Jumat, 23 Agustus 2013

Pendidikan Lingkungan: Gerakan Penyadaran Pada Siapapun, Kapanpun, Dimanapun, dengan Cara Apapun




    


    


    


    
    
    
    







PENDIDIKAN LINGKUNGAN (GREEN EDUCATION): Gerakan Penyadaran Pada Siapapun, Kapanpun, Dimanapun, dan dengan Cara Apapun.
Daniel S. Stephanus (Anggota Advisory Board Profauna Indonesia)
Disampaikan pada Green Hang Out Petungsewu Wildlife Education Center (P-WEC), 18 Maret 2012


PENGANTAR
Indonesia adalah Negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversitas) terkaya di dunia, atau yang lebih dikenal sebagai Negara dengan “mega biodiversitas”.

USAID (2004) memaparkan kekayaan Indonesia sebagai berikut:

“Indonesia has been identified by all recent international conservation priority-setting exercises as a global priority for actions to conserve biodiversity. For example, in Conservation International (CI) considers Indonesia to be one of 17 “megadiversity” countries -- with two of the world’s 25 “hotspots.”1 It has 18 of the World Wildlife Fund’s (WWF) “Global 200” ecoregions, and 24 of Bird Life International’s 218 “Endemic Bird Areas.”3 It also has 10% of the world’s flowering plant species and ranks as one of the world’s centers for agro-biodiversity of plant cultivars and domesticated livestock. Indonesia’s unusually high levels of species richness and endemism are explained by the fact that it straddles two biogeographic regions, is located in the wet tropics, has many islands and an extremely complex geological history. The country ranks first in the world for number of mammal, palm, swallowtail butterfly, and parrot species (World Bank 2001; BAPPENAS 2003). Further, it is one of the world’s centers of species diversity of hard corals and many groups of reef-associated flora and fauna; indeed, it has the highest coral species richness in the world”.


Data dan Fakta

Data dari FAO (2007) dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (2007), sampai pada tahun 2010 Indonesia yang terdiri dari kurang lebih 17.000 pulau, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada memiliki kekayaan keanekaragaman hayati sebagai berikut.

1.       38.000 jenis tumbuhan termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga di dunia),
2.       515 spesies mamalia (12% jenis mamalia dunia),
3.       511 spesies reptilia (7,3% dari jenis reptilia dunia),
4.       2.827 jenis binatang tak bertulang,
5.       Kupu-kupu sebanyak 121 spesies (44% jenis endemik),
6.       480 spesies hard corals (60% dari jenis coral dunia),
7.       1400 spesies ikan air tawar,
8.       270 spesies amphibi (jumlah terbesar ke enam di dunia),
9.       1531 spesies burung (jumlah terbesar ke lima di dunia),
10.   240 spesies langka (jumlah terbanyak di dunia).
11.   Tumbuhan palma sebanyak 47 spesies (47% endemik),
12.   ± 3.000 jenis spesies tumbuhan penghasil bahan berkhasiat obat,
13.   Luas hutan yang sangat luas, yaitu 130 juta hektar, dan
14.   3,02 juta hektar merupakan hutan bakau/mangrove atau 19% dari luas hutan luas hutan mangrove di dunia, melebihi Australia (10%) dan Brasil (7%).


Sedangkan data dari United Nations Environment Programme (UNEP) dan World Conservation Monitoring Centre (WCMC) (2010).
Indonesia hanya menutupi sebagian dari 1,3% luas permukaan bumi tetapi rumah bagi 17% dari beragam spesies, kebanyakan adalah makhluk hidup yang endemik (dalam kamus Encarta disebutkan bahwa endemik berarti hanya berasal dari suatu area, tidak ditemukan di tempat lain). Di Indonesia terdapat 250.000 sampai 1 juta dari spesies serangga diduga berlingkungan hidup di indonesia, meskipun jumlah populasinya secara keseluruhan belum diketahui. Indonesia juga memiliki jumlah terbanyak untuk kupu-kupu swallowtail (121 spesies dan 44% endemik) dan capung (666 spesies) dari seluruh negara di dunia. Indonesia merupakan rumah kehidupan di bumi untuk:

1.       11% dari keseluruhan jenis tumbuhan.
2.       lebih dari 40% moluska
3.       12% dari keseluruhan mamalia
4.       17% dari keseluruhan burung (peringkat satu di dunia)
5.       24% dari amfibi
6.       32% dari reptilia dan
7.       lebih dari 45% spesies ikan

Data tersebut di atas menggambarkan betapa Indonesia menjadi salah satu pusat kekayaan keanekaragaman hayati dunia. 

Rusaknya Alam, Berkurangnya Bidodiversitas

Hutan merupakan sumber utama keanekaragaman hayati karena hutan merupakan tempat tinggal berbagai spesies tanaman dan hewan. Kerusakan hutan  menyebabkan terjadi penurunan keanekaragaman hayati bahkan kepunahan banyak spesies hewan dan tumbuhan. Menurut USAID (2004) pada Report on Biodiversity and Tropical Forests in Indonesia, laju deforestasi di Indonesia seluas 2,4 juta hektar pertahun, sedangkan menurut FAO (2009) dalam laporan State of World Forest laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai sekitar 1,87 juta hektar pertahun. Apabila laju kerusakan hutan tidak dikendalikan, hutan Indonesia akan musnah sekitar 15 tahun ke depan.


Selain kerusakan hutan, meningkatnya gas hasil pembakaran bakar fosil, seperti karbondioksida dan gas metan, menyebabkan punahnya ratusan spesies tanaman dan hewan karena terjadi kenaikan suhu udara secara global (global warming) yang mencapai 1-6 derajat celcius pada tahun 1900 sampai 2100 (IPCC report, 2007).

Berkurangnya keanekaragaman hayati mengakibatkan banyak bencana, karena hewan dan tanaman merupakan bagian dari ekosistem manusia.  Satu saja tanaman atau hewan punah maka keseimbangan ekosistem akan terganggu, apalagi kalau kepunahan tersebut dalam jumlah yang besar.

Berikut ini beberapa contoh bencana sebagai akibat terganggunya keseimbangan ekosistem.
1.       Berkurangnya luasan hutan dan pohon-pohon yang ada didalamnya akan mengurangi penyerapan air, sebagai akibatnya terjadi krisis air, banjir dan tanah longsor.
2.       Berkurangnya hutan mangrove akan mengakibatkan abrasi dan intrusi air laut ke darat.
3.       Berkurang bahkan punahnya beberapa jenis burung (pemakan serangga) mengakibatkan serangan ulat dan hama di beberapa tempat.
4.       Berkurang bahkan ketiadaan ular sawah dan burung hantu mengakibatkan serangan tikus di persawahan menjadi sulit dikendalikan.
5.       Mari kita hitung satu persatu hilangnya tanaman dan binatang di sekitar kita dan mari kita hitung pula berbagai akibat buruknya bagi kita.
6.       Mutu air yang menurun karena pembuangan limbah industry dan limbah rumah tangga yang tanpa terkendali ke sungai.
7.       Penggunaan pupuk kimia dan pestisida mengakibatkan kerusakan tanah dan air pertanian dan mengakibatkan ketergantungan, mengancam ekosistem alam, dan kesehatan manusia dalam jangka panjang.

USAID (2004) mencatat penyebab-penyebab kerusakan keanekaragaman hayati di Indonesia sebagai berikut:  Megadiversity Country in Crisis: The main factors affecting biodiversity loss and species extinction in Indonesia and a partial list of their impacts.
1. Habitat loss and fragmentation
a.      Between 1985 and 1997, 20 million ha of forest was lost (about 1.5 million ha per year) most of it lowland forest below 300m where more than 60% of all rainforest species occur.
b.      Since 1997, the rate of forest lost is 2.4 million ha per year or more – over 10 years an area as large as Montana or the UK is lost on forest rich islands such as Kalimantan and Sumatra.
2. Habitat degradation
a.      5 million ha of forests degraded by fires in 1997-98.
b.      60% of Indonesian coral reefs degraded.
c.       Industrial and urban waste pollute fresh and coastal water ecosystems.
3. Overexploitation
a.      Many species of animals harvested to local extinction to supply medicinal and specialist-food markets in Asia.
b.      Rapid development in recent decades fueled and funded by non-sustainable use of natural resources.
c.       Millions of increasingly impoverished coastal dwellers, rural villagers, and poor communities contribute to overexploitation of animals, plants, fresh water and marine fisheries in their search for subsistence.
4. Secondary extinction
a.      Many species dependent on lowland forests are on the verge of extinction. Only a tiny number of species are the focus of monitoring programs
b.      An additional factor likely to have increasing impact in the future is climate change; already the effects of global warming are being reflected in coral reef die-off.



Apa yang Dapat Kita Lakukan

Guna mencegah atau paling tidak mengurangi laju kerusakan alam dan hilangnya berbagai keanekaragaman hayati yang mengakibatkan kekacauan keseimbangan ekosistem, ada beberapa kegiatan yang dapat kita lakukan.  Beberapa kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.

1.       Menghentikan perburuan, perdagangan, memelihara, dan mengawetkan berbagai satwa, khususnya yang menghadapi bahaya kepunahan.
2.       Menghentikan eksploitasi alam secara berlebihan seperti pertambangan, konversi hutan menjadi perkebunan produksi, penangkapan ikan dengan bom dan racun, dan berbagai kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak aarif.
3.       Menghentikan atau paling tidak mengurangi pengundulan hutan dan hutan mangrove untuk tujuan pemukiman dan industry untuk mencegah bencana alam dan bencana teknologi yang lebih besar lagi akibatnya.
4.       Melakukan penghijauan dan penanaman kembali hutan-hutan gundul untuk menjadi hutan yang kembali hijau.
5.       Reduce, Reuse, Recycle, and Rehabilitation.
6.       Kampanye secara terus menerus, dengan berbagai media, kepada siapapun, dimanapun, dan kapanpun tentang bahaya kerusakan alam dan kehancuran biodiversitas yang sedang kita hadapi saat ini.
7.       Melakukan pendidikan lingkungan secara terus menerus mulai dari diri sendiri, keluarga, teman dan sahabat, bahkan kepada siapapun pada setiap kesempatan dan bahkan di manapun kita berada.

Guna menjaga kelestarian keanekaragaman hayati yang pada akhirnya berguna untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang ujung-ujungnya adalah menjaga kehidupan itu sendiri, kita harus berbuat sesuatu.  Kampanye dan advokasi penting untuk dilakukan supaya kerusakan alam berkurangnya keanekaragaman hayati tidak menjadi jadi, tetapi usaha yang dilakukan cukuplah besar, sumberdaya yang dibutuhkan juga besar, sedangkan dampaknya belum tentu besar. 

Ada upaya lain yang mungkin dapat dilakukan oleh semua orang karena tidak membutuhkan keahlian tertentu, tidak juga membutuhkan sumberdaya yang besar, dan dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun serta kepada siapapun.  Dapat melalui metoda-metoda yang resmi tetapi juga dapat dilakukan melalui berbagai media yang lain yang bahkan tidak resmi sekalipun.  Mungkin dampaknya tidak dirasakan dalam waktu singkat, tetapi gerakan penyadaran ini akan dapat dirasakan dalam jangka panjang, nanti di kemudian hari.  Upaya yang harusnya kita lakukan terus menerus di manapun kita berada, pada keluarga kita, pada teman dan saudara di sekitar kita, pada siapapun dan di manapun, yaitu “Pendidikan Lingkungan



PENDIDIKAN LINGKUNGAN? APAAN TUCH?

Pendidikan lingkungan atau yang lazimnya secara keilmuan disebut dengan “EKOLOGI”.  Apa sebenarnya ekologi itu? Apa hubungannya dengan lingkungan?  Mari kita pelajari secara perlahan.


Dasar-Dasar Ekologi

Ekologi, berasal dari kata latin Oikos (rumah) dan Logos (Ilmu). Jadi, Ekologi adalah ilmu tentang mengelola rumah, termasuk makhluk hidup yang ada di dalamnya.  Ekologi adalah ilmu hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungan hidupnya.  Hubungan timbal balik manusia dan lingkungannya disebut dengan ekosistem (Soemarwoto, 1989).

Hubungan timbal balik manusia dan lingkungannya bersifat (1) tetap, (2) teratur, dan (3) satu kesatuan yang saling memengarhui, sehingga Ekosistem merupakan inti dari Ekologi.  Jadi, focus utama dari ekologi atau pendidikan lingkungan adalah ekosistem.


Permasalahan Ekosistem

Ekosistem tersusun dari Komponen hidup (biotic) dan komponen tak hidup (abiotic), kedua komponen tersebut berinteraksi satu dengan yang lain secara teratur dan saling memengaruhi satu dengan yang lain sebagai satu kesatuan yang utuh.  Hubungan atau interaksi antara kedua komponen tersebut bersifat netral, bekerjasama, saling memengaruhi, dan saling menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan.  Keseimbangan ekosistem secara alami disebut dengan “homeostasis”. Homeostasis merupakan keadaan dari ekosistem untuk cenderung melawan perubahan dan memelihara keseimbangan.  Perubahan yang dilawan adalah (1) perubahan sementara yang tidak menghancurkan, dan (2) peruabahan yang dapat ditanggulangi, sehingga selalu akan ada proses alami untuk selalui menyesuaiakan diri dan mencapai keseimbangan yang baru.

Muncul permasalahan dalam ekosistem atau permasalahan lingkungan bila terjadi gangguan atau perubahan dari salah satu fungsi atau bagian dari komponen ekosistem. Gangguan yang terjadi adalah gangguan yang tidak dapat dilawan oleh ekosistem sehingga tidak mampu melakukan penyesuaian diri atau pemulihan secara alami.  Sumber-sumber permasalahan lingkungan (ekosistem) dikarenakan pandangan manusia terhadap lingkungan atau ekosistem atau alam raya ini.

1.       Pandangan holistis (imanen) yang berpandangan bahwa manusia dan alam merupakan satu kesatuan ekosistem yang tidak terpisahkan. Alam menyediakan segala kebutuhan manusia sehingga manusia harus menjaga dan melestarikannya.
2.       Pandangan  transeden yang berpandangan bahwa alam disediakan sebagai obyek yang dpat dieksploitasi semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan (need) dan keinginan (want) manusia.  Pandangan ini menghalalkan segala cara untuk memanfaatkan alam, yang bila ditingkahi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan mengakibatkan ekploitasi yang berlebihan.




Sebagai akibat dari eksploitasi yang berlebihan diperoleh akibat kerusakan ekosistem (lingkungan atau alam) karena ekosistem tidak dapat menyesuaikan diri untuk mencapai keseimbangannya.  Kerusakan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut.

1.       Pencemaran lingkungan, (1) pencemaran air, tanah, dan udara sebagai akibat dari limbah industry dan domestic; (2) emisi kendaraan bermotor dan industry; (3) residu pertanian dan tambang; dan berbagai pencemaran lainnya.
2.       Kerusakan lingkungan, (1) degradasi hutan dan lahan karena pembukaan areal pertambangan, perkebunan, kawasan industry, dan perumahan; (2) eksploitasi laut seperti pembabatan hutan mangrove untuk areal pertambakan, penggunaan bom dan racun, pukat harimau, dan pengambilan batu karang untuk kepentingan komersial, dan berbagai kerusakan lainnya.

Masalah lingkungan (ekosistem) bukan hanya masalah biofisik (biotik dan abiotic) semata tetapi pada jangka panjang akan menganggu lingkungan social yang lebih luas lagi.  Terjadinya perubahan cuaca (climate change), berbagai bencana alam, industry (kegagalan teknologi), wabah penyakit merupakan akibat dari kerusakan lingkungan yang parah.  Selain itu bencana social seperti konflik tanah, konflik antara manusia dengan satwa di seputar hutan, dan berbagai konflik lainnya merupakan akibat lanjutan dari kerusakan lingkungan. 




 PENDIDIKAN LINGKUNGAN? NGAPAIN HARUS DILAKUKAN?

Berbagai fakta di atas mau tidak mau menjadikan diri kita untuk waspada (aware) dan peduli (concern) untuk melakukan tindakan nyata (action) guna memperlambat laju kerusakan lingkungan (ekosistem) bila masih ingin hidup di Bumi dengan nyaman, aman, dan sejahtera.  Kita tidak mungkin lagi berpangku tangan bila telah mengetahui fakta baik degradasi atau kerusakan keanekaragaman hayati Indonesia sudah demikian parah.  Kita tidak mungkin hanya sekedar prihatin dengan hilangnya (punah) satu persatu kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia. Kita tidak mungkin berdiam diri bila telah mengetahui bahkan mengalami sendiri bencana (alam, teknologi, wabah penyakit, dan social) sebagai akibat dari kerusakan lingkungan (ekosistem) karena alam tidak mampu lagi melakukan penyesuaian untuk menciptakan keseimbangan.

Prihatin itu baik, berarti kita telah berpikir karena merasakan akibatnya.  Peduli itu lebih baik lagi, karena kita telah merenung untuk tidak mengalami akibat kerusakan lingkungan (ekosistem) di kemudian hari.  Tetapi yang terbaik adalah melakukan aksi nyata, karena kita telah bertindak, paling tidak untuk memperlambat laju kerusakan alam bila kita tidak mampu untuk menghentikannya.  Berpikir, merasakan, dan melakukan tindakan nyata merupakan proses yang harus dilalui dengan lengkap bila kita masih cinta pada Bumi yang cuman satu ini, bila kita masih ingin hidup dengan aman, nyaman, dan sentausa, bila kita masih ingin anak cucu kita hidup dengan bumi yang indah dan lestari, bila kita tidak ingin menyaksikan kiamat datang lebih cepat karena alam sudah tidak mampu lagi bertahan.




Pasti akan timbul pertanyaan, “Apa yang bisa kulakukan?” “Siapa aku ini, kok muluk-muluk banget cita-citanya?”  Alam dan Bumi ini tidak menuntut kita untuk berbuat besar, ada hal-hal kecil yang dapat kita lakukan untuk kelestarian alam dan menjaga keseimbangan ekosistem kita.  Sebuah langkah kecil yang dapat kita awali dari diri kita sendiri dan kemudian melangkah ke orang-orang terkasih di sekitar kita dan selanjutnya kepada siapapun yang kita temui, dimanapun itu berada, dan kapanpun kesempatan itu datang.  Menyebar virus pelestarian alam, melakukan pendidikan lingkungan secara mandiri dan terus menerus.




PENDIDIKAN LINGKUNGAN? BAGAIMANA NGELAKUINNYA?

Pendidikan lingkungan, kesadaran untuk melestarikan alam, keinginan untuk membantu menjaga keseimbangan ekosistem bukan merupakan pekerjaan sulit.  Ada beberapa tahapan yang dapat kita kerjakan tanpa kita harus menjadi ahli lingkungan atau aktifis lingkungan terlebih dahulu.  Berangkat dari kesadaran tentang kehidupan yang lestari, kehidupan yang bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang lain dan terlebih untuk anak cucu kita nanti.  Kita akan dapat melakukan pendidikan lingkungan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.

1.       Mendidik diri kita sendiri.
Langkah pertama setelah kita prihatin dan peduli, kita mengambil langkah nyata dengan mendidik diri kita sendiri untuk mencintai alam (dan tentu saja cinta akan kehidupan).  Kita dapat mengambil langkah nyata dengan belajar untuk tidak mengotori alam  seperti:
(1) belajar untuk tidak membuang sampah sembarangan,
(2) tidak menggunakan energy listrik dan air berlebihan,
(3) tidak menggunakan bahan-bahan yang menghasilkan limbah berbahaya,
(4) ikut menjadi anggota organisasi konservasi alam,
(5) ikut terlibat aktif dalam kegiatan pelestalian alam secara nyata, dan berbagai tindakan nyata lainnya.

2.       Mendidik orang-orang terdekat (keluarga) kita sendiri.
Bila kita telah melakukan tindakan nyata bagi diri kita sendiri, kita wajib melakukan pendidikan lingkungan bagi keluarga kita sendiri.  Kita harus tanamkan kecintaan pada alam dari rumah kita sendiri, paling tidak ekosistem terkecil kita (rumah tangga) harus seimbang dulu sebelum kita bicara tentang keseimbangan alam yang lebih besar lagi.  Kita dapat mengambil tindakan nyata seperti:
(1) mengajak seluruh keluarga untuk hemat energy listrik dan air,
(2) memilah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan,
(3) memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tumbuhan yang bermanfaat,
(4) mengagumi, mencintai, dan menikmati keindahan alam (flora dan fauna) langsung di alam,
(5) mengurangi kebiasaan ngemall dan menggantinya dengan trekking dan berwisata ke alam,
(6) mengikutsertakan anggota keluarga dalam kegiatan alam dan bahkan mengajak bergabung sebagai anggota organisasi pencinta alam (contoh: Istri dan NANA anak saya menjadi anggota Profauna Indonesia dan Nasabah dari Bank Sampah Malang),
(7) memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bahan-bahan alami sebisa mungkin (contoh: beras dan sayur organic, minyak kelapa dan bukan minyak sawit, dan berbagai peralatan ramah lingkungan), dan berbagai tindakan nyata lain yang dapat kita lakukan bersama keluarga. 
Ingat, keluarga adalah ekosistem terkecil kita, bila ingin melestarikan alam, lestarikan dulu ekosistem terkecil kita!!!    

3.       Menyebar virus kecintaan pada alam pada orang-orang yang kita kenal di manapun kita berada.
Setelah keluarga kita telah bisa kita ajak untuk melestarikan ekosistem (terkecil), harus dilakukan langkah maju untuk menyelamatkan ekosistem yang lebih besar lagi.  Di Sekolah, di kantor, di manapun kita berada, kita terus sebar virus kecintaan pada alam.  Kita bisa melakukan kampanye melalui berbagai media yang mungkin dapat kita pakai dan memanfaatkan berbagai kesempatan untuk melakukan edukasi tentang pelestarian alam. Kita dapat mengambil tindakan seperti:
(1) alat kerja/sekolah kita penuhi dengan media kampanye seperti background computer, email, tas, topi, apapun yang melekat pada kita bisa sebagai media kampanye dan edukasi,
(2) memasukkan kampanye dan edukasi pelestarian alam di acara atau kegiatan sekolah atau kantor yang dipercayakan pada kita (peringatan maulid hijau, paskah hijau, natal hijau, proklamasi hijau, tahun baru hijau, dan lain-lain) ambil setiap kesempatan yang ada,
(3) memasukkan kampanye dan edukasi pelestarian alam pada progam kerja kita, seperti:
(a) gathering di alam dan melakukan penghijauan bila kita di bagian SDM,
(b) bila kita guru kita dapat masukkan dalam kurikuler maupun ekstrakurikuler,
(c) corporate social responsibility dalam bentuk aksi nyata pelestarian alam atau support ke organisasi pelestari alam kalau kita sudah jadi boss, dan berbagai karya nyata lainnya,
(4) mengedukasi komunitas hobi kita untuk peduli dan cinta pada alam (fotograsi alam, offroad peduli alam, touring cinta alam, grup music peduli alam, latihan fisik untuk klub olah raga dan bela diri langsung di alam plus penghijauan, dan berbagai hobi lain yang bisa kita isi dengan kampanye dan edukasi cinta dan peduli pada alam). 
Ingatlah, kita hidup di Bumi tidak hanya tinggal bersama keluarga kita, tetapi kita hidup bersama teman-teman kita di tempat kerja, sekolah, dan berbagai ekosistem lainnya.   

4.       Menyebar virus kecintaan pada alam pada siapapun, dimanapun, dan kapanpun kita berada.
Langkah selanjutnya sebenarnya langkah yang paling mudah, tetapi biasanya menjadi sulit dilakukan karena kita masih terikat dengan rasa malu dan sungkan.  Bila kita benar-benar cinta (pada alam) tidak mungkin akan ada malu, segan, ataupun jengah, apalagi malas.  Kita dapat melakukannya dengan mudah seperti:
(1)    memanfaatkan media social (facebook, twitter, google+, dan berbagai media social lain) untuk menyebarkan kecintaan dan kepedulian pada alam.
(2)    pakaian, jaket, tas, dan berbagai sandang yang melekat pada kita, yang kita pakai kemana-mana, berisikan kampanye dan edukasi tentang kepedulian pada alam (seperti membeli dan mempergunakan produk-produk Profauna, selain berkampanye juga mendukung kerja-kerja Profauna, mantap khan?)
(3)    memanfaatkan kendaraan pribadi kita sebagai mobile campaign dengan menempelkan berbagai pesan-pesan kecintaan pada alam (toh sticker dari Profauna dapat diperoleh secara murah bahkan gratis)
Ingatlah, apa yang kita tabur tidak akan kembali dengan sia-sia, mungkin orang akan melihat sepintas lalu tetapi bila mereka melihatnya berkali-kali dari banyak orang dan dari berbagai kesempatan akan sangat mungkin membuat mereka berpikir.  Ingatlah, kita tidak tinggal di Bumi sendirian!!!    

AYO KITA SEBARKAN VIRUS PEDULI PADA ALAM!

Ada banyak cara untuk melakukan pendidikan dan kampanye lingkungan.  Ada banyak jalan untuk menyebar kecintaan dan kepedulian pada alam.  Tidak juga dengan kegiatan yang besar, bukan dengan cara yang sangat bombastis, tetapi dengan langkah-langkah kecil yang dapat kita lakukan dengan mudah.  Bukan pula dengan beramai-ramai dan berombongan, cukup dengan niatan yang tulus, kecintaan yang benar, dan tindakan-tindakan nyata yang kecil kita dapat melakukan pendidikan dan kampanye lingkungan.

Seperti melempar batu ke dalam air, sekali batu itu dilempar, maka akan muncul riak kecil yang akan semakin menyebar dan membesar.  Bila hanya satu orang saja melemparkan batu ke dalam air dan sekali saja dilakukan , riak itu tidak akan berlangsung lama, tetapi bila satu orang melemparkan batu itu secara terus menerus, maka riak itu akan terus menerus ada.  Bila lemparan ke air itu dilakukan oleh banyak orang dan terus menerus, bukan hanya riak kecil yang terjadi, mungkin akan gelombang pasang yang besar dan bahkan tsunami yang herbat yang akan terjadi.

Marilah secara terus menerus kita lempar air di kolam itu dengan batu kecintaan kita pada alam, dan mari kita lakukan secara bersama-sama, niscaya akan terjadi gelombang besar kecintaan pada alam.  Kecintaan yang muncul dari diri sendiri, mejalar ke keluarga kita, menjangkiti teman-teman kita dan bila mungkin keluarganya, bahkan setiap orang yang pernah mendengar seruan kita, niscaya kelestarian alam dapat terjaga dan keseimbangan ekosistem akan tetap dapat dipertahankan.  Pada akhirnya, kehidupan yang aman, nyaman, dan sentausa akan terus dapat dipertahankan sampai anak cucu kita di kemudian hari, dan kiamatpun akan datang tepat pada waktunya atas kehendak Yang Maha Kuasa, bukan karena ulah dan kelakuan kita.


Malang, 15 Maret 2012
Daniel S. Stephanus




Mari kita lestarikan alam, karena melestarikan alam adalah melestarikan kehidupan itu sendiri…

Mari kita belajar sama-sama, bekerja sama-sama, dan berkarya sama-sama…
Karena…..
Semua orang adalah guru …..
Alam Raya adalah sekolah …..
Sejateralah bangsaku …..




REFERENSI



FAO. 2007. The World’s Mangroves 1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. diakses dari http://mbojo.wordpress.com/2009/01/01/hutan-mangrove-dan-luasannyadi-indonesia/#comment-3193 tanggal 15 Mei 2010


Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global tanggal 15 Mei 2010

Kementrian Kehutanan republik Indonesia. 2007. Siaran Pers Nomor : S. 251 /PIK-1/2010 tentang Keanekargaman Hayati Sektor Kehutanan. diakses dari http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/6401 tanggal 15 Mei 2010

Pentingnya Menjaga Keanekaragaman Hayati Alam Di Sekitar Kita. 2010. Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010.

USAID. 2004. Report on Biodiversity and Tropical Forests in Indonesia