

10

37

2,109

KLATEN

29

79

24,000

SLEMAN

227

236

86,939

2346

217

7

10

5

YOGYAKARTA

4,923

BANTUL

19,651

KULONPROGO

2,333

GUNUNGKIDUL

6,630

TOTAL

309

467

657,484

2.465

158

296

217

7

10

5

Disamping korban jiwa dan infrastruktur, dilaporkan pula dampak langsung kerugian di sektor pertanian dan peternakan senilai Rp 247 miliar.

Mempertimbangkan skala korban dan dampak kerugian akibat erupsi Merapi yang besar dan keterbatasan kemampuan pemerintah serta lembaga-lembaga/pihak lain untuk menjawab semua kebutuhan masyarakat yang terkena dampak, maka JRS (Jesuit Refugee Service) sebagai lembaga yang berkantor pusat di wilayah bencana, memutuskan untuk melakukan kegiatan tanggap darurat selama 2 bulan, dengan prioritas pada pemenuhan kebutuhan dasar mendesak bagi mereka yang kurang atau tidak mendapat perhatian dari pihak lain.

Tujuan umum kegiatan tanggap darurat adalah menyediakan kebutuhan dasar makanan dan non-makanan bagi 3000 pengungsi di wilayah Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam 2 tujuan khusus, yakni:

(1) Memberi bantuan dasar makanan dan non-makanan bagi 3.000 pengungsi di 4 Kabupaten (Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman), terdiri dari 2000 orang dewasa dan 1000 orang dari kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak-anak balita, dan lansia),

(2) Memastikan bahwa hak-hak pengungsi dan masyarakat yang terkena dampak bencana diperlakukan sesuai dengan Prinsip-prinsip Panduan Pengungsi internal, Hak-hak asasi manusia, Hukum dan Panduan kemanusiaan Internasional.


Waktu, Tempat, dan Penyelenggara

Waktu: 13 November—01 Desember 2010

Tempat: Posko Logistik Muntilan dan Blabak – Magelang – Jawa Tengah

Penyelenggara: Jesuit Refugee Servive (JRS) dan Conggregasi Misi (CM)

Rincian Kegiatan

Pra Pemberangkatan (13—17 November 2010)

Sebelum dilakukan pemberangkatan rombongan relawan dari Universitas Ma Chung dilakukan Pra Survei yang dilakukan oleh Daniel S. Stephanus. Pra-survei dilakukan dengan melakukan aktivitas kerelawanan pada Gereja Kristus Penebus – Magelang atas permintaan Gereja yang bersangkutan untuk mengelola posko yang akan dibuka. Selain menata Posko GKP dilakukan pula aktivitas assessment dan distribusi untuk mengetahui informasi lengkap kondisi lereng Merapi, kondisi pengungsian, dan tugas yang akan dilaksanakan oleh Tim Relawan UMC. Sekaligus dilakukan kontak dengan Posko Jezuit Refugee Service (JRS) – Conggregasi Missi (CM) yang akan menjadi lokasi posko dari Tim Relawan UMC.

Aktivitas distribusi dan survei dilakukan pada:

1. Pos Pengungsi Balai Desa Banyuroto – Kecamatan Sawangan, dengan jumlah pengungsi 1.215 jiwa, 3 kali distribusi.

2. Pos Pengungsi Desa Ketundan – Kecamatan Pakis, dengan jumlah pengungsi 947 Jiwa, 2 kali distribusi.

3. Pos Pengungsi Desa Pogalan – Kecamatan Pakis, dengan jumlah pengungsi 225 jiwa, 2 kali distribusi.

4. Pos Pengungsi Desa Giyanti – Kecamatan Candimulyo, dengan jumlah pengungsi 209 jiwa, 1 kali distribusi.

Aktivitas komunikasi, diskusi, dan penyiapan untuk kedatangan Team Relawan UMC Gelombang Pertama dilakukan di Posko JRS – CM di Museum Paroki Muntilan – Kecamatan Muntilan – Magelang. Komunikasi dan diskusi dilakukan untuk pemantapan dan up-date informasi terakhir baik mengenai Posko maupun kondisi erupsi merapi dan pengungsian.

Gelombang 1 (19—23 November 2010)

Tim relawan terdiri dari William Chung, Pungky Andriyani, Reza, Tanuarto Simatupang, Wisnu, Trianom Suryandharu.

Ketika tim relawan datang di lokasi posko, kondisi posko sedang dalam tahap ‘opname stock’. Artinya, posko tidak menerima kiriman barang bantuan dari pihak luar. Akan tetapi lebih fokus pada pembagian atau distribusi barang bantuan yang ada. Hal ini dilakukan karena posko akan mengalami perpindahan ke daerah Blabak.

Menurut beberapa informasi yang didapat sebelum pemberangkatan, kedatangan barang bantuan seolah-olah tidak mengenal waktu. Kapanpun, jam berapapun, barang bisa datang sewaktu-waktu. Belum lagi proses survei dan pengambilan data, untuk menentukan kebutuhan barang yang akan diberikan kepada pengungsi. Dengan demikian, terbayanglah tingkat kesibukannya.

Ketika tim relawan kloter I datang, ternyata tahapnya sedang mengalami penurunan aktivitas. Oleh karena itu, dikhususkan pada survei dan pendataan kebutuhan, serta merapikan pelbagai catatan administrasi keluar-masuknya barang bantuan.

Tim datang di Museum Van Lith Paroki Muntilan, Sabtu, 20 November 2010, pukul 04.30. Istirahat sebentar, kemudian ada brifing sebentar oleh Ibu Taka Gani, Koordinator Posko Jezuit Refugee Service (JRS). Perkenalan singkat dengan lembaga JRS, diteruskan dengan koordinasi pembagian tempat survei dan assessment. Tim relawan dari UMC segera bergabung dengan relawan lainnya yang ada di posko.

Kegiatan hari I ini, tim melakukan distribusi dan assessment. Tim relawan dari UMC yang kebetulan banyak yang memiliki ketrampilansebagai sopir, akhirnya mereka dipecah menjadi tiga tim. Masing-masing menjadi sopir. Seorang di antaranya, Pungky, diminta lebih konsentrasi membantu di bidang administrasi.

Minggu, 21/11, posko sedang reses. Ibu Taka malah meminta posko di-‘break’ dulu. Dia minta para relawan tidak banyak melalukan aktivitas dulu, malah kalau perlu istirahat dan jalan-jalan, mengingat kejenuhan dan keletihan dari relawan yang selama ini ada di sana.

Esok harinya, Senin, 22/11, aktivitas kembali normal. Artinya, pagi koordinasi, dilanjutkan persiapan barang bantuan untuk dikirimkan. Setelah pengiriman (distribusi), aktivitasdilanjutkan dengan penggalian kebutuhan (assessment) ke daerah lainnya.

Senin, 22/11, sore hari, setelah selesai beraktivitas seharian, teman-teman di posko melihat anak-anak pengungsi yang beraktivitas. Ada dua orang relawan dari luar yang sedang mengajak anak-anak itu menggambar dan bermain. Akhirnya, teman-teman relawan terlibat kegiatan menggambar bersama dan bermain sepak bola.

Selasa, 23/11, sebelum kembali ke Malang, tim menyempatkan diri melakukan distribusi bantuan. Kali ini ke daerah Desa Jumoyo, Kecamatan Salam (korban terdampak), dan Dusun Dadapwangi, Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung. Di lokasi yang terakhir ini, desa terletak agak masuk ke dalam. Sekitar 25 km dari jalan raya. Kondisi jalan bebatuan (makadam). Di kanan kiri jalan, Nampak suasana desa yang luluh-lantak. Nampaknya, desa ini merupakan sentra perkebunan buah salak. Banyak tanaman salak yang daunnya tumbang tertimpa abu.

Tanaman ini rusak, menurut warga setempat, butuh waktu 2-3 tahun lagi agar tanaman itu bisa berbuah lagi. Menjelang pulang, setelah selesai menurunkan bantuan, tim relawan diberikan sedikit oleh-oleh, yaitu satu glansing buah salak. Menurut mereka, Merapi kebetulan saja meletus persis saat tanaman salak sedang berbuah. Bahkan, buahnya sebagian besar sudah siap panen. Nah, jadi termasuk buah salak yang diberikan kepada tim relawan ini memang merupakan buah panen terakhir. Setidaknya, akan panen lagi dua tahun mendatang.

Tim diminta menerima buah salak tersebut, sebagai bagian dari ucapan terima kasih mereka. Mereka merasa tidak sendirian menghadapi musibah ini. Lebih dari itu, mereka sudah merasa memiliki saudara. Bahkan pula, mereka sudah merasa cukup dibantu. Oleh karena itu, hanya buah salak inilah yang menjadi ungkapan mereka.

Selasa sore, tim relawan UMC berangkat pulang ke Malang. Pada 25/11, diadakan pertemuan evaluasi dan berbagi pengalaman dari tim relawan kloter I, sekaligus transfer data dan informasi terakhir ke tim relawan kloter II.

Gelombang 2 (26 November—01 Desember 2010)

Tim Relawan yang terdiri dari Pak Jayadani (Team Leader), Daniel SS (Akuntansi), Alfius (SI), Meidi (SI), Crsitian (SI), Ajeng (Manajemen), Aldino (Manajemen), Risky (Manajemen), Edo (Manajemen), Gita (Bahasa Inggris).

Berangkat dari Kampus UMC pada tanggal 26 November 2010 malam.

Aktivitas hari pertama (27 November 2010), melakukan perhitungan barang dan penataan gudang karena Posko dari Museum Paroki Muntilan pindah ke Blabak, Mungkid, Magelang. Aktivitas pengklasifikasian barang berdasar kelompok dan jenis, serta pencatatan dilakukan untuk mempermudah pencatatan dan pengambilan untuk pendistribusian.

Aktivitas hari kedua (28 November 2010), dilakukan distribusi dan assessment. Distribusi dilakukan pada Pos Pengungsi Balai Desa Kadiluwih – Kecamatan Salam dengan pengungsi yang berasal dari Desa Tegalrandu – Kecamatan Srumbung. Selanjutnya dilakukan assessment ke Pos Pengungsian Dusun Keron – Desa Korowagan – Kecamatan Sawangan.

Aktivitas hari ketiga (29 November 2010), dilakukan assessment ke Pos Pengungsian Paroki Santo Petrus – Kecamatan Borobudur, Dusun Remame – Desa Jumoyo – Kecamatan Salam (korban terdampak), dan Dusun Dadapwangi – Desa Banyuadem – Kecamatan Srumbung (pengungi yang telah kembali / returnee).

Aktivitas hari keempat (30 November 2010), dilakukan satu kali distribusi ke Pos Pengungsi Dusun Keron – Desa Korowagan – Kecamatan Sawangan. Aktivitas dilanjutkan untuk melakukan pemilahan (sortir) baju pantas pakai berdasar jenis pakaian (pria-wanita - Dewasa-anak-anak) untuk mempermudah distribusi dan penataan gudang khusus pakaian.

Aktivitas hari kelima (01 Desember 2010), melakukan distribusi ke Pos Pengungsi Paroki Santo Petrus – Borobudur dan Dusun Dadapwangi – Desa Banyuadem – Kecamatan Srumbung. Pada waktu kepulangan ke Posko Induk, berkesempatan menjadi saksi mata keganasan Banjir Bandang Lahar Dingin yang menerpa Sungai Pabelan – Muntilan. Akibat dari banjir bandang ini, jalan raya Jogja-Magelang ditutup selama 4 jam karena Jembatan Pabelan dalam kondisi kritis dan menunggu banjir lewat.

01 Desember 2010 malam, walaupun dalam kondisi masih lelah dipaksakan diri untuk pulang karena pada keesokan harinya harus masuk kuliah dan kembali beraktivitas seperti biasa.


Ringkasan Materi

Aktivitas kerelawanan ini dilakukan hanya untuk aktivitas tanggap darurat (emergency response) dengan mengambil peran sebagai Pos Logistik yang akan menjadi penyedia logistic bagi Pos-Pos Pengungsian yang tersebar di Kabupaten Magelang. Terdiri dari Kecamatan Muntilan, Borobudur, Salam, Srumbung, Dukun, Sawangan, Pakis, dan Candi Mulyo. Aktivitas Pos Logistik terdiri dari aktivitas:

1. Administrasi dan Database

Divisi ini bertugas untuk mengumpulkan dan menyimpan data baik yang terkait dengan data donator, relawan, jumlah barang yang diterima, jumlah barang yang didistribusikan, pos pengungsi yang dilayani, data pengungsi pada masing-masing pos yang dilayani, dan berbagai aktivitas dokumentasi data lainnya.

2. Gudang dan Persediaan Barang

Divisi ini bertugas untuk mencatat barang masuk dan barang keluar sesuai dengan jenis dan item barang. Mengklasifikasi dan mengelompokkan sesuai kelompok barang seperti beras, pakaian, obat-obatan, mie instan, air mineral daln barang-barang lain berdasar merk, isi, dan klasifikasi-klasifikasi lainnya. Bertugas pula untuk menyiapkan barang-barang yang akan didistribusikan sesuai permintaan dari Divisi Assessment.

3. Assessment

Divisi ini bertugas untuk melakukan pengamatan (survey) dan penilaian (assessment) terhadap kondisi dan kebutuhan pos pengungsian yang akan diberi bantuan logistik. Assessment didasarkan pada proposal, telefon, dan informasi lain yang masuk atau berdasar temuan dari tim assessment sendiri. Pengamatan dan penilaian ini akan dijadikan dasar bagi jenis dan jumlah barang yang akan disalurkan. Divisi ini bertugas pula mendata jumlah pengungsi dan mobilitas pengungsi dari waktu ke waktu berdasar dusun-desa-kecamatan asal dan basis demografi. Diupayakan pula untuk memperoleh informasi-informasi lain yang signifikan seperti pos pengungsian lain yang mungkin belum terlayani oleh posko logistic, potensi konflik dan potensi kerentanan lainnya.

4. Distribusi

Divisi ini bertugas untuk mengirimkan logistic pada pos pengungsian seperti yang telah dipersiapkan oleh Divisi Gudang dan Logistik atas permintaan Divisi Assessment. Selain mengirimkan sampai pada lokasi yang dituju, divisi ini berusaha pula untuk menggali informasi seputar pos pengungsian yang dituju sebagai bahan pelengkap bagi Divisi Assessment.


Kesimpulan dan Rekomendasi

Aktivitas kerelawanan menjadi aktivitas penting untuk menginternalisasi nilai-nilai Ma Chung, bukan hanya menumbuhkan berbela rasa, bukan hanya mempertajam empati, tetapi mempertegas kemampuan untuk berkarya nyata bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas kerelawanan bukan hanya aktivitas fisik semata tetapi pembelajaran dan pelatihan untuk kerjasama tim, manajerial, organisasi, kepemimpinan, dan menjadi motivator melalui aktivitas trauma healing.

Aktivitas kerelawanan membutuhkan kemampuan dan keahlian dalam penggalian data, penyusunan basis data (data base), analisis kebutuhan, analisis sosial, pemetaan, dan pengambilan keputusan berdasar kondisi lapangan. Kemampuan dan keahlian yang akan berguna bagi mahasiswa UMC untuk lebih siap menghadapi dunia nyata baik saat ini sebagai mahasiswa dan nantinya sebagai apapun setelah lulus nanti. Kemampuan analisis kritis yang terasah bukan hanya di bangku kuliah dari berbagai buku semata, tetapi kemampuan praktis berbasis pengalaman nyata.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas kerelawanan memenuhi nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Proses Belajar dan Mengajar berbasis keilmuan dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas lapangan layaknya kelas praktikum. Pada saat tanggap darurat mahasiswa Manajemen dan Akuntansi akan memperoleh banyak pengalaman praktik dalam manajemen posko, karena operasional posko layaknya sebuah perusahaan retail walau tanpa proses jual beli. Mahasiswa Sistem Informasi dan Teknik Informatika akan memperoleh pembelajaran untuk menyusun data base, website, program logistik, dan berbagai produk-produk teknologi informasi yang berguna bagi posko dan pemangku kepentingan lain serta masyarakat secara umum.

Setelah masa tanggap darurat berlalu dan masuk pada masa rehabililtasi, mahasiswa akuntansi dan manajemen dapat berkontribusi nyata dengan melakukan pendampingan ekonomi dan bisnis. Mahasiswa Bahasa Inggris bisa mengajar anak-anak usia sekolah sembari memotivasi mereka untuk terus kuat bertahan memiliki pengharapan. Mahasiswa Teknik Industri memberi pelatihan dan pendampingan produksi berbasis sumber daya alam setempat. Mahasiswa Sistem Informasi dan Teknik Informatika bisa terus bekerja sebagai penyedia informasi bagi semua pemangku kepentingan. Bukankah aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas pengabdian pada masyarakat yang sebenar-benarnya? Aktivitas kongkrit sembari belajar untuk berbela rasa, bukan aktivitas artifisial yang hanya dilakukan di kampus.

Bagaimana dengan Peneliltian? Bukankah semua proses kerelawanan dapat dituliskan dalam bentuk tulisan ilmiah? Bukankah semua aktivitas kerelawanan adalah proses perumusan masalah, berbasis keilmuan (teori), dan analisis terhadap data, serta penarikan kesimpulan? Bukankah aktivitas kerelawanan adalah aktivitas penelitian yang berbasis pada permasalahan nyata di masyarakat terkini dan bukan penelitian yang masalahnya hanya berbasis teori dan dicari-cari?

Mencermati dinamika tersebut, kami mengusulkan:

1. Aktivitas Kerelawanan secara substansial sebenarnya memiliki kesamaan visi dengan kegiatan bakti sosial yang seringkali dilakukan, baik lewat Program Studi (Prodi) maupun Lembaga Kemahasiswaan (LK). Ke depan, dibutuhkan kerja sama antar-lini (lintas-direktorat, lintas-prodi), khusus menyangkut kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan bisa lebih terpadu dan tepat sasaran.

2. Kerja samatersebut bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian motivasi kepada para mahasiswa sebagai calon relawan, maupun dukungan dalam bentuk kebijakan perijinan tidak turut dalam perkuliahan, sesuai dengan prosentase ketidakhadiran. Bahkan, layak pula dipertimbangkan, dukungan materiil/anggaran sebagai bentuk kepedulian (masuk dalam pos pengabdian masyarakat sesuai anggaran yang memiliki keberpihakan).

3. Besar kemungkinan Aktivitas Kerelawanan pada masa-masa mendatang dapat menjadi bagian dari Prorgam Pengabdian pada Masyarakat atau Praktik Kerja Lapangan dan bahkan menjadi salah satu bentuk Tugas Akhir? Bila menilik unsur-unsur Tri Dharma yang dipenuhi oleh Aktivitas Kerelawanan dan kesesuaian dengan Visi Ma Chung tidak ada alasan untuk tidak menjadikannya sebagai bagian dari PPM/PKL dan Tugas Akhir Kuliah di Universitas Ma Chung.