THE 3rd ANNUAL MALANG
INTERNATIONAL PEACE CONFERENCE (AMIPEC): VOICING PEACE
UNIVERSITAS ISLAM
RADEN RAHMAT (UNIRA) MALANG, 4—5 AGUSTUS 2017
PEMBUKAAN – PENDOPO
KABUPATEN MALANG, 04 AGUSTUS 2017
Pidato Penyambutan
oleh Wakil Bupati Malang
AMIPEC diselenggarakan untuk menjaga perdamaian dan
pembangunan bangsa serta dunia. Potensi
Kabupaten Malang dengan garis pantai sepanjang 135 kilometer, hutan seluas
81.000 hektar, luas wilayah 3.503 KM2, penduduk berjmlah kurang lebih 2.560.000
jiwa pada tahun 2016, serta kemajemukan yang tinggi. Komposisi umat
beragama, muslim 95%, Kristen &
Katolik 4,3%, dan lain-lain 0,7%. Masjid
berjumlah 2.355, Gereja berjumlah 291, dan Pura & Vihara berjumlah 139.
Islam yang menjadi panutan di Kabupaten Malang adalah Islam
Nusantara. Islam yang moderat dan cinta
damai ditambah dengan pemahaman tentang keberagaman yang tinggi.
Di Kabupaten Malang, konflik sosial bukan ancaman tetapi
tetap harus diwaspadai. Konflik sosial
terjadi diawali dengan maalah ketimpangan ekonomi yang berkembang ke masalah
politik serta disangkutpautkan dengan isu agama.
AMIPEC adalah sarana sumbang saran untuk menjaga perdamaian
baik di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia, dan bahkan dunia. Sesuai dengan 4 Pilar Kebangsaan (1)
Pancasila sebagai Dasar Negara; (2) UUD1945 sebagai Dasar Hukum; (3) Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.
KONFERENSI – KAMPUS
UNIRA MALANG, 05 AGUSTUS 2017
Pidato Pembukaan oleh
Rektor UNIRA Malang (Bp. Hasan Abadi)
AMIPEC merupakan agenda tahunan untuk menyuarakan
perdamaian. Merupakan prakarsa
perdamaian untuk seluruh umat (Khayra
Ummah). Menyuarakan perdamaian
melalui (1) peace education (spiritualitas,
kearifan lokal, dan pendidikan yang berkualitas); (2) social enterprise; (3) green education.
AMIPEC merupakan usaha untuk membangun perdamaian dalam
keberagaman. di tingkat akar rumput (grassroot). Usaha membangun kekuatan untuk menjaga perdamaian melalui kasih antar
sesama. Usaha untuk mencegah konflik
elit (politik dan agama) yang akan dapat bergeser menjadi konflik horisontal.
AMIPEC menyuarakan perdamaian seperti cacing tanah yang
bekerja menyuburkan tanah tanpa perlu naik ke permukaan. Bagai embun yang turun tiap pagi, walau
kering oleh panas matahari tetapi tetap terus turun membasahi bumi setiap pagi.
Bekerja berdasar “Perjanjian Agung” Indonesia, yaitu Pancasila.
Agama harusnya memperat perdamaian sebagaimana fungsinya
untuk menciptaka perdamaian. Agama bukan
seharusnya dipergunakan untuk menghancurkan perdamaian.
UNIRA hadir sebagai small
campus with great spirit. Selain
menyelenggarakan AMIPEC, UNIRA memiliki Progam Magister Peace Education yang
telah memiliki kurang lebih 100 mahasiswa.
UNIRA berusaha untuk menyuarakan perdamaian di setiap kesempatan,
dimanapun berada, dan kepada siapapun.
Sambutan Perwakilan
Asosiasi Dosen Republik Indonesia (ADRI) (Dr. Meitasari)
ADRI merupakan asosiasi yang mendukung pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Mendukung dosen yang akan melakukan studi lanjut,
seperti Ph.D. by Research. Mendukung link and match dengan Dunia Usaha dan
Dunia Industri (DUDI). Saat ini
mengelolah 27 jurnal internasional dan sedang sedang melakukan usaha untuk
menandatangai nota kesepahaman (MoU) dengan lembaga terindeks yang diakui oleh
DIKTI).
Keynotes Speakers
Moderator: Dimas (UNIRA)
Is Islam a Religion of Peace or Terrorism? (Prof. Dr. M. Ali – California University
& UIN Jakarta)
Pandangan barat menganggap Islam sebagai agama teroris. Islam diasosiasikan dengan Arab. Padahal Islam adalah agama universal.
Survey di Amerika Serikat pada tahun 2011 menyatakan bahwa
Islam is more likely to encourage
violence. Angka persepsi yang
mencapai angka 40% dan cenderung naik dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena faktor stigma dari
sejarah dan diperparah dengan peristiwa 911.
Peristiwa yang menjadi pembejaran yang paling tampak (manifest).
Harus dilakukan gerakan untuk menjawab (counter), bahwa Islam adalah Salam,
yang artinya adalah damai.
Source of Peace (Ibrahim
Kalin): (1) peace is a substantive value; (2) the spiritual metaphysical
context. Al Salam, God as Peace. ; (3) the philosophical context. Evil and the best of all possible worlds; (4)
the political – legal context. Law and its vicissitudes; (5) the socio – cultural
context. Confirmation, coexistence, and peace.A
Agama mendidik manusia untuk berbuat baik. Menjadi jahat atau
baik adalah pilihan manusia.
Nonviolence &
peace buliding in Islam (Abu Nimer): (1) pursuit of justice; (2) social
empowerment through doing good (Khayir & Ihsan); (3) universality and human
dignity; (4) equality; (5) etc.
The meaning of Islam is Salaam, peace.
Muslims say Islam are (1) balance and moderate (wasathun & tawazun); (2) holistik (kaafah); (3) universal (al-alamin); (4) tolerance (tasawuh); (5) constructive and not distructive
(muslihun).
“My mercy embraces of all things (Quran 7:156)”
Rahmat untuk semua manusia dan seluruh makhluk serta seluruh
bumi.
The law of mercy, upon Himself (Quran 6:12)
Al-Rahman (God of Mercy)
109:5 – Agamamu, agamanu. Agamaku, agamaku. Tidak boleh
memaksa orang lain menjadi Islam.
17:70 – Seluruh manusia (anak Adam) adalah baik.
16:125 – Beautiful teaching.
Tidak memaksa dan menang sendiri.
5: 82 – Regarding to Christians
4:86 – Memberi salam dengan lebih baik.
49:13 – To know each other (taaruf)
Al-Hajj:40 – Menghormati tempat-tempat ibadah agama lain.
3:64 – Common grand, common good.
Don’t stop building peace, until we rest in peace.
Al – Rumi (1273) said “The lamps are different, but the
light is the same.”
But, why intolerance happeng? (1) power or politics; (2)
human condition (greed, egoism, etc.); (3) exclusive interpetation.
Conclusion: (1) Islam is religion of peace; (2) reach and
detailed framework for non violence adn peace building; (3) perceived &
real imperiallism by the perceived and real enemies non muslims well as
muslims; (4) education of multiculturalism and tolerance; (5) Tidak ada alasan
untuk hidup bila semua manusia adalah sama.
Syukuri perbedaan sebagai rahmat.
People of Peace: Anthropological Perspective of Peace (Prof. Dr. Magdy Behran – Tucson University
& UIN Yogyakarta)
Why do we talking about peace? Because we failed educate about peace. We talking about peace, democracy, and unity
but we failed to practice it. We can
forced peace but we should practice peace.
Peace making is a lifetime obligations: (1) peace based on
justice; (2) peace building perceive by intervention; (3) intervention of (i)
culture intervention – understanding each other; (ii) peace approach – process
and steps of action, in line with cultural context, peace is education and
culture (lifetime); (iii) peace attentional – organicly grown; (iv) majority
viewed & minority viewed. Different
viewed because of their experiences.
Organicly grown by understanding perspective.
Organicly grwon peace from local wisdom. Do not copying the concept of peace from
another country perspective.
Contextualization!
Peace grown start from ourself, from ourself and social
context
Catatan Moderator:
pemberdayaan untuk membangun perdamaian: (1) membangun
budaya perdamaian dan membangun perdamaian lewat budaya; (2) transkulturasi
antara mayoritas dan minoritas; (3) menginisasi perdamaian di tingkat lokal
untuk membangun perdamaian di tingkat global.
Connecting Hearts for Our Common Futures and Peacefull World (Tim Young
- China Economic Daily and Jakarta Foreign Coresspondents Club)
China Government looking for information about others
countries from journalist. The countries like USA, India, Japan, Russia, and
Indonesia. From China Economic Daily,
China Government looking for information about economics potential.
The information from Indonesia coresspondents: (1) the
Indonesia view about China; and (20 the counterpart from young Indonesia about
china. One another understanding to
build a equal relationship for future.
Note: Oppo and Xiomi are Chinese brand but 95% contents are
local, Made In Indonesia.
Is business Indonesia and China is good friend? Note from
social issues: (1) people welfare; (2) gender equality; (3) young
generation. Creating peace together as
the two big countries in Asia. Cross
culture understanding Indonesia and China.
Peace growing day bay day from little things.
Everyone have their own perspective to building peace. But,
we should giving space to build of peace together.
Kindness is Limitless (Iqbal Hariadi – kitabisa.com)
Kita bisa adalah situs crowd
funding yang berdiri tahun 2013. Diawali oleh penggalangan dana dan
distribusi untuk dhuafa. Bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan
kesehatan. Sampai saat ini telah
mengelola dana kurang lebih sebesar IDR124Milyar, berasal dari kurang lebih
300.000 donatur, bekerja di kurang lebih 100 kota, dengan kurang lebih 5.000
proyek.
Mendapat inspirasi dari Rumah Perubahan dari Prof. Dr.
Reynald Khasali. Dengan motto, “kebaikan
tidak terbatas.”
Contoh beberapa proyek yang telah dikerjakan:
1.
Fasiltas air bersih di Pulau Madu, Sulawesi
Selatan. Kebutuhan dana kurang lebih
IDR200juta untuk membangun fasilitas destilasi air laut untuk dijadikan air
tawar.
2.
Bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) menggalang
dana untuk membangun akses air bersih dan Posyandu di Sumba Barat, Nusa
Tenggara Timur. Dengan program
“Spiderman goes to Posyandu”. Kebutuhan dana kurang lebih IDR500Juta yang
diperoleh dari donatur dengan beraneka ragam latar balakang.
3.
Bantuan untuk musibah Banjir Bandang di Garut
dan Sumedang, Jawa Barat. Dengan Program
Udunan (urunan) for disaster relief in Garut & Sumedang. Berhasil mengumpulkan donasi IDR700juta untuk
Garut dan IDR300juta untuk Sumedang.
Dana disalurkan untuk rekonstruksi rumah. Donasi dipeoleh dari kurang lebih 3.000
donatur dengan berbagai latar belakang.
Orang Indonesia mudah dipantik kebaikannya. Kebaikan adalah akar dari perdamaian. Kebaikan tidak dibatasi oleh agama, ras, dan
tempat.
Kitabisa.com juga turut berkampanye dan membantu
proyek-proyek konservasi satwa dan hutan.
Peace, love, and smile have a huge chance of getting viral,
spreaded from other to another people.
Diskusi
Latar belakang persepsi Islam sebagai agama kekerasan adalah
ketidaktahuan dan minimnya kesempatan belajar tentang Islam yang
sesungguhnya. Peran media sangat penting
untuk mengampanyekan nilai-nilai Islam, khususnya sebagai agama
perdamaian. Juga peran pendidikan dalam
membangun perdamaian dan mencegah radikalisme.
Perlu praktik keberagamaan yang substantif juga karitatif secara
bersamaan.
Prof. Dr. M. Ali: Kekurangtahuan masyarakat barat tentang
Islam, sama dengan ketidaktahuan dan salah persepsinya orang Islam terhadap
barat dan agama lain. Hal ini
dikarenakan oleh kita tidak hidup dalam tradisi dan tidak belajar dengan baik
satu dengan yang lain. Media massa
terkadang menjadi pemicu, karena bagi media “bad news is a good news”. Politik
oplah seringkali menjadikan media meluakan etika dan dampak. Penggunaan kata Jihad, Islam, Mujahidin, dan
bahkan Allah the Greatest dalam gerakan radikalisme dan teorisme menjadi
kampanye hitam. Hanya sebagian kecil
umat Islam yang radikal dari kurang lebih 1,7Milyar umat. Kampanye bahwa Islam
dipahami berbeda-beda dan adanya faktor politik dan kekuasaan yang menungangi
menjadikan kitab suci sebagai teks yang ditafsir beragam serta berbagai
konteks. Berkampanye bukan hanya
mengetahui teks saja tetapi harus tahu untuk menjadi manusia. Create friendship dengan yang berlawanan
pendapat sangatlah penting. Small things
but makes different.
Tim Young: Every media company, event the neutral, think
about profit. Dependind to the
journalist and what they write and publish.
The journalist could spreading the positive content, with the attractive
content for media or spreading the news personally. The philosophy and the perspective of the
media is different to change. So,
produce the alternative media to counter the major media. Depending to ourself to do.
Prof. Dr. Magdy Behran: We learn the text but we difficult
to practice the text. Some of people
make the different perspective for their own goal. Educated the people about peace massively
with text and practices. The Starfish
phylosophy. Educated with the cntext of
peace.
Iqbal Hariadi: Trend
terkini adalah (1) filantropis – jejaring peduli sosial dan (2) eksistensi diri
(slef esteem with exposure). Adapatasi
gerakan dengan mengendarai trend untuk memperbesar gerakan. Best practise: (1) Clear – kejelasan masalah
sosial yang akan diselesaikan. Semakin spesifik
(fokus), semakin baik; (2) Sederhana tetapi menginspirasi; (3) Berjejaring dan
kolaborasi. Masing-masing bekerja sesuai
kebisaan masing-masing tetapi dalam satu kesatuan tujuan; (4) Rajin untuk
berbagi kegiatan (self campaign) dan
utamakan akuntabilitas serta transparansi.
Closing Statement
Prof. Dr. M. Aly: Islam menjadi multi tafsir karena banyak
latar belakang yang mendasari. Islam
adalah agama damai tetapi ada pihak-pihak yang menafsirkan berbeda karena
tujuan dan latar belakang tersendiri. Perdamaian
adalah pilihan dan jalan hidup. Kita
harus mampu menunjukkan damai dalam sikap dan tindakan kita sehari-hari.
Prof. Dr. Magdy Bahren: Peace grow organicly. We should become the agent of peace. Peace came from our self, our family, and the
community. Be a role model of peace
building.
Tim Young: Build the peace form ourself and do it together.
Iqbal Hariadi: Kebaikan ada dalam diri kita dan harus terus
bertumbuh. Perdamaian bukan teori tetapi
adalah praktik yang harus dilatihkan terus menerus. Aksi nyata membangun perdamaian setiap hari
dengan kebaikan-kebaikan keseharian.
Panel Session
Bungaku, Bunga Mawar (Unmer Malang)
Bunga adalah bunga bank yang berpotensi melukai karena riba.
Konsekuensi dari pinjaman untuk kemendesakan yang berubah orientasi
untuk gaya hidup. Risiko tak terbayar
semakin tinggi, sehingga bungapun juga semakin tinggi. Bank titil merajalela dan menawarkan pinjaman
dari rumah ke rumah.
Sebagai contoh, berutang sebesar Rp1.000.000 mendapat hanya
Rp800.000 tetapi total pembayaran sebesar Rp1.300.000 yang dibayar 10 kali dan
tanpa bukti transaksi.
Faktor-faktor penyebabnya adalah akses ke bank yang terbatas
dan gaya hidup konsumstif.
Sebagai akibatnya adalah lingkaran setan utang,
ketergantungan pada bank titil, mudah dimanfaatkan oleh rentenir (yang
menggunakan atribut agama), menurunnya kesejahteraan masyarakat, dan
meningkatnya angka kemiskinan.
Solusinya adalah: program bantuan (dana bergulir), CSR &
TJSL sektor swasta, bekerjasama dengan bank untuk penyaluran dana, mendorong
semakin banyaknya bank syaraiah, mendorong filantropi (individu dan lembaga).
Kepuasan Pelanggan Berbasis Kinerja Koperasi dengan Pendekatan
Importance Performance Analysis (Universitas Widya Gama Malang)
Fenomena: Survery penurunan tren kinerja koperasi
berprestasi di Jawa Timur. Pada tahun
2016—2017, jumlah koperasi di Jawa Timur naik sebesar 49,12% tetapi tenaga
kerja hanya naik sebesar 2,65% dan peningkatan volume usaha hanya sebesar
3,95%.
Jumlah koperasi bertambah banyak tetapi kinerja menurun. Permalahannya adalah persepsi dan harapan
pelanggan. Sehingga, harus diatasi
dengan keberlanjutan upaya capaian kepuasan pelanggan. Serta intelectual
capital atau sumberdaya manusia yang memadai. Salah satau jalan untuk meningkatkan
kapasitas sumbedaya manusia adalah dengan Trans
Global Leadership (Loyd, 2001).
Hipotesisnya adalah kepuasan pelanggan melalui optimalisasi
sumberdaya manusia dengan organizational
citizenship behavior (OCB).
Sumberdaya manusia diharapkan bekerja lebih dari job discription-nya dan melakukan pelayanan lebih untuk memuaskan
pelanggan.
Tujuannya adalah rekomendasi yang tepat guna dengan
menggunakan metode analisis importance
performance. Hasil yang didapatkan
adalah (1) quality of worklife; (2) organizational citizenship behavior
Simpulannya adalah (1) QWL & OCB merupakan variabel yang
sangat penting, walau belum terlaksana; (2) transglobal
leadership sangat penting dan sudah diterapkan.
Anteseden Perilaku Pembelian Produk Ramah Lingkungan di Kota Ambon
Latar belakangnya adalah (1) kesadaran konsumen terhadap
keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang semakin tinggi; (2) pemasar
memanfaatkan isu-isu lingkungan; (3) kesenjangan informasi tentang
produk-produk hijau; (4) maraknya produk-produk hikau (bioproduct) (OECD, 2009) – non
toxic, dapat didaur ulang, tidak mengakibatkan bio degradasi, kemasan ramah
lingkungan, dan defrimental lingkungan rendah.
Karakteristik konsumen (Shrum, et al., 1995) yang (1) bertindak hati-hati, (2) pengumpul
informasi; (3) trend setter; (4) setia
pada produk.
Variabel penelitian (1) nilai konsumen hijau (Y1); (2)
perilaku pembeli (Y2); (3) pengetahuan tentang produk hijau (X1); (4) perhatian
terhadap isu lingkungan (X2).
Tujuan dan hiotesis (1) pengaruh pengetahuan tentang produk
hijau terhadap nilai konsumen hijau; (2) perhatian terhadap isu lingkungan
terhadap nilai konsumen hijau; (3) pengetahuan tentang produk hijau terhadap
perilaku konsumen; (4) perhatian terhadap isu lingkungan terhadap perilaku
konsumen.
Metode kuantitatif dengan analisis jalur. Simpulan yang diperoleh (1) pengetahuan dan
karakteristik pembeli signifikan; (2) konsumsi produk hijau signifikan.
Pemahaman Hadits Secara Faktual dan Kontekstual untuk Pemahaman yang
Moderat (Aswaja)
Fenomena ekstrimisme agama menjadi radikal (kanan) atau
liberal (kiri). Aswaja adalah pemahaman
tentang agama Islam yang moderat.
Tiga karakteristik dalam memahami Hadits (1) komprehensif –
kontekstual sepanjang jaman; (2) seimbang – sambung antara akal dan kalbu,
tubuh dan jiwa, dunia dan akhirat; (3) memudahkan – mempermudah dan bukan
mempersulit.
Kaidah-kaidah dalam memahami Hadits:
1.
Sesuai dengan petunjuk Al Quran sebagai ruh dan
eksistensi Islam.
2.
Menghimpun Hadits-Hadits yang bertema sama.
3.
Penggabungan antara Hadits-Hadits yang
bertentangan (pentarjihan).
4.
Memahami latar belakang Hadits dengan konteks
dan tujuannya.
5.
Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan tujuan
yang tetap.
6.
Membedakan antara ungkapan yang hakiki dan majas
dalam Hadits.
7.
Membedakan antara alam gaib dan alam nyata.
8.
Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam kalimat
Hadits. Konotasi berubah-ubah dari waktu
ke waktu.
9.
Memahami Hadits seperti yang dipahami oleh para Sahabat
Rasul.
10.
Merujuk pada kitab-kitab yang berisi penjelasan dan
keterangan tentang teks Hadits.