LOKAKARYA NASIONAL
MANAJEMEN LEMBAGA
PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Diselenggarakan oleh:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Gajah Mada
Yogyakarta. Hotel Eastparc Yogyakarta,
14—16 Oktober 2014
PEMBUKAAN
Ketua Panitia (Prof.
Harno)
Kedaulatan pasar domestik harus berhadapan dengan kekuatan
pasar global. Bukan sekedar bertahan
tetapi harus bisa masuk dan memenangkan pasar global. Kolaborasi dan sinergi antara riset dan
abdimas antar perguruan tinggi diperlukan untuk membangun jejaring
intelektual. Lokakarya kali ini diikuti
oleh 55 perguruan tinggi di Jawa dan 61 perguruan tinggi dari luar Jawa.
Selain di dalam ruangan akan
dilakukan kunjungan lapangan (field trip)
ke industri tanaman herbal di Imogiri, Bantul untuk belajar tentang pemanfaatan
tanaman herbal sebagai produk unggulan serta Pantai Baru Bantul untuk belajar
tentang pariwisata dan pembangkit listrik tenaga kincir angin.
Sponsor (USAID oleh Iskandar)
Higher Educatioan Leadership Management (HELM Project)
Bantuan dari Pemerintah Amerika
Serikat lewak Dirjen Dikti untuk capacity
building bagi 50 Perguruan Tinggi di Indonesia baik PTN, PTS, maupun
Akademi Komunitas.
Penggabungan Perguruan Tinggi
(Dirjen Dikti) dan Ristek menjadi 1 kementerian, akanmembawa manfaat atau
mudarat? Terpenting adalah katalisator
industri. Riset harus bermanfaat untuk
industri dan masyarakat.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Abdimas UGM
Tri Dharma Perguruan Tinggi:
Pembelajaran + (Penelitian + Pengabdian).
LPPM mengemban 2 dharma, berat dan menentukan kemajuan bangsa.
Jutaan penelitian mahasiswa S1,
S2, & S3 + Peneliti pertahun, bila dikerjakan dengan baik dan diaplikasikan
ke masyarakat, pemerintah, dan industri akam membawa kemajuan bangsa. Riset harus dapat diaplikasikan dan diimplementasikan
bukan sekedar dipublikasikan atau sekedar disimpan.
Renaisance Jogjakarta: pendidikan berbasis budaya dan kreativitas
lokal. Amon tani among layar (layar dapat bermakna nelayan dan perahu,
tetapi juga dapat bermakna layar monitor komputer).
Hasil riset dan Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) masih sedikit, ada masalah apakah?
Pada tahun 2015 MEA resmi
diberlakukan, persaingan regional berdampak pada perguruan tinggi dan
alumni. Indonesia kaya dengan sumbedaya
alam, jumlah sumberdaya manusia, tetapi rentan dengan bancana alam. Potensi dan tantangan menyatu. Harus ada pendekatan keilmuan dan teknologi.
LPPM adalah (1) lumbung riset; (2)
lumbung publikasi; (3) lumbung HKI; (4) lumbung SDM; (5) implementator riset
untuk masyarakat, pemerintah, dan indsutri (penta
helix). Perguruan tinggi adalah kawah chandra dimuka (manajemen,
kepemimpinan, kewirausahaan riset). Harus dibangun kolaborasi riset antar
perguruan tinggi. Pengabdian adalah
bagian dari amal ibadah dosen dan mahasiswa, berbuat baik dan membawa kebaikan
pada masyarakat.
Perwakilan Sultan (HB X)
Hasil penelitian ilmiah harus
menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Riset harus dapat menjadi barang publik (public good) untuk membangun kebijakan publik (public policy).
Anggaran riset Republik Indonesia
berdasar PDRB adalah yang terkecil di seluruh dunia. Research
University yang menjadikan riset sebagai aktivitas utama sekaligus sumber
pendanaan utama perguruan tinggi tersebut seperti Yale University di Amerika
Serikat belum ada di Indonesia.
Riset di Indonesia kurang fokus
dan cenderung instan. Riset seharusnya
berkelanjutan dan berkesinambungan.
Keberhasilan riset dan abdimas
diperngaruhi oleh:
1.
Visi dan misi yang sama ditambah dengan berbagai
sumberdaya (resources sharing). Contohnya adalah angsa terbang dengan formasi
V saat migrasi.
2.
Saling bergantian memimpin dan selalu
menyemangati dan menguatkan.
3.
Saling menjaga dan melindungi satu dengan yang
lain.
Penguasaan ilmu murni menjadi
kunci kekuatan daya saing ipteks dan industri.
Teori minoritas kreatif, menyebarkan optimisme pada saat arus pesimisme
deras mengalir.
Riset à laporan à tersimpan à perpustakaan
Ataukah
Riset à temuan ilmiah à aplikasi à industri
Di Hilir (perguruan tinggi) riset
dan abdimas serta berfikir deduktif, di hulu (industri) aplikasi dan berfikir
induktif.
Catatan: Sistem pendidikan tinggi
di Indonesia saat ini hanya mendidik menjadi tukang dan bukan inovator yang
kreatif. Seharusnya pendidikan
menghasilkan intelektual yang kreatif dan inovatif. Sarjana bukan hanya dilengkapi dengan
kognitif, afektif, dan psikomotorik tetapi juga ditambah dengan kreatif,
inovatif, dan peka sosial.
MEA di tahun 2015 menjadi titik
awal persaingan regional yang harus dimenangkan dengan mengedepankan ipteks,
aplikasi, dan kewirausahaan.
Teaching University à Research University à
Entrepreneur University
Academics Only à Triple Helix
(Academics, Business, Governement) à Penta Helix
(Academics, Business, Community, Governement, Investor)
Catatan tentang perkambangan
masyrakat:
Mistis à
Metafisis à Positivis
Mistis à Ontologis
à Aksiologis (fungsional)
Pertanian à Industri
à Informasi
To Serve the Real World:
Renasiance Pendidikan Jogjakarta
PENGUATAN DAYA SAING MELALUI SKEMA RISET TRIPLE HELIX DITLITABMAS
(Pusmas, RAPID, MP3EI, dan PUPT) oleh Prof. Dr. Suminar Abadi
Syarat utama: kerjasama antar
lembaga.
Dalam peta inovasi dan GDP/GNP,
Indonesia masuk dalam kelompok “learner”.
MP3EI mendapat apresiasi dari
Elsevier karena (1) target pertumbuhan GDP sebesar 1%; (2) Manajemen pendanaan
riset yang mendukung inovasi; (3) Penelitian dan Pengembangan infrastruktur.
Kunci sukses penelitian: Sumber
Daya Alam + Kapital dan teknologi = inovasi.
Setiap perguruan tinggi meski
memiliki Road Map Penelitian baik di
tingkat lembaga dan masing-masing dosen.
Peta jalan penelitian ini menjadi acuan dari Rencana Induk Pengembangan
(RIP) Universitas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015—2019
Menekankan pada peningkatan (1)
akses; (2) kualitas; (3) relevansi; (4) daya saing pendidikan tinggi.
Akses mengacu pada keberadaan
akademi komunitas. Kualitas mengacu pada
standar kualitas Perguruan Tinggi.
Relevansi menganci pada triple
helix dan luaran penelitian yang bermanfaat baik dalam bentuk publikasi,
paten, teknologi tepat guna, dan kebijakan.
Struktur Perguruan Tinggi (2013)
Terdapat 100 Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) dan 3353 Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Komposisi Program Studi: 10.709 Program S1, 1.701 Program S2, dan 397
Program S3.
Dosen terdiri dari: 63.847 Dosen
PTN (44.459 bergelar S2 + 11.720 bergelar S3) + 111.205 Dosen PTS (58.396
bergelar S2 + 6.043 bergelar S3).
Peringkat publiksi Indonesia pada
tahun 2011 di peringkat 63 dan pada tahun 2012 naik menjadi peringkat 61. Perhitungan peringkat didasarkan pada: publikasi
+ paten + link and match.
Masalah publikasi di Indonesia:
1.
Jumlah publikasi internasional relatif rendah.
2.
IPTEKS Perguruan Tinggi rendah.
3.
Relevansi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri
(DUDI) rendah.
4.
Kemitraan dengan DUDI rendah.
5.
Kapabilitas teknologi dan inovasi rendah.
6.
Otonomi perguruan tinggi rendah.
Triple Helix Concept (ABC -
Akademisi + Bisnis + Pemerintah)
Membangun konowledge based society. Universitas
sebagai sentra dari helix dan
membangu kerjasama dengan industri untuk melakukan penelitian bersama.
Selama ini, hasil penelitian
kurang aplikatif dan terlalu akademik
sehingga tidak menarik DUDI. Luaran
penelitian harus aplikatif dan dapat diimplementasikan oleh DUDI dan masyarakat.
Jurnal terakreditasi masih ada
konflik karena egosektoral antara LIP dan Dikti, walau sudah ada penyamaan
tetapi masih akan berlaku pada tahun 2016.
Jurnal sosial dan humaniora
terkreditasi menyaratkan mutu tulisan yang akademik. Hendaknya belajar menulis sejak menyusun
skripsi.
Jumlah doktor tidak banyak,
sehaarusnya pemerintah membuka kran beasiswa sebanyak mungkin serta mempermudah
hibah penelitian tanpa menyaratkan Gelar Doktor.
KOLABORASI RISET PERGURUAN TINGGI DAN INDUSTRI
(Wahyudi Syafri – Direktur Pengembangan Bisnis Kimia Farma)
Kimia Farma merupakan BUMN yang
telah berdiri sejak tahun 1817. Telah Go Public sejak tahun 2001 dan saat ini
telah memiliki 4 anak perusahaan. Target
pada tahun 2019 akan memiliki 1.000 apotik dan 500 Laboratorium Klinik. Akan melakukan ekspansi ke luar negeri. Pada tahun 2013 telah membeli 10% saham dari
In Health dari Jamsostek. Telah memiliki
tambang yodium sendiri, bahkan untuk ekspor.
Selanjutnya akan mengembangkan Kina bukan sekadar obat malaria tetapi
untuk makanan dan minuman serta untuk pelapis DVD.
Pada tahun 2014, 144 BUMN harus
menaikkan anggaran riset minimal 2x lipat atas perintah Menteri BUMN.
Konsepl ABG (triple helix) masih belum berjalan dan bersinergis karena masih
mempertahankan egonya masing-masing.
Perlu gugus tugas untuk memperkuat sinergi.
Luaran (output) yang diharapkan:
1.
Mandiri dan berdaulat industri famasi. 60% bahan obat masih impor yang ironisnya
bahan dasarnya di ekspor dari Indonesia.
2.
Kualitas, kontinyuitas, dan ketersediaan
produk. Garam farmasetikal masih impor
dari Jerman untuk infus (NaCl). Garam
industri untuk pangan juga masih impor.
3.
Harga yang terjangkau. Kimia Farma telah mengekspor ke Timor Leste
pada tahun 2014 senilai 6 juta USD.
4.
Memanfaatkan potensi penelitian sendiri.
5.
Kompetititf di pasar nasional dan
internasional. Contoh untuk produk Garam
Farmasi, dari KF seharga 7.000 perkg, sedangkan produk impor senilai 10.000
perkg. Pada tahun 2015, kuota impor gram
farmasi untuk industri obat di Indonesia sebesar 3.000 ton dengan kebutuhan
sebesar 6.000 ton, disabian dipenuhi oleh KF.
Sedangkan untuk garam pangan, kebutuhan sebesar 350.000 ton. Disambut baik oleh industri obat dalam negeri
karena harga yang lebih mudah dan distribusi lebih dekat.
Dana Penelitian dan Pengembangan
KF pada tahun 2013 sebesar 4Milyar, naik pada tahun 2015 menjadi 15Milyar, dan
akan dinaikkan lagi pada tahun 2016 menjadi sebesar 46Milyar. Dapat diakses oleh perguruan tinggi.
Target pada tahun 2015 memproduksi
5 bahan pokok obat. Kendala yang
dihadapi adalah teknologi kimia dasar.
Bahan intermediate juga masih
impor dan sedang diusahakan untuk dibangun pabriknya di Indonesia.
Parameter pengembangan produk
baru:
1.
Faktor ekonomi, baik domestik maupun
internasional. Produsen farmasi di
Indonesia ada 214 perusahaan dan 90%nya masih follower.
2.
Faktor medis.
3.
Faktor teknologi (investasi dan riset dan
pengembangan).
4.
Faktor regulasi (proteksi dan dukungan).
Kondisi saat ini: bahan baku
tersedia, belum didukung oleh teknologi yang memadai, dan biaya masih relatif
mahal. Seharusnya high technology and high knowledge.
Butuh perhatian pemerintah dengan dukungan regulasi.
Penguaaan value chain bisa terjadi bila ada kesamaan visi, koordinasi,
kesepahaman, kesepakatan, dan pemenuhan regulasi oleh ABG. KF menerima proposal langsung dari perguruan
tinggi, hal terpentingnya mengedepankan kearifan lokal. Contoh penelitian tentang Kumis Kucing untuk
menurunkan berat badan atau Buah Pala untuk anti lipid, obat diabetes, dan
penambah vitalitas. Presentasi proposal
dari luar KF dilakukan tiap hari Selasa.
Rapat monem pengembangan pabrik dilakukan setiap minggu. Bila bersepakat akan mendapat bantuan untuk
pengembangan, penelitian, dan perlindungan hasil.
China dan India adala negara
dengan proteksi terhadap bahan obat yang sangat kuat. Bertujuan menjaga keterjaminan, ketahanan, dan
kedaulatan bahan obat.
Penelitian di KF maksimal 2,5
tahun dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas serta permasalahan
perijinan, contoh 300 hari untuk bahanbaru dari BPPOM. Kontrak kerja dengan PN Garam selama 20 tahun
sebagai penyedia bahan dasar garam yang dioleh oleh KF menjadi garam farmasi
maupun garam pangan. Penelitian
merupakan bagian dari CSR perusahaan yang diamanatkan oleh Menteri BUMN.
Masalah terberat di industri
farmasi dan obat adalah kuatnya kartel
trader dan broker bahan baku obat
dan bahan intermediate obat. Termasuk juga permainan harga oleh MNC dan
TNC farmasi. Setiap temuan baru sebaknya
segera dipatenkan, bila tidak segera akan diambil oleh MNC dan TNC. KF bersedia membeli paten dan hasil-hasil
penelitian dan membayar royalti setiap bulan sesuai kontrak bersama.
Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi dalam Industri
Nasional
(Hasan Sudrajat – Dirjen Industri Kementerian Perindustrian)
Pembina industri teknologi tinggi:
elektronika, telematika, transportasi darat, alusista, dan maritim. Samsung berkeinginan membuka pabrik di
Indonesia dengan prasyarat disiapkan lahan seluas 1.000 hektar tetapi hanya
disetujui 300 hektar saja. Masih tarik
ulur dalam kesepakatan.
Kendala-kendala pembangunan
industri nasional: (1) infrastruktur tergantung pada Kementerian PU; (2) sumber
energi tergantung pada PLN, BBM, dan Batubara.; (3) pendanaan dari perbankan
relatif sulit, khususnya untuk IKM; (4) link
and match antara IKM dan industri besar realtif sulit; (5) ketergantungan
impor untuk komponen-komponen elektronika dan otomotif; dan (6) hasil-hasil
temuan anak bangsa ditolak atau sulit masuk sehingga dimanfaatkan oleh industri
besar di luar negeri.
Kendala-kendala sumberdaya
industri: (1) sumberdaya manusia, karena rendahnya kompetensi nasional apalagi
internasional. Produk dari perguuran
tinggi rendah karena biaya tinggi; (2) pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
contoh produksi handphone sebesar 80
juta pertahun; (3) pembangunan industri prioritas yang masih terkendala Dinas dan
Kementerian yang lebih suka mengimpor barang.
Pragmatisme yang lebih mudah dan menguntungkan masih dijadikan paradigma
di Dinas dan Kementerian; dan (4) iLow cost green car, negosiasi dengan
industri besar alot untuk pengajuan kendaraan oleh IKM. Konversi bahan bakar dari BBm ke BBG tidak
muda.
Catatan:
(1)
Kecenderungan IKM bukan untuk berproduksi
(karena sulitnya perijinan dan masalisasi) sehingga memilih untuk bergerak di
bidang perawatan.
(2)
Kebijakan energi nuklir masih tark ulur. Sebenarnya Indonesia telah memiliki banyak
ahli tetapi karena masih belum jelas pekerjaannya banyak yang kemudian memilih
bekerja di luar negeri.
Pengalaman BNI mengelola CSR
Di BNI CSR disebur dengan Corporate Community Responsibility (CCR). BNI adalah Bank asli Indonesia, anak kandung
revolusi dan bukan reinkarnasi dari bank asing yang dinasionalisasi. Berparadigma triple track performance profit + private +planet.
CSR merupakan kewajiban perusahaan
yang dialokasikan dari laba. Untuk BNI
menyisihkan 4% laba untuk masyarakat.
Sesuai dengan mandat Undang-Undang Perseroan Terbatas. CSR dialokasikan sebagai bagian dari dana
operasional dalam bentuk event + project
+ program. Event dalam bentuk sponsorship
sebuah kegiatan. Project dalam bentuk bantuan keuangan
jangka menengah. Sedangkan program merupakan kegiatan jangka
panjang (sustainable). Dengan catatan, dana yang dikucurkan harus
memiliki dampak bisnis.
Program BNI BERBAGI yang
berazaskan pro poor, pro job, & pro
environemnet) merupakan unggulan
BNI. CSR merupakan kewajiban selauruh BUMN
dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sesuai Undang-Undang
Perseroan Terbatas dan Kepmen BUMN.
Program Kemitraan berbentuk very
soft loan (charity), pinjaman
dengan bunga sangat murah, contoh Kampung BNI yang telah bermitra dengan 6.000
lebih mitra dan 28 Kampung BNI.
Sedangkan Bina Lingkungan berupa dana hibah di 7 sektor seperti
pendidikan, kebencanaa, dan lain sebagainya.
Baik Program Kemitraan maupun Bina Lingkungan (PKBL) diberikan kepada
komunitas produktif untuk peningkatan kesejahteran, dengan pendampingan dan
bantuan (pinjaman lunak) disertai dengan peningkatan kapasitas untuk membentuk
wirausaha lokal guna mendukung pembangunan berkelanjutan.
BNI sudah melakukan Pelaporan
Berkelanjutan (sustainability report)
dengan prinsip Triple Bottom Line. Kinerja yang dilaporkan adalah (1)
kinerja ekonomi (profit); (2) kinerja pemberdayaan komunitas (people) seperti program pendidikan,
bantuan kebencaan, dan lain sebagainya; dan (3) kinerja pelestarian lingkungan
seperti BNI Green Banking berupa pembibitan dan penanaman bibit serta energi
terbarukan (mikrohidro).
Catatan:
1.
Proposal kerjasama dengan BNI harus memenuhi
kinerja triple bottom line dengan
komunitas yang produktif. People (engagement & empowerment) dan berdampak multiplier effect. Untuk Planet harus berbasis SDA dan produk
lokal (one village one product)
seperti reobisasi Bukit Imogiri pada tahun 2009 dengan Jambu Mete. Pada tahun 2013 sudah menjadi sentra batik
berbahan pewarna alami jambu mete dan kain sutra. Untuk profit,
komunitas harus menjadi masyarakat produktif dan menjadi mitra dan nasabah
BNI. Proposal cukup dikirim ke BNI
terdekat.
2.
Untuk program sosial dan humaniora bisa masuk ke
Bina Lingkungan dan bersifat jangka menengah.
BNI tidak mendanai program baru tetapi membantu program yang ada
dikomunitas untuk dapat melakukan percepatan.
3.
PKBL hanya ada di BNI bukan di BNI Syariah,
manajemen terpisah dan dana kecil untuk BNI Syariah.
4.
Dana bergulir untuk komuniyas hanya untuk
nasabah BNI, kalaupun untuk CSR hanya diberikan pada Kampung BNI saja.
Mengembangkan PLTMH untuk Membangun Ekonomi Rakyat
(Edi Permadi, Cihanjuan Inti Teknik Bandung)
Swiss adalah negeri yang sangat
peduli dengan pengadaan energi terbarukan dan dijadikan dasar untuk membangun
ekonomi yang bernilai tambah tinggi.
Listrik di Indonesia masih melayani hanya 60% dari jumlah penduduk. 40% berarti sekitar 100 juta penduduk lain
belum memperoleh akses listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro merupakan jalan menuju mandiri
energi dengan tekonologi lokal dan memberdayakan. Hampir semua perkebunan teh di Indonesia
memanfaatkan teknologi mikrohidro sejak jaman didirikan oleh Belanda.
Kemandirian energi mampu
mengungkit kemandirian ekonomi. Mandiri
energi menjadikan desa dan kampung mandiri secara ekonomi. Berbuat dan memberi solusi jauh lebih penting
ketimbang menulis proposal dan rencana bisnis tanpa aksi. Aktivitas produktif adalah jawaban terhadap
pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan kebutuhan pasar.
UKM seharusnya bukan hanya
berproduksi tetapi juga harus mendapat dampingan untuk mengakses pasar. Perguruan tinggi harus mampu menjadi
katallisator produksi, keuangan, dan pemasaran dari UKM. Kewirasusahaan adalah paradigma, belajar dari
pengalaman dan sensitif terhadap permasalahan untuk dicari solusinya adalah
kuncinya.
Kemitraan Dalam Pengabdian Masyarakat
(Prof. Harno – LPPM UGM)
Rencana pemeringkatan Abdimas
sesuai dengan fungsi Perguruan Tinggi, dengan kriteria: (1) pemanfaatan IPTEKS;
(2) pelestarian budaya; (3) peningkatan mutu kehidupan masyarakat. Pemeringkatan ini sesua dengan Perhendikbub,
bahwa Perguruan Tinggi harus memiliki (1) standar pendidikan; (2) standar
penelitian; dan (3) standar pengabdian sesuai dengan Tri Dharma.
Lembaga Penelitian harus dapat
melakukan pengelolaan dan penjaminan mutu serta bekerja sama dengan industri
dan peningkatan Hak Kekayaan Intelektual.
Pengabdian masyarakat harus dilaksanaka dalam bentuk (1) Kuliah Kerja
Nyata; (2) pelayanan masyarakat dan disaster
respon unit; (3) penerapan teknoogi tepat guna pada UKM. Sedangkan strategi yang dikembangkan adalah
(1) kualitas berkelanjuta; (2) basis kerjasama:; (3) penguatan kelembagaan; dan
(4) tata kelola.
Pentahelix (Akademisi + Birokrasi + Pemerintah + Komunitas +
asosiasi profesi) menjadi dasar dan asas kerja LPPM, khususnya Pengabdian
Masyarakat. Serta harus memiliki Desa
Mita atau Desa Binaan. Pengabdian masyarakat
bukan bersifat proyek tetapi pemberdayaan dan pendampinga n jangka
panjang. Sehingga, peta jalan (roadmap) pengabdian wajib dimiliki, bahkan
sampai tingkat prodi dan bahkan setiap dosen.
Keberlanjutan program dan juga dana
merupakan daya traik lain untuk melakukan pengabdian masyarakat. Berkejasama dengan Pemerintah Daerah setempat dapat
menjadi jalan untuk melakukan pengabdian masyarakat yanh berkesinambungan. Kuliah Kerja Nyata bukan sekedar formalitas tetapi
harus berbasis riset dan menjawab kebutuhan masyarakat.
Konsorosium LPPM merupakan forum komunikasi
LPPM yang bisa dibentuk di masing-masing daerah. Menjalankan fungsi komunikasi dan tidak dalam bentuk
organisasi. Anggota Forum Komunikasi adalah
Ketua LPPM.
Pengabdian Masyarakat harus memanfaatkan hasil pendidikan dan riset di
bidang IPTEKS untuk membangun peradaban. Menjalin relasi dengan donor harus dilakukan untuk
menjaga kelangsungan program yang harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
Kelayakan lembaga ditentukan oleh Visi
dan Misi; Rencana Strategi; dan Profil lembaga serta tentu saja rekam jejak (track record) yang memadai. Profil lembaga harus berdasar pada analisis situasi
yang memadai dan kebutuhan yang ada serta bersifat multidisipliner. Selanjutnya perumusan masalah dan metoda pemecahan
masalah yang sesuai sebagai dasar penyusunan program untuk mencapai solusi yang
didukung oleh teori-teori yang mapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar