PENGEMBANGAN
KOMUNITAS DENGAN MODEL HIST
Disarikan dari Modul
Pelatihan Humanitarian International Services Group (HISG)
Pengenalan Terhadap
Pengembangan Komunitas
1.
Aktivitas Kelompok: Setiap peserta berpikir
sejenak dan merumuskan kalimat definisi pengembangan komunitas.
2.
Tugas Kelompok: Dengan mempergunakan definisi
masing-masing, mencoba mengumpulkan data dari gambaran komunitas yang
ditampilkan dalam gambar (slide). Masing-masing kelompok memilih komunitas yang
ditampilkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
(1)
Gambarkan komunitas yang dipilih.
(2)
Bagaimana situasinya?
(3)
Apa yang akan kita lakukan?
Definisi Pengembangan
Komunitas
Pengembangan komunitas adalah pendekatan terpadu dan
komprehensif yang memampukan perubahan komunitas secara meluas dengan cara
meningkatkan kapasitas dasar komunitas sehingga mampu menopang diri sendiri
untuk menyediakan martabat dan keadilan untuk setiap anggota komunitas
tersebut.
Sebuah Ilustrasi: Ada berapa banyak buah mangga dalam sebuah
biji mangga?
Kita bisa menghitung jumlah biji mangga dalam buah mangga,
tetapi siapa yang bisa menghitung jumlah mangga dalam sebuah biji mangga?
Sebuah biji mangga memiliki banyak potensi. Saat kita melihat komunitas, bagaimana cari
kita menilai potensinya? Apakah kita bisa melihat masalah mereka? Apakah kita
bisa membantu membangkitkan dan memperbesar potensi komunitas tersebut?
Aspek-Aspek yang
Memengaruhi Pemgembangan Komunitas
Cara Pandang dan Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan akan memengaruhi cara pandang kita. Setiap kita memiliki seperangkat lensa
pengamatan yang kita pakai untuk menerjemahkan dunia di sekitar kita. Berdasarkan dari apa yang kita lihaat lewat
lensa tersebut, kita menciptakan sistem kepercayan untuk hidup kita. Sistem kepercayaan itu yang akan menjadi cara
pandang kita terhadap dunia. Kita
mengevaluasi hidup dan budaya kita, dan mengambil keputusan sesuai dengan cara
pandang kita.
Formasi sistem kepercayaan yang membentuk sistem kepercayaan
kita. Dalam kehidupan kita, ada beberapa
orang dan beberapa sumber yang memegang peranan kunci dalam membentuk atau
paling tidak memengaruhi kita.
Orang-orang dan sumber-sumber itulah yang akan memengaruhi dan membentuk
sistem kepercayaan dan cara pandang kita. Orang-orang atau sumber-sumber
tersebut adalah orangtua, teman, media, guru, budaya, persekolahan, dan
beberapa orang atau sumber lainnya. Cara
pandang dari individu-individu, secara bersama akan membentuk cara pandang dan
budaya sebuah komunitas.
Dasar Pengembangan Komunitas
Setiap cara pandang memunyai akarnya, sebuah sistem
kepercayaan tertentu. Sistem kepercayaan
berasal dari nilai-nilai yang memimpin perilaku dan pada akhirnya memunculkan
hasil atau tindakan. Dengan kata lain,
ide dan nilai kita akan menghasilkan perilaku dan gaya hidup. Bila ide dan nilai dipegang oleh sebuah
komunitas akan mementuk budaya dan perilaku serta tindak tanduk komunitas.
Ilustrasi: Pohon sebagai gambaran cara pandang
Akar adalah sistem kepercayaan, batang adalah nilai, ranting
adalah perilaku, sedangkan daun dan buah adalah hasil atau tindak-tanduk.
Pendekatan dalam pengembangan komunitas dipengaruhi bukan
saja oleh cara pandang saja, tetapi juga dasar dan metoda pengembangan. Cara pandang sebagai cara pandang yang
membentuk tindakan dan gaya hidup komunitas.
Dasar adalah pondasi atau nilai yang dijadikan dasar pengembangan
komunitas serta respon terhadap tantangan yang dihadapi komunitas. Metode adalah cara untuk memperluas cara
pandang untuk membentuk budaya dan perilaku komunitas yang berkembang.
Dasar apakah yang akan kita letakkan untuk membangun dan
mengembangkan komunitas? Dasar-dasar yang diletakkan haruslah yang memiliki
nilai-nilai mulia seperti pengetahuan dan hikmat, hubungan yang sehat,
kebebasan, kebenaran, kejujuran, dan berbagai nilai-nilai mulia lainnya.
Metode Pengembangan Komunitas
Pengembangan komunitas harus berfokus pada sebuah permasalah
besar, kemiskinan.
Dalam kontinum sosial, di mana letak komunitas yang akan
kita kembangkan di tangga sosial?
Pauperisme à Miskin
à
Mampu Bertahan Sendiri à
Kaya
Ketergantungan à Harga
Diri
Catatan: Pauper adalah individu atau komunitas yang sangat
miskin tanpa dukungan keluarga atau tetangga dan hanya bergantung pada bantuan
orang lain.
Cara pandang dunia dan responnya terhadap kemiskinan. Ada 3 cara pandang yang menggabungkan
beberapa ide dari sistem kepercayaan utama dan menawarkan pendekatan untuk mengatasi kemiskinan: Animistik,
Humanistik atau Materialistik, dan Holistik
Animistik
Animistik adalah kepercayaan pada kekuatan supernaural yang
mengatur dan menghidupkan alam semesta.
Tenaga pengatur di dunia sebagai roh yang terpisah.
Sistem kepercayaan dan nilai animisme adalah kepercayaan
pada penyebab dari luar, kemiskinan, kelaparan, banjir, gempa bumi, sakit penyakit
merupakan manifestasi dari kekuatan adikrodrati di luar daya manusia. Takdir dan kemurkaan Sang Kuasa tidak bisa
dibendung dan tak bisa dilawan.
Sehingga, akan menjadi sikap dan perilaku untuk selalu menyenangkan Sang
Kuasa, menjaga hidup selalu harmoni dengan alam dan Sang Kuasa. Bertahan pada siklus kemiskinan dan bencana
tiada henti karena percaya tidak ada solusi yang bisa menghentikannya.
Humanistik atau Materialistik
Humanisme adalah sebuah doktrik, sikap, atau cara hidup yang
terpusa pada kepentingan atau nilai dari manusia. Filosofi yang biasanya menolak
supernaturalisme dan menekankan pada martabat individu dan kelayakan kapasitas
untuk menyadari diri sendiri melalui kemampuan berfikir.
Materialisme adalah teori yang menyatakan bahwa material
adlah satu-satunya hal yang eksis, bahwa semua benda terdiri dari material dan
semua fenomena serta kesadaran adalah hasil interaksi dari materi yang dapat
dirasakan oleh indera manusia.
Humanisme merupakan bentuk dari materialisme. Materialisme mengaanggap semua hal adalah
impersonal. Kemiskinan dan kelaparan disebabkan
oleh ketidak adilan distribusi sumberdaya.
Sehingga, manusia harus berbagi secara adil untuk menjaga kelangsungan
hidup. Humanisme mengharuskan membangun
pondasi kesadaran tentang manusia sebagai pusat kehidupan dan
berkehidupan. Humanisme mendorong
evolusi manusia untuk selalu berkembang dan naik ke level yang lebih tinggi
untuk mengatasi masalah kemanusiaan dan sosial.
Humanisme adalah cara atau pendekatan yang paling lazim
dipergunakan dalam pengembangan masyarakat, khususnya untuk melawan
kemiskinan. Selalu berusaha untuk
melawan dan memperbaiki sistem yang ada serta mendikotomi antara dunia materi
dan dunia immaterial. Selalu berusaha
untuk menyeimbangkan masalah populasi dan ketersediaan sumberdaya serta
ketidakadilan.
Cara pandang humanisme terhadap permasalahan kemiskinan (1) Kemiskinan
Materi karena kurangnya aset; (2) Kerentanan karena kurangnya perlindungan,
pilihan, dan mudah dipaksa; (3) Kurang Kuasa karena kurang pengaruh, kekuatan
sosial, dan eksploitasi oleh kekuasaah; (4) Isolasi karena kurangnya pendidikan
dan dikeluarkan dari sistem; (5) Kelemahan Fisik karena terlalu banyak
bergantung dan kurangnya kekuatan.
Nilai-nilai humanisme menekankan pada kemampuan manusia yang
memiliki sumberdaya fisik dan alam.
Selalu berusaha keras untuk mengatasi sifat natural manusia yang
mementingkan diri sendiri dengan selalu bebuat baik pada sesama. Menghargai pemberian (amal) dengan harapan
distribusi kekayaan akan menjadikan dunia lebih adil dan individu semakin berdaya.
Perliaku humanisme akan selalu mengedepankan kemampuan diri
sendiri untuk melawan nasib. Selalu
berusaha untuk merubah arah hidup orang lain dan masyarakat secara luas serta
distribusi kekayaan dengan adil.
Humanisme tidak melepaskan diri dari ketergantungan karena
masih berhadap pada distribusi kekayaan dan investasi sumberdaya manusia secara
besar-besaran. Sebagai contoh adalah
program donor dari negara kaya ke negara miskin.
Sebagai contoh, Amerika Serikat menggunakan pendekatan
humanistik untuk melawan kemiskinan.
Orang-orang miskin akan ditunjang kehidupannya oleh keluarga, tetangga,
gereja, bahkan negara. Tetapi sejak 1870
bergeser dengan selalu memotivasi setiap warga negara untuk bekerja dengan
menciptakan lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Sehingga, sejak 1900, Amerika Serikat selain tetapi memberikan bantuan
(jaminan sosial) pada orang miskin sebagai bentuk distribusi kekayaan juga
mendorong pembukaan lapangan pekerjaan seluas-luasnya melalui berbagai lembaga
dan agensi. Tetapi akibatnya,
ketergantungan tetap menjadi momok.
Ketergantungan orang miskin pada lembaga atau agensi sosial, sedangkan
pengelola (lembaga dan agensi sosial) bergantung pada distribusi dari orang
kaya (korporasi) dan negara. Dalam
jangka panjang, kemiskinan secara fisik berkurang tetapi kemiskinan mental
(ketergantungan) menjadi semakin tinggi dan meluas.
Holistik
Holistik adalah pendekatan terpadu yang berfokus pada sistem
yang lengkap dan penuh, yang sementara dan yang kekal, menghargai tubuh, jiwa,
pikiran, dan roh.
Pendekaran holistik merupakan dasar baru bagi pengembangan
masyarakat dan komunitas dengan cara menata kembali hubungan yang positif,
mereformasi nilai-nilai, dan mengubah paradigma serta cara pandang yang
holistik.
Pendekatan holistik mendefinisikan alam semesta sebagai
sistem yang terbuka, memfokuskan masalah kemiskinan sebagai masalah internal
manusia. Kemiskinan bukan hanya masalah
kekurangan sumberdaya tetapi sudah mengakar menjadi suatu budaya. Kemiskinan adalah ide korporat yang
mengakibatkan perilaku tertentu, perilaku yang membentuk budaya, kemiskinan.
Nilai-nilai pendekatan holistik menekankan pada pengelolaan
sumberdaya yang penuh tanggung jawab, memperbarui sumberdaya yang dapat
diperbarui, menggunakan pendekatan yang kreatif untuk memublikasikan hasil
pembelajaran secara ekspansional.
Membogkar cara pandang yang menyakatan bahwa kemiskinan disebabkan oleh
kurangnya sumberdaya apalagi nasib atau takdir melainkan disebabkan oleh relasi
yang rusak.
Kemiskinan merupakan akibat dari (1) hubungan yang tidak
harmonis dengan Sang Kuasa; (1) manusia menjadi semakin egois dan merusak
relasi antar manusia; (3) penindasan, ketiadaan akses, kerusakan moral, karena eksploitasi
oleh sekelompok manusia pada manusia lainnya; (4) eksploitasi sumberdaya alam
yang berlebihan untuk menimbun kekayaan; (5) dominasi, rasisme, dan kekerasan
untuk mempertahankan dominasi; (6) sistem sosial, politik, ekonomi, dan budaya
yang tidak adil.
Perilaku pendekatan holistik menekankan pada pengembangan
komunitas berbasis aset. Mendorong individu
dan komunitas untuk membangun model sosial konstruktif yang memulihkan martabat
dan nilai individu dan komunitas.
Melatih individu dan komunitas untuk menjadi agen perubahan yang aktif
dan pembawa pesan positif pada masyarakat luas.
Membangun relasi yang sehat dan setara antar individu, antar komunitas,
dan komunitas dengan penguasa (ekonomi, sosial, dan politik).
Agen perubahan harus mampu membangun hubungan yang sehat dan
setara secara individu dengan individu lain dalam komunitas. Mampu menjadi katalis perubahan dalam
komunitas. Mampu memelihara komunitas
secara strategis menuju perubahan. Mampu
menciptakan perubahan secara simultan dan multi aspek dalam komunitas.
Peubahan holistik akan menghasilkan perubahan yang
berkelanjutan dan masyarakat yang adil dan setara. Perubahan baik secara pribadi, sosial, aset,
sumberdaya baik kemampuan, kapasitas, kuantitas, maupun kualitas.
Model HIST (Holitic, Integrated, Sustainable,
Tranformative)
Holistic (Holistik)
Perubahan secara utuh pada semua aspek dan seluruh sektor
dalam masyarakat.
Integrated
(Terintegrasi)
Perubahan yang diterima dan menjadi bagian dari masyarakat.
Sustainable (Berkelanjutan)
Perubahan dalam jangka panjang, berkesinambungan, dan dapat
diulang.
Tranformative (Transformatif)
Peruabahan yang utuh, menyeluruh, dan mampu mengubah
paradigma dan pemikiran komunitas.
Pengembangan
Masyrarakat Berbasis Aset (Aset Based
Community Development - ABCD)
Merupakan pengembangan masyarakat berbasis aset, berfokus
pada komunitas. Melihat ke dalam untuk
mencari jawaban dari permasalahan komunitas.
Perubahan yang digerakkan oleh relasi yang sehat dengan pendekatan yang
menyeluruh pada pengembangan nilai individu dan komunitas secara multi
dimensional. Melakukan perubahan
menyeluruh pada setiap aspek dan sektor dalam komunitas secara simultan dan
berkelanjutan. Pengembangan perilaku
berdasarkan kapasitas, kemampuan, dan aset lokal.
Pengembangan komunitas dapat berjalan dengan signifikan bila
komunitas termobilisasi sepenuhnya, berkomitmen pada investasi pada diri
sendiri dan sumberdaya-sumberdaya sosial yang dimiliki. Terdapat 12 sektor pengembangan utama
(primer) dalam pengembangan masyarakat HIST:
1.
Pertanian dan Peternakan (manajemen lingkungan, manajemen
irigasi, teknik-teknik pertanian dan peternakan terkini)
2.
Kesenian dan Budaya (kesenian, rekreasi, dan
olahraga)
3.
Pengembangan Ekonomi (usaha mikro, kecil, dan
menengah, koperasi, perdagangan yang adil, ketenagakerjaan)
4.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (komuinasi
pribadi, komunikasi massa, internet)
5.
Pendidikan (administrasi, pengembangan
kurikulum)
6.
Dukungan Ke;uarga (konseling pernikahan,
pemeliharaan anak, tumbuh kembang anak, jompo)
7.
Pemerintahan (kepemimpinan)
8.
Keamanan, Keadilan, dan Peraturan Hukum
(keadilan dan sistem peradilan, pelayanan dan pelaksanaan hukum)
9.
Sanitasi (air, kebersihan, diet, dan nutrisi)
10.
Kesehatan (medis, pasokan logistik medis, obat-obatan,
klinik, penyakit menular)
11.
Infrastruktur (rantai pasokan & penyimpanan,
transportasi & distribusi, energi, jalan, jembatan, pelabuhan)
12.
Organisasi (kelompok masyarakat sipil, asosiasi,
keagamaan, sosial)
Transformasi Sosial
Holistik
Dasar
1.
Penataan ulang perilaku untuk membangun relasi
positif.
2.
Reformasi nilai-nilai.
3.
Perubahan paradigma sistem kepercayaan pada cara
pandang dunia.
4.
Kebenaran dan keadilan.
Pengembangan Masyarakat
1.
Pertanian dan Peternakan
2.
Seni dan Budaya
3.
Pengembangan Ekonomi
4.
Teknologi Informasi dan Komunikasi
5.
Pendidikan
6.
Dukungan Keluarga
7.
Pemerintahan
8.
Keamanan, Keadilan, dan Peraturan Hukum
9.
Sanitasi
10.
Kesehatan
11.
Infrastruktur
12.
Organisasi.
Referensi
Chambers, R.
(1983). Rural Development: Putting the
Last First. London: Longman.
Cope, L.L.,
(2006) The Old Testament Template. Butrtingny:
The Template Institute Pers.
Esterly, W.
(2006) The White Man’s Burden. New
York, NY: The Penguin Pers.
Ehrenfeld, D.W.
(1981). The Arrogance of Humanism. Oxford
University Press.
Kretzman, J.P.
& MecKnight, J.L. (1993). Building
Communities from the Inside Out. Everton, IL: Institute for Policy
Research.
Miller, D.
(2007). Power of Story. Disciple
Nations Alliance.
Myers, B.L.
(1989). Walking with the Poor. Maryknoll,
NY: Orbis Book.
Olasky, M.M.
(1992). The Tragedy of Amerincan
Compassion. Washington, D.C.: Regnery Publishing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar