Jumat, 29 Juli 2011

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN OUTLOOK PEREKONOMIAN JAWA TIMUR 2011

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI DAN OUTLOOK PEREKONOMIAN JAWA TIMUR 2011
Disusun Oleh: Daniel S. StephanuS

Latar Belakang
Hasil survey pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi untuk Bank Indonesia Cabang Malang (Kota dan Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kota dan Kabupaten Probolinggo, dan Kabupaten Lumajang). Tetapi hasil survey hanya didasarkan pada data dari Kota Malang dan Kota Probolinggo, karena hanya di kedua Kota tersebut ada Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia samapi triwulan ketiga 2010 adalah sebesar 5,8%, sedangkan di Jawa Timur telah mencapai 7,14%, dan Malang Raya ada dikisaran tingkat pertumbuhan 5,5%—6,5%. Malang Raya dan apalagi Jawa Timur memiliki pertumbuhan ekonomi di atas tingkat pertumbuhan Nasional. Poyeksi untuk tahun 2011:
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2011 Tingkat Inflasi 2010 Tingkat Inflasi 2011
Nasional 6,1—6,5% 6,33% 5%  1%
Jawa Timur 6,5—7,1% 6,4% 5,6%  1%
Malang Raya 6—7,1% 6,29% 5%  1%
Probolinggo -- 6,68% 5%  1%
Sumber: BPPS 2010
Gambaran Umum Perekonomian Jawa Timur
2009 2010
Target Realisasi Target Realisasi
Pertumbuhan Ekonomi 4—4,5% 5,01% 4—4,5% 6,5%
Pengangguran 6,2—6,4% 5,08% 6—6,2% 4,25%
Kemiskinan 16,5—16,9% 16,68% 15,5—16,5% 15,26%
Sumber: BPPS 2010
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur relative lebih tinggi dari pertumbuhan Nasional. Tetapi dengan aktivitas tertinggi pada konsumsi rumah tangga, produksi, dan baru kemudian ekspor impor. Berdasar sector (1) perdagangan (13,36%) dan (2) industry (0,96). Dengan penurunan angka pengangguran dari tahun ke tahun 2008 (6%), 2009 (5%), dan 2010 (4%).
Pendekatan Karwonomics: Pemerataan dahulu baru pertumbuhan.
People Pro-Poor Pemerataan
Center  Pro-Job  Dual track strategy  dan
Development Pro-Environment Pertumbuhan
Pro-Gender
Waktu, Tempat, dan Penyelenggara
Selasa, 14 Desember 2010, Hotel Santika Malang
Diselenggarakan oleh Bank Indonesia Cabang Malang

Rincian Kegiatan
1. Pembukaan oleh Deputi Bank Indonesia Cabang Malang.
2. Optimalisasi Peran Pemerintah dan Perbankan dalam Perekonomian Regional (David Kaluge – Universitas Brawijaya dan Tim Riset Daerah Jawa Timur).
3. Perkembangan Perekonomian Jawa Timur 2010 dan Outlook Perekonomian Jawa Timur 2011 (Wibisono – Deputy Moneter Bank Indonesia dan Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah Jawa Timur).
4. Kendala dan Tantangan Pengusaha pada Tahun 2011 (Herman Suryadi – Wakil Ketua umum Asosiasi Penguasaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Malang)
5. Diskusi.

Ringkasan Materi
Optimalisasi Peran Pemerintah dan Perbankan dalam Perekonomian Regional (David Kaluge – Universitas Brawijaya dan Tim Riset Daerah Jawa Timur)

Pendahuluan
Paradigma ekonomi yang berpihak pada rakyat miskin (pro poor) adalah peningkatan pendapatan atau penghematan pengerluaran. Pemerintah harus mampu meningkatkan pendapatan melalui penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan produktivitas dan juga menurunkan pengeluarannya.Pemerintah jarus bisa menjamin tingkat biaya serendah mungkin pada sector kesehatan, pendidikan, air bersih dan sanitasi, serta penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur “sudah tidak percaya” pada paradigm lama Pembangunan Ekonomi Nasional yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi yang kemudian baru diikuti oleh kucuran ke bawah (trickle-down effect) ke kelompok masyarakat miskin. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada saat ini menekankan pada pemerataan sebagai dasar pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable development) atau juga disebut sebagai Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas.

Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Jawa Timur
Kontribusi PDRB Jawa Timur pada Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Nasional untuk triwulan pertama 2010 sebesar 15,4%, terbesar kedua setelah DKI Jakarta yang sebesar 16,55%. Peran Jawa Timur berdasarkan Laporan BPS tahun 2009 adalah sebagai berikut: susu (55,82%), gula (41,13%), kacang hijau (31,17%), buah-buahan (30,81%), jagung (29,87%), kacang tanah (28,77%), telur (26,10%), padi (17,48%), ubi kayu (14,64%), dan daging (12,29%). Pada tahun 2010, produksi beras mencapai 7.730.088 ton yang 45,5% dikonsumsi oleh warga Jatim sendiri dan 54,5% dikirim ke luar daerah. Prestasi ini ditandai dengan diperolehnya penghargaan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN 2010) kepada Gubernur Jatim.

Investasi yang terjadi di Jatim (berdasar surat persetujuan) untuk tahun 2010 menduduki peringkat pertama untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan kedua setelah DKI Jakarta untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Pada tahun 2009 ada 36 proyek PMDN dengan nilai IDR25.405.226.000.000,- yang membuka kesempatan kerja untuk 19.437 orang tenaga kerja. Pada tahun 2010 telah disetujui 65 proyek PMDN dengan nilai investasi sebesar IDR32.615.998.000.000,- dan mampu menyerap 28.791 orang tenaga kerja. Sedangan untuk PMA pada tahun 2010 disetujui 56 proyek dengan nilai investasi sebesar USD1.411.750.000,- yang mampu menyerap 10.532 orang tenaga kerja.
Pada tahun 2010 tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Timur merupakan yang tertinggi secara nasional, bersama dengan DKI Jakarta angka pertumbuhan ekonomi mencapai 6,5%, selanjutnya Jawa Barat (5,8%). Tingkat pertumbuhan ekonomi Jatim jauh di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,9%. Rupanya Jalin Kesra (Jalan Lain menuju Kesejahteraan – Pemerataan dan pertumbuhan pembangunan pada sector pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta penciptaan lapangan pekerjaan) yang menjadi motto pembangunan ekonomi Jatim berjalan cukup sukses.
Penduduk (rumah tangga) miskin di Jatim juga berangsur-angsur menurun. Tingkat kemiskinan di Jatim adalah sebagai berikut: 2005 (20,3%); 2006 (19,89%); 2007 (18,89%); 2008 (18,51); 2009 (16,68%); 2010 (15,26%). Walau secara persentase menurun tetapi dari angka absolut maupun relative masih merupakan yang tertinggi di Indonesia.

Peran Pemerintah dan Bank Indonesia
Pemerintah merupakan fasilitator dan regulator, pemerintah berperan sebagai konduktor dalam suatu orchestra pembangunan ekonomi regional. Signal yang diberikan oleh pemerintah baik berupa peraturan maupun berbagai kemudahan akan langsung ditangkap oleh dunia usaha dan industry yang selalu bersiap mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi. Bank Sentral (Bank Indonesia) adalah nahkoda yang akan menentukan arah biduk perekonomian berlayar dan antisipasi terhadap terpaan dan gelombang moneter baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun efektifitas signal Pemerintah dan Bank Indonesia sangat tergantung pada peran Perbankan Nasional yang merupakan institusi moneter dan finansial.
Duet yang serasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia serta Pemerintah Daerah dengan Perbankan merupakan kunci daya tarik investor untuk berinvestasi. Infrastruktur dan berbagai kendala di sector riil harus dapat dibereskan oleh Pemerintah, sedangkan perbankan memfasilitasi pendaan investasi. Duet Pemerintah dan Bank Indonesia memegang kunci pengendalian inflasi, khususnya Pemprov Jatim sangat memperhatikan masalah inflasi, karena tidak ingin semakin memberatkan hidup rakyat miskin.
Inflasi yang tinggi berarti naiknya biaya hidup bagi masyarakat dan turunnya nilai riil uang. Formulasi dari Irving Fisher menyatakan bahwa ada hubungan yang pasti antara variable uang beredar (M), tingkat perputaran transaksi (V), jumlah barang yang ditraksaksikan (T), dan tingkat harga barang (P). Formulasinya adalah MV = PT.
Jika dalam kondisi normal, maka perilaku penggunaan uang tetap normal dengan pola yang sama dari waktu ke waktu. Namun jika kondisi tidak normal, maka penggunaan uang oleh masyarakat juga akan berubah untuk mengantisipasi masalah tersebut. Contohnya, kecenderungan untuk memborong atau menimbun barang pada saat inflasi tinggi terjadi, dan sebaliknya. Perubahan perilaku ini terjadi karena ekspektasi terhadap situasi yang terjadi pada saat ini dan antisipasi untuk masa-masa mendatang.
Inflasi adalah permasalahan public, masyarakat secara keseluruhan, bukan masalah bagi institusi tertentu saja. Oleh karena itu, pengendalian inflasi harus melibatkan berbagai pihak terkait dengan kapasitasnya masing-masing dan terkoordinasi dengan baik sehingga diperoleh hasil yang optimal. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang tingkat inflasinya terkendali adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan membawa pada perubahan yang riil, perubahan yang mensejahterakan.

Kerjasama Pemerintah, Bank Indonesia, dan Masyarakat dalam Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
Inflasi ditinjau dari aspek mikro maupun makro sangat signifikan memengaruhi perekonomian dan kesejahteraan rakyat, sehingga harus menjadi perhatian yang serius dalam strategi pembangunan ekonomi. Kestabilan perekonomian melalui pengendalian inflasi menjadi tujuan yang selalu harus diusahakan sebagai prasyarat pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bank Indonesia menjadi lokomotif untuk menjaga kestabilan nilai Rupiah sebagai dasar kestabilan perekonomian. Menekan tingkat inflasi serendah-rendahnya merupakan agenda besar yang diemban oleh Bank Indonesia pada saat ini (inflation targeting).
Respon terhadap fenomena inflasi tersebut adalah dibentuknya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Inflasi yang bukan semata-mata disebabkan oleh kebijakan moneter tetapi juga dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah, permintaan dan penawaran pasar, serta ekspektasi masyarakat. Perlu ada wadah lintas dinas yang terkoordinasi sebagai penyedia data dan informasi untuk identifikasi penyebab inflasi di suatu daerah. TIPD memiliki tugas pemantauan harga dan pemetaan masalah, melakukan pengendalian harga, dan memberikan informasi serta rekomendasi dan alternative solusi guna pengendalian inflasi di daerah.
Pengendalian inflasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi:
1. Memperkuat aspek kelembagaan antara Bank Indonesia di Daerah dan Pemda.
2. Mengidentifikasi sumber-sumber kelangkaan pasokan barang kebutuhan pokok di daerah dan menghilangkan perilaku penimbunan dan pungutan liar.
3. Melakukan diseminasi untuk memberikan pemahaman pada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonommi serta risiko tekanan inflasi.

TIPD sangat diperlukan untuk mendukung strategi kebijakan moneter, sehingga harus mampu untuk mengidentifikasi penyenba inflasi, apakah:
1. Timbul dari sisi penawaran atau supply (cost push inflation);
2. Timbul dari sisi permintaan (demand pull inflation);
TIPD harus juga bisa menyelesaikan konflik kepentingan (conflict of interest) antar institusi Pemerintah Daerah seperti kebijakan yang mengakibatkan peningkatan government expenditure yang berlebihan dan deficit fiscal. Hal lain yang harus dilakukan oleh TIPD adalah mencegah instabilitas dan mekanisme tata niaga yang menyebabkan tingginya transaction cost yang akan berpengaruh pada second round effect dari kebijakan harga Pemerintah (seperti naiknya harga BBM).

Terbentunya TIPD merupakan respon terhadap perlunya koordinasi yang efektif dan penyedia informasi untuk identifikasi laju inflasi pada suatu daerah. Tugas TIPD adalah menjaga ekspektasi masayarakan akan kondisi suplai barang dan sosialisasi pentingnya menekan laju inflasi. TIPD harus mampu menjaga keseimbangan supply dan demand yang tepat waktu, tepat tempat, dan harga yang relative stabil. Sehingga TIPD harus memperhatikan proses dari tahapan produksi, distribusi, saluran pemasanan dan struktur pasar, dan struktur biaya yang melibatkan Pemerintah, swasta, dan masyarakat. Staregi-strategi yang dapat diterapkan oleh TIPD adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat aspek kelembagaan antara Pemda dan Bank Indonesia dalam pengendalian inflasi.
2. mengidentifikasi sumber kelangkaan pasokan barang kebutuhan pokok, menjamin kelancaran distribusi, memperbaiki manajemen sediaan, memperbaiki infrastruktur di daerah, dan menghapus perilaku penimbunan dan pungli.
3. Meneliti dan menganalisis skenarioa kenaikan administered prices terhadap inflasi daerah.
4. Mengidentifikasi factor-faktor yang memengaruhi penetapan UMP dan pengeluaran Pemda yang akan memengaruhi inflasi dan daya beli masayarakat.
5. Melakukan diseminasi pemahaman pada masyarakat terkait dengan kondisi dan prospek ekonomi serta risiko tekanan inflasi.

TIPD Jawa Timur dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/433/KPT/013/2008 tanggal 22 Desember 2008. Kegiatan TIPD adalah penyusunan kajian dan survey identifikasi sumber-sumber inflasi dan langkah-langkah antisipasinya di wilayah Jatim, mengoptimalkan diseminasi hasil analisis dan rekomendasi TIPD terkait dengan pengendalian inlfasi daerah, dan membentuk ekspektasi inflasi di masyarakat.




Perkembangan Perekonomian Jawa Timur 2010 dan Outlook Perekonomian Jawa Timur 2011 (Wibisono – Deputy Moneter Bank Indonesia dan Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah Jawa Timur)

Perkembangan Makro Ekonomi Jawa Timur Tahun 2010
Perkembangan ekonomi Jatim (7,14%) lebih tinggi ketimbang Nasional (6,4—6,8%), sedangkan pengeluaran Jatim didominasi oleh konsumsi (66%) yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi didominasi sector perdagangan yang rentan krisis. Perludukungan investasi, produksi, dan pertanian untuk meningkatkan kestabilan. Konsumsi terbesar di Jatim ada pada Mobil dan Motor, Listrik, dan Kredit Konsumsi.
Kinerja ekspor Jatim membaik dengan tujuan utama Jepang, USA, dan Malaysia. Walau demikian aktivitas investasi mengalami perlambatan sedangkan impor meningkat, khususnya impor mesin dari China yang diharapkan akan mendongkrak kinerja produksi pada tahun-tahun mendatang. Pola pembelanjaan Pemerintah Daerah tidak berubah, awal sampai tengah tahun rendah dan melonjak tinggi di akhir tahun.

Perkembangan Inflasi di Jawa Timur Tahun 2010
Inflasi di Jatim (6,3—6,5%) lebih rendah dari Inflasi Nasional (6,4—6,6%). Inflasi terbesar di Jatim disebabkan oleh volatile food (beras, daging, telur ayam, bawang merah dan putih, dan cabe merah) dan administered prices (tariff dasar listrik, biaya pengurusan STNK, Bahan bakar minyak, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan pajak).
Dibentuk Team Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Jawa Timur yang terdiri dari Surabaya, Kota Kediri, Kota Malang, Kabupaten Sumenep, Kota Probolinggo, Kabupaten Jember, dan Kota Madiun. Pada tahun 2010 Kabupaten Jember mengalami inflasi tertinggi, sedangkan Kabupaten Sumenep adalah yang terendah.

Perkembangan Perbankan di Jawa Timur Tahun 2010
Seiring dengan pemulihan perekonomian di Jatim, kinerja intermediasi perbankan (Bank Umum dan BPR) berjalan dengan baik, khususnya didukung oleh cukup tingginya pertumbuhan kredit yang disalurkan. Total asset perbankan di Jatim mencapai Rp246,07 triliun atau tumbuh 12% dari tahun sebelumnya, dengan penyaluran kredit sebesar Rp152,72 triliun atau naik 15% dari tahun sebelumnya, dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 74,19% dengan non-performing loans (NPL) stabil pada leve 3%. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 8,96% atau senilai Rp205,86 triliun yang didominasi oleh Deposito sedangkan Giro mengalami perlambatan.

Outlook Perekonomian dan Inflasi Nasional 2011 dan 2012
Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 dan 2012 diperkirakan akan meningkat mencapai kisaran 6,0—6,6%. Diharapkan pertumbuhan tersebut didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap kuat dan investasi yang membaik. Pertumbuhan di fokuskan pada sector industry, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan, dan komunikasi, serta pertanian. Perkiraan inflasi adalah 4—6%, sedangkan bila penguatan ekonomi terjadi akan dicapai target 3,5—5,5%. Faktor risiko adalah adanya ganggung produksi dan distribusi kebutuhan pokok serta kenaikan harga administered (TDL, BBM, LPG).

Outlook Perekonomian dan Inflasi Nasional 2011
Pertumbuhan ekonomi di Jatim diprediksi tummbuh dikisaran 6,6—7,1% yang didorong oleh peningkatan konsumsi, naiknya nilai ekspor, dan investasi khususnya pada sector perdagangan, intensifikasi pertanian dengan pupuk organic, dan permintaan ekspor furniture, produk alasa kaki, dan produk olahan makanan dan minuman.
Sedangkan inflasi diperkirakan pada kisaran 4,6—6,6% dikarenakan oleh naiknya inflasi produk-produk impor, anomaly cuaca, dan rencana kenaikan administered prices. Stabilnya nilai tukaar rupiah diharapkan mampu menahan tekanan inflasi.
Dimungkinkan terjadi overheat ekonomi dikarenakan pertumbuhan tinggi tetapi inflasi juga tinggi, kondisi ini harus segera diatasi dengan memperbesar mesin ekonomi melalui investasi.



Kendala dan Tantangan Pengusaha pada Tahun 2011 (Herman Suryadi – Wakil Ketua umum Asosiasi Penguasaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Malang)

Kendala Sektor Keuangan
• Inflasi tinggi dikarenakan konsumsi tinggi yang disebabkan oleh rendahnya bunga deposito.
• Bunga pinjaman yang 12% terlalu tinggi bagi pengusaha (spread diharapkan hanya sekitar 3%).
• Kurs menguat yang diharapkan dapat ditahan pada tingkat USD1 = IDR9.000.
• Masalah pembatasan BBM dan naiknya cukai tembakau.
• Hot money dari Eropa dan USA.
• Road map single tariff untuk perusahaan rokok akan memberatkan UKM dan perusahaan rokok kecil.
• Penertipan golongan pabrik eokok dengan menggabungkan anak-anak perusahaan pada perusahaan induk akan menaikkan golongan pabrik.

Kendala Pajak
• Beban UKM, retail dari 8% menjadi 20% akan memberatkan pengusaha.
• PPN berantai, termasuk untuk gula danLPG akan menaikkan harga dan mempersulit administrasi.
• PPh rekanan (PPh 23) sangat sulit diterapkan pada perusahaan tanpa NPWP.
• PPh 21, kenikmatan bagi karyawan. Perusahaan memberi akan dikenai pajak, perusahaan menjadi enggan memberi kenikmatan bagi karyawan seperti pelatihan. Bukankah menjadi demotivasi?
• Lingkaran setan kenaikan upah dan naiknya biaya produksi serta harga produk. Perlu dikaitkan antara kenaikan upah dengan produktivitas dan sertifikasi pekerja.
• Pesangon dan outsourcing. Bagi perusahaan untuk mengatasi masalah fluktuasi produksi dan borongan pekerjaan. Perhitungan pesangon yang rasional.
• Demo yang anarkis dan merusak alat produksi.

Kendala Sarana
• Susahnya menaikkan daya listrik.
• Perlunya kawasan industry untuk efisiensi pengolahan limbah, sarana jalan dan pergudangan, tata ruang yang memadai dan mencegah macet, dan perumahan dan kebutuhan dasar bagi karyawan secara bersama.
• Kawasan perdagangan untuk mencegah hutan ruko dan mempermudah pemasaran produk.
• Pasar modern dengan memodernisasi pasar tradisional sehingga mampu bersaing dengan took jaringan. Pasar tradisional punya kekuaran pada flexible price, barang eceran, dan relasi social.
• Pasar Induk yang modern seperti Pusa Agro di banyak tempat berbasis keunggulan daerah.

Kendala Perizinan
• Perpanjangan ijin gangguan yang berbelit seperti mengajukan ijin baru.
• Perluasan pabrik paling cepat memakan waktu 6 bulan.
• Retribusi dan kutipan illegal.

Peluang
• Ekspor alas kai nasional yang terus naik (USD24million pada tahun 2011).
• Penghapusan biaya fiscal ke luar negeri per 01 Januari 2011.
• Penyerapan produk local oleh PNS, sekolah, dan lembaga2 lain.
• Pemeringkatan (rating) untuk UKM dan dibina untuk kerjasama dengan mitra luar negeri.

Pengusaha hendaknya dijadikan mitra sejajar untuk bekerja bersama dan tidak dijadikan obyek (sapi perahan) oleh Pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat.


Diskusi
Tanya:
• Masalah infrastruktur untuk distribusi dan pemerataan ekonomi.
• Masalah pembatasan BBM.
• Pemanfaatan produk-produk local untuk menekan inflasi.
• Pemberdayaan UKM melalui dukungand ari Perbankan dan CSR perusahaan-perusahaan besar di masing-masing daerah.
• Kiat-kiat untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi.
Jawab:
• Pengembangan kawasan selatan Jatim untuk mendorong perekonomian Jatim secera menyeluruh (Jalinsel, pelabuhan, dan investasi).
• Pembenahan infrastruktur membutukan waktu dan adanya dampak ikutan seperti pembebasan tanah dan lain sebagainya, khususnya moral dari para pemilik tanah dan spekulan.
• Butuh perencanaan jangka panjang yang integral dalam pembangunan ekonomi nasional seperti di China dan Vietnam.
• Kekhasan Jatim dengan kesalehan sosial untuk menurunkan tensi ketegangan karena perbedaan ekonomi, social, dan budaya.
• Peran Dewan Riset Daerah dengan Komisi Ekonomi, Komisi Sarana-Prasaranan, dan Komiss Sosial Budaya.
• Jaminan Kredit Daerah merupakan program kredit (tanpa agunan) pada UMKM yang prospektif tetapi tidak mampu secara modal. Diusulkan oleh Gubernur Jatim pada Bank Indonesia Jawa Timur.
• Pertumbuhan ekonomi harus mampu mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan.
• Pencabutan subsidi BBM seharusnya bertujuan untuk mendewasakan sector industry dan meningkatkan daya saing tetapi harusnya melalui tahapan sosialisasi yang mantap dan bukan mendadak serta tanpa penjelasan seperi kebijakan saat ini.
• Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) merupakan informasi bagi prediksi dan perencanaan pembangunan ekonomi dan menekan laju inflasi. Berperan penting untuk perencanaan (road map) dan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan ekonomi daerah dan nasioanal.





Kesimpulan
Pemerintah dengan kekuatan fiscal dan berbagai otoritas yang dimilikinya seperti penetapan aturan main dalam dinamika pembangunan ekonomi sangat vital dalam memengaruhi kinerja perekononmian di suatu daerah. Bank Indonesia dengan otoritas pengaturan moneter sangat menentukan kecukupan jumlah uang yang tersedia bagi perekonomian. Perbankan sebagai saluran kekuatan moneter dan sekaligus institusi finansial mendukung likuiditas dalam investasi yang menentukan kinerja perekonomian suatu daerah. Hubungan Pemerintah (fiskalis) dan Bank Indonesia (moneratis) adalah dasar yang menentukan kinerja ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus mampu mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan.

Kamis, 30 Juni 2011

WORKSHOP PENULISAN ARTIKEL ILMIAH “GOVERNANCE FOR PUBLIC SECTOR

WORKSHOP PENULISAN ARTIKEL ILMIAH “GOVERNANCE FOR PUBLIC SECTOR
MAGISTER AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA, 08 DESEMBER 2010

Disusun Oleh:
Daniel S. Stephanus, SE, MM, MSA, Ak.

Latar Belakang
Penulisan Ilmiah menjadi bagian penting dan tak terpisahkan bagi Perguruan Tinggi. Rendahnya animo Dosen untuk menulis dan mempublikasikan tulisannya menjadi hambatan tersendiri bagi kemajuan sebuah Perguruan Tinggi. Apalagi menulis dan mempublikasikannya secara internasional. Sebagai bentuk perhatian dan bentuk corporate social responsibility Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, diselenggarakanlah “Workshop Penulisan Artikel Ilmiah – Governance for Sector Public”.
Diharapkan dari workshop ini muncul penulis-penulis artikel ilmiah yang bukan hanya menulis pada jurnal ilmiah nasional tetapi juga jurnal ilmiah internasional. Juga disampaikan pada workshop kali ini kiat-kiat menulis artikel ilmiah pada jurnal internasional dan juga kiat-kiat untuk menerbitkan jurnal ilmiah baik untuk skala nasional maupun internasional pada banyak perguruan tinggi.
Waktu, Tempat, dan Penyelenggara
Rabu, 8 Desember 2010 – Ruang Sidang Fakultas Ekonomi
Program Magister Akuntansi – Fakultas Ekonomi – Universitas Sebelas Maret
Rincian Kegiatan
1. Environmental Management Screening via Scorecard by Prof. Dr. Mustafa M. Zein – Universiti Teknologi Mara, Malaysia.
2. Can A Gas Leak Lead to Company Sale? By Dr. Padma Srinivasan – Manipal University, Bangalore Campus, India.
3. Internasionalisasi Melalui In House International Journal by Hasan Fauzi, Ph.D. – Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.

Ringkasan Materi
Environmental Management Screening via Scorecard by Prof. Dr. Mustafa M. Zein – Universiti Teknologi Mara, Malaysia.
Consideration to the future business: (1) How the planet survive in the future? (2) People safety in the next generation. People and Planet before Profit: looks to the habitat and human before thinking about the profit. Physical Environment + Habitat + People Dimension before Profit Dimension, called the 4 dimension. What the purpose of developing something if the environment, habitat/ecology, and people lost (loss of culture, tradition, heritage, belief).
Example:
Uzbekistan
Aral Sea Disaster, the world’s fourth largest lake in the world, 70,000 square kilometer with 1 trillion cubic meter water in 1960. It reduced to pond measuring about 8% of its original sized in 2007. The problem is bad irrigation management. 1960 to 1990 the agricultural land area has doubled, so did the water consumption, more than 90% of the lake become desert.

Pennsylvania, USA (May 1962)
Fire commences out shorts of town when trash was burned in the pit. The coal then began to burn underground. For the next 2 decades workers battled the fire.

Bhopal, India (1984)
Pesticide plant owned by US firm, Union Carbide. 40 tons of deadly methyl isocyanides blown in the air, 7,000 to 10.000 people died and 15,000 people died between 1985—2003, 100,000 people are still suffering chronic and deliberating.

Chernobyl, Russia (1986)
Nuclear meltdown April 26th, 7 event on the international Nuclear Event Scale. 4,000 to 9,000 people died as a consequence, 350,000 people were evacuated. The radiation is 400 times atomic bombs dropped on Hiroshima. The ecosystem near the reactor was badly hit. Huge number of animals also died, ¾ Europe affected by the Chernobyl radiation.

Alaska, USA (1989)
Alaska is the most beautiful state in USA. March 24th, 1989 Exxon Valdez ran aground on Bligh Reef, spilling millions of gallons into Prince William Coast. 150 miles coast line covered by crude oil with the 15 cm layer of oil. All ecology habitats impacted. June 21st, 2010 86,985 square miles gulf coverage by oil.

Lapindo Mud Flow, Indonesia (2006)

Gulf of Mexico, USA (2010)
Flowed for three months, April 20th, 2010 Deep Water Horizon drilling rig explosion. 4,9 million barrels of crude oil flowed to the sea, 53,000 barrels per day, 7 times than the Alaska 1989. Damage to the marine and wildlife habitat, 4,200 square miles of the gulf were reclosed to shrimping after tar balls were found in shrimper nets.

Managing the Environment
In its most general sense, managing natural environment is about protecting, improving, and sustaining human, animal and other living species and the many systems which support those lives.
The actions and interactions of species and ecosystems contribute to the cycling water, gases, and nutrients, and to the stability resilience and robustness of the biosphere on which all species ultimately depend.
How to calculate the loss of heritage, culture, environment, habitat, ecology? Use the Environmental Scorecard (and Social Scorecard), Environmental (and Social) Benefit and Lost.
The Scorecard: 0 – 2 – 4 – 6 (from low to high): <10 = proceed; 11 to 20 = find alternative solution; 20> = not recommended or abandon.


Can A Gas Leak Lead to Company Sale? By Dr. Padma Srinivasan – Manipal University, Bangalore Campus, India.
What am I to do? If: my workers left me? My shareholders lost me? My creditors lost respect?
What shall we do? If: my trade unions fights? My stake holders fight? My society fights?
What happen to me? If: face the labor problems? Face the environment problem? Face the social problem? Face the legal problem?
By example, mining company with the vesting assets, the non-renewable assets face the ecological problem.
Business must consider the three bottom lines: Planet, People and profit.

Governance in India
Common feature of all regulations:
1. Cadbury Report 1992 (only professional people will hire as board of directors);
2. Sarbane Oxley (SOX Act) 2002;
3. SEBI Regulations;
4. Advocate better board independence qualitatively and quantitatively.


Agency issues:
1. Conflict between controlling and minority shareholder;
2. Share ownership is not properly diffused;
3. Signs of pyramiding (one man show) and tunneling (drawing the earning for personal purpose).

Trends in India:
1. Aim towards global convergence (IFRS);
2. Anglo Saxon Model one share one vote;
3. SEBI’s and MCA rulings are reflecting the same;
4. Favor board independence and autonomy;
5. India is raising funds through ADR/GDR;
6. Voluntary disclosures are increasing.


Internasionalisasi Melalui In House International Journal by Hasan Fauzi, Ph.D. – Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia.
New emerging developing countries: BRICA (Brazil, Russia, India, China, ASEAN).
Program Studi berdimensi Internasional telah menjadi tuntutan Departemen Pendidikan Nasional. Penilaian terbesar ada pada kualitas riset (research quality) dan terpublilkasi secara internasional (publish in international journal).

University and Center of Excellence:
Input  Process  Output
Academic staff Research activities Publication
Researcher
Students

------------------------------------------------------------------------------------- International Benchmarking
Strong Corporate Culture

Penilaian oleh THIS:
Bukan Borang tetapi Publikasi Internasional dengan Index SCOPUS dan Search di Google.
Existing condition: Indeks Publikasi Indonesia = 0,8 (low academic atmosphere)
DIKTI mendukung kegiatan research dengan berbagai grant untuk menaikkan indkes publikasi.

Indeks dari THIS
Dimensi Indikator Bobot Metode
Kualitas Penilaian Peer review 40% Survey pakar
Sitasi 20% SCOPUS
Daya serap lulusan di dunia internasional Recruiter review 10% Survey lembaga penerima tenaga kerja internasional
Pandangan internasional terhadap universitas Rasio mahasiswa asing 5% Data rasio
Rasio staff asing 5% Data Rasio
Kualitas pembelajaran Rasio klas dan proses pembelajaran 20% Data sekunder rasio

Persayaratan International Journal oleh DIKTI:
1. Bahasa resmi OBB, khususnya inggris.
2. Kontributor dari seluruh dunia.
3. Mitra bestari (editorial board) dari seluruh dunia.
4. Menganut penelaahan secara anonym (blid peer review).
5. Distribusi berkala ke seluruh dunia.
6. Impact factor terekam (disitasi oleh orang lain).
7. Umumnya diterbitkan oleh himpunan profesi.
8. Terbit teratur.

Perlunya dukungan internasional pada publikasi internal oleh Universitas:

Contoh:
Issues in Social and Environmental Accounting

ISSN: 1978 – 0591

Published by: ICSEARD – Sebelas Maret University and EBSCO Publishing Co., USA.

Website: www.isea.icseard.uns.ac.id

International Associations support:
1. CSEAR (St. Andrew University)
2. CSR Network (Demonworth University)
3. Environmental Management accounting Network (Asia-Pacific, Europe, Africa)
4. GABER (Florida University, USA)
5. AAA-PIS (Florida University, USA)

Activities for nexth year:
1. Workshop on how to publish in international journal in cooperation with CSR Network.
2. International conference in cooperation with ICSEAR – CSR Network and Research Center.

Business Plan:
1. International Editor
With existing editorial board extending the list inviting members of international associations supporting ISEA.
2. Contributors
Association such as CSEAR and CSR Network supports the call for paper to their members all over the world.
3. Self-Reliance Strategy
After DIKTI’s Grant, promotion and ISEA Web and discussion.
4. Competitors
Domestic: improve quality and maintaining current position.
International: improve impact factors and indexed by SCOPUS.
5. Advertising Support
World scientific; Mc Graw-Hill; Prentice-Hall
6. Marketing
Via EBSCO and ISEA Web (www.isea.icseard.uns.ac.id)

Sejarah:
Berawal dari “international class” pada Program Magister Akuntansi, penerbitan jurnal ilmiah dilakukan sebagai salah satu strategi promosi internasional selain untuk menjadi wadah bagi sivitas akademika Jurusan Akuntansi UNS berkiprah secara internasional. Motto: the best we can do, just do it!
Editor internasional bekerja secara gratis sebagai consensus insan akademik.

Dimensi Jurnal Internasional:
1. In house journal.
2. How to get publish in international journal.
* How to write and publish?
* Basic elements: phenomenon or theoretical or research gap.
* Mengemas isu local menjadi isu universal.
* Memperhatikan kebijakan dari masing-masing jurnal (guidance for the author).
* Issue coverage menjadi perhatian utama.
* Kontribusi artikel.

Technical Aspects (How to):
1. Prepare the title, clear and central idea.
* Given your paper, clear and explanatory tittle that highlights the central idea or theme of your research.
* Select up to six words that encapsulate the subject content of your paper.
2. List the authors and addresses.
3. Prepare the abstract, 150 to 200 words.
* Purpose of the paper
* Design or methodology approach
* Findings
* Research limitations or implication (if applicable)
* Practical implications (if applicable)
* What is original or value of the paper.

4. Write the introduction (the issue).
* Background
* The problem
* The proposed solution
* Related work
* An anticipation of the conclusions
* The outline (plan of the paper)
5. Write the methodology (sample selection, justification, tools and why).
6. Write the results (objective: what is the result and the main data analysis).
7. Write the discussion (the interpretation of the result).
* State the major findings of the study
* Explain the meaning of the findings and why the findings are important.
* Relate findings to those of similar
* Consider alternative explanations of the findings
* Do not over-interpretation of the result
* Do not unwarranted speculation
* Do not inflating the importance of the findings
* Do not tangential issues
* Do not conclusions that are not supported by the data.
8. State the acknowledgements.
9. Cite the references.
10. Keyword the manuscript.

How to deal with reviewers and editors:
1. Understand the instruction for authors in every journal.
2. Review and understand the reviewer’s comments.
3. Make corrections based on the comments or argue if you don’t agree with the reviewer comments.

Note: the article is 10 to 15 pages include the references.
• Simple but clear sentences.
• Consult to the proof reader.
• Deal with reviewers and editor.
• Tidak semua suggestion dari reviewer harus diikuti, asal ada argementasi dan reasoning yang kuat. Tetapi bila memang kesalahan ada pada tulisan kita harus diakui dan dilakukan perbaikan.
• Jangan lupa selalu memberikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang membantu termasuk proof reader dan reviewer. Ethical things in the international relationship.

Type of papers:
1. Research paper
2. Viewpoint
3. Technical paper
4. Conceptual paper
5. Case study
6. Literature review
7. General review

Kesimpulan
Perkembangan terkini dari Akuntansi adalah masuknya aspek social dan lingkungan sebagai isu terkini. Dengan mengusung visi People and Planet before Profit menjadi bisnis bukan semata menganai mencari laba (profit) sebesar-besarnya dengan mengorbankan manusia dan lingkungan. Sebaliknya, sebelum menghitung laba harus menghitung kerugian yang mungkin terjadi pada manusia (social) dan lingkungan. Sebuah pemikiran untuk tujuan jangka panjang dan mengacu pada pembangunan berkelanjutan (sustainable development) untuk memperoleh hidup yang lebih baik di bumi ini, baik untuk saat ini dan untuk masa-masa mendatang.
Sebuah intitusi pendidikan tidak boleh bangga bila hanya berprestasi pada tingkat nasional apalagi local, sudah seharusnya berpikiran untuk memiliki prestasi internasional. Untuk dapat diakui secara internasional, persyaratan mutlak yang diperlukan adalah publikasi internasional. Ada 2 cara untuk dapat melakukan publikasi internasional, pertama adalah dengan menulis sebanyak-banyaknya ke jurnal-jurnal internasional dan yang kedua adalah menerbitkan sendiri publikasi internasional (in house international journal). Berbagai persyaratan sulit memang harus dipenuhi tetapi yang terpenting adalah perubahan budaya, dari budaya mengajar menjadi budaya untuk riset, menulis, dan mempublikasikan hasil tulisannya bukan hanya pada tingkat local ataupun nasional tetapi pada tingkat internasional.
Memulai memang berat tetapi bila tidak dimulai-mulai selamanya tidak akan bergerak. Mengutip motto dari Progam Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta, “Cara terbaik yang dapat kita lakukan adalah lakukan saja!” dapat menjadi pelecut bagi kita di Universitas Ma Chung untuk terus maju dan berbuat sesuatu, menulis dan mempublikasikannya, bukan hanya berhenti pada tingkatan local ataupun nasional tetapi pada skala internasional.

Selasa, 03 Mei 2011

ERELAWANAN UNTUK KORBAN ERUPSI MERAPI DI MAGELANG – JAWA TENGAH

KERELAWANAN UNTUK KORBAN ERUPSI MERAPI DI MAGELANG – JAWA TENGAH

Disusun Oleh:

Daniel S. Stephanus, SE, MM, MSA, Ak.

Jaya Dani, S.Sos

Trianom Suryandharu, S.Sos.

Latar Belakang

Bencana letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan diikuti oleh serangkaian letusan lain dan puncaknya pada tanggal 5 November 2010, telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, kehilangan hak milik serta dampak buruk terhadap kelangsungan mata pencaharian penduduk yang terkena dampaknya. Data BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) per 22 November melaporkan dampak kerugian akibat letusan Gunung Merapi sebagai berikut:

KABUPATEN/

KOTA

JUMLAH JIWA

RUMAH RUSAK

BANGUNAN PUBLIK

MENING-GAL

RAWAT INAP

IDP

BRT

SDG

RGN

SEKO-LAH

PASAR

PUSKES-

MAS

PUSTU

TEMANGGUNG

2,486

MAGELANG

43

115

508,413

119

158

296

BOYOLALI

10

37

2,109

KLATEN

29

79

24,000

SLEMAN

227

236

86,939

2346

217

7

10

5

YOGYAKARTA

4,923

BANTUL

19,651

KULONPROGO

2,333

GUNUNGKIDUL

6,630

TOTAL

309

467

657,484

2.465

158

296

217

7

10

5

Disamping korban jiwa dan infrastruktur, dilaporkan pula dampak langsung kerugian di sektor pertanian dan peternakan senilai Rp 247 miliar.

Mempertimbangkan skala korban dan dampak kerugian akibat erupsi Merapi yang besar dan keterbatasan kemampuan pemerintah serta lembaga-lembaga/pihak lain untuk menjawab semua kebutuhan masyarakat yang terkena dampak, maka JRS (Jesuit Refugee Service) sebagai lembaga yang berkantor pusat di wilayah bencana, memutuskan untuk melakukan kegiatan tanggap darurat selama 2 bulan, dengan prioritas pada pemenuhan kebutuhan dasar mendesak bagi mereka yang kurang atau tidak mendapat perhatian dari pihak lain.

Tujuan umum kegiatan tanggap darurat adalah menyediakan kebutuhan dasar makanan dan non-makanan bagi 3000 pengungsi di wilayah Provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tujuan umum tersebut dijabarkan dalam 2 tujuan khusus, yakni:

(1) Memberi bantuan dasar makanan dan non-makanan bagi 3.000 pengungsi di 4 Kabupaten (Magelang, Boyolali, Klaten dan Sleman), terdiri dari 2000 orang dewasa dan 1000 orang dari kelompok rentan (ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak-anak balita, dan lansia),

(2) Memastikan bahwa hak-hak pengungsi dan masyarakat yang terkena dampak bencana diperlakukan sesuai dengan Prinsip-prinsip Panduan Pengungsi internal, Hak-hak asasi manusia, Hukum dan Panduan kemanusiaan Internasional.


Waktu, Tempat, dan Penyelenggara

Waktu: 13 November—01 Desember 2010

Tempat: Posko Logistik Muntilan dan Blabak – Magelang – Jawa Tengah

Penyelenggara: Jesuit Refugee Servive (JRS) dan Conggregasi Misi (CM)

Rincian Kegiatan

Pra Pemberangkatan (13—17 November 2010)

Sebelum dilakukan pemberangkatan rombongan relawan dari Universitas Ma Chung dilakukan Pra Survei yang dilakukan oleh Daniel S. Stephanus. Pra-survei dilakukan dengan melakukan aktivitas kerelawanan pada Gereja Kristus Penebus – Magelang atas permintaan Gereja yang bersangkutan untuk mengelola posko yang akan dibuka. Selain menata Posko GKP dilakukan pula aktivitas assessment dan distribusi untuk mengetahui informasi lengkap kondisi lereng Merapi, kondisi pengungsian, dan tugas yang akan dilaksanakan oleh Tim Relawan UMC. Sekaligus dilakukan kontak dengan Posko Jezuit Refugee Service (JRS) – Conggregasi Missi (CM) yang akan menjadi lokasi posko dari Tim Relawan UMC.

Aktivitas distribusi dan survei dilakukan pada:

1. Pos Pengungsi Balai Desa Banyuroto – Kecamatan Sawangan, dengan jumlah pengungsi 1.215 jiwa, 3 kali distribusi.

2. Pos Pengungsi Desa Ketundan – Kecamatan Pakis, dengan jumlah pengungsi 947 Jiwa, 2 kali distribusi.

3. Pos Pengungsi Desa Pogalan – Kecamatan Pakis, dengan jumlah pengungsi 225 jiwa, 2 kali distribusi.

4. Pos Pengungsi Desa Giyanti – Kecamatan Candimulyo, dengan jumlah pengungsi 209 jiwa, 1 kali distribusi.

Aktivitas komunikasi, diskusi, dan penyiapan untuk kedatangan Team Relawan UMC Gelombang Pertama dilakukan di Posko JRS – CM di Museum Paroki Muntilan – Kecamatan Muntilan – Magelang. Komunikasi dan diskusi dilakukan untuk pemantapan dan up-date informasi terakhir baik mengenai Posko maupun kondisi erupsi merapi dan pengungsian.

Gelombang 1 (19—23 November 2010)

Tim relawan terdiri dari William Chung, Pungky Andriyani, Reza, Tanuarto Simatupang, Wisnu, Trianom Suryandharu.

Ketika tim relawan datang di lokasi posko, kondisi posko sedang dalam tahap ‘opname stock’. Artinya, posko tidak menerima kiriman barang bantuan dari pihak luar. Akan tetapi lebih fokus pada pembagian atau distribusi barang bantuan yang ada. Hal ini dilakukan karena posko akan mengalami perpindahan ke daerah Blabak.

Menurut beberapa informasi yang didapat sebelum pemberangkatan, kedatangan barang bantuan seolah-olah tidak mengenal waktu. Kapanpun, jam berapapun, barang bisa datang sewaktu-waktu. Belum lagi proses survei dan pengambilan data, untuk menentukan kebutuhan barang yang akan diberikan kepada pengungsi. Dengan demikian, terbayanglah tingkat kesibukannya.

Ketika tim relawan kloter I datang, ternyata tahapnya sedang mengalami penurunan aktivitas. Oleh karena itu, dikhususkan pada survei dan pendataan kebutuhan, serta merapikan pelbagai catatan administrasi keluar-masuknya barang bantuan.

Tim datang di Museum Van Lith Paroki Muntilan, Sabtu, 20 November 2010, pukul 04.30. Istirahat sebentar, kemudian ada brifing sebentar oleh Ibu Taka Gani, Koordinator Posko Jezuit Refugee Service (JRS). Perkenalan singkat dengan lembaga JRS, diteruskan dengan koordinasi pembagian tempat survei dan assessment. Tim relawan dari UMC segera bergabung dengan relawan lainnya yang ada di posko.

Kegiatan hari I ini, tim melakukan distribusi dan assessment. Tim relawan dari UMC yang kebetulan banyak yang memiliki ketrampilansebagai sopir, akhirnya mereka dipecah menjadi tiga tim. Masing-masing menjadi sopir. Seorang di antaranya, Pungky, diminta lebih konsentrasi membantu di bidang administrasi.

Minggu, 21/11, posko sedang reses. Ibu Taka malah meminta posko di-‘break’ dulu. Dia minta para relawan tidak banyak melalukan aktivitas dulu, malah kalau perlu istirahat dan jalan-jalan, mengingat kejenuhan dan keletihan dari relawan yang selama ini ada di sana.

Esok harinya, Senin, 22/11, aktivitas kembali normal. Artinya, pagi koordinasi, dilanjutkan persiapan barang bantuan untuk dikirimkan. Setelah pengiriman (distribusi), aktivitasdilanjutkan dengan penggalian kebutuhan (assessment) ke daerah lainnya.

Senin, 22/11, sore hari, setelah selesai beraktivitas seharian, teman-teman di posko melihat anak-anak pengungsi yang beraktivitas. Ada dua orang relawan dari luar yang sedang mengajak anak-anak itu menggambar dan bermain. Akhirnya, teman-teman relawan terlibat kegiatan menggambar bersama dan bermain sepak bola.

Selasa, 23/11, sebelum kembali ke Malang, tim menyempatkan diri melakukan distribusi bantuan. Kali ini ke daerah Desa Jumoyo, Kecamatan Salam (korban terdampak), dan Dusun Dadapwangi, Desa Banyuadem, Kecamatan Srumbung. Di lokasi yang terakhir ini, desa terletak agak masuk ke dalam. Sekitar 25 km dari jalan raya. Kondisi jalan bebatuan (makadam). Di kanan kiri jalan, Nampak suasana desa yang luluh-lantak. Nampaknya, desa ini merupakan sentra perkebunan buah salak. Banyak tanaman salak yang daunnya tumbang tertimpa abu.

Tanaman ini rusak, menurut warga setempat, butuh waktu 2-3 tahun lagi agar tanaman itu bisa berbuah lagi. Menjelang pulang, setelah selesai menurunkan bantuan, tim relawan diberikan sedikit oleh-oleh, yaitu satu glansing buah salak. Menurut mereka, Merapi kebetulan saja meletus persis saat tanaman salak sedang berbuah. Bahkan, buahnya sebagian besar sudah siap panen. Nah, jadi termasuk buah salak yang diberikan kepada tim relawan ini memang merupakan buah panen terakhir. Setidaknya, akan panen lagi dua tahun mendatang.

Tim diminta menerima buah salak tersebut, sebagai bagian dari ucapan terima kasih mereka. Mereka merasa tidak sendirian menghadapi musibah ini. Lebih dari itu, mereka sudah merasa memiliki saudara. Bahkan pula, mereka sudah merasa cukup dibantu. Oleh karena itu, hanya buah salak inilah yang menjadi ungkapan mereka.

Selasa sore, tim relawan UMC berangkat pulang ke Malang. Pada 25/11, diadakan pertemuan evaluasi dan berbagi pengalaman dari tim relawan kloter I, sekaligus transfer data dan informasi terakhir ke tim relawan kloter II.

Gelombang 2 (26 November—01 Desember 2010)

Tim Relawan yang terdiri dari Pak Jayadani (Team Leader), Daniel SS (Akuntansi), Alfius (SI), Meidi (SI), Crsitian (SI), Ajeng (Manajemen), Aldino (Manajemen), Risky (Manajemen), Edo (Manajemen), Gita (Bahasa Inggris).

Berangkat dari Kampus UMC pada tanggal 26 November 2010 malam.

Aktivitas hari pertama (27 November 2010), melakukan perhitungan barang dan penataan gudang karena Posko dari Museum Paroki Muntilan pindah ke Blabak, Mungkid, Magelang. Aktivitas pengklasifikasian barang berdasar kelompok dan jenis, serta pencatatan dilakukan untuk mempermudah pencatatan dan pengambilan untuk pendistribusian.

Aktivitas hari kedua (28 November 2010), dilakukan distribusi dan assessment. Distribusi dilakukan pada Pos Pengungsi Balai Desa Kadiluwih – Kecamatan Salam dengan pengungsi yang berasal dari Desa Tegalrandu – Kecamatan Srumbung. Selanjutnya dilakukan assessment ke Pos Pengungsian Dusun Keron – Desa Korowagan – Kecamatan Sawangan.

Aktivitas hari ketiga (29 November 2010), dilakukan assessment ke Pos Pengungsian Paroki Santo Petrus – Kecamatan Borobudur, Dusun Remame – Desa Jumoyo – Kecamatan Salam (korban terdampak), dan Dusun Dadapwangi – Desa Banyuadem – Kecamatan Srumbung (pengungi yang telah kembali / returnee).

Aktivitas hari keempat (30 November 2010), dilakukan satu kali distribusi ke Pos Pengungsi Dusun Keron – Desa Korowagan – Kecamatan Sawangan. Aktivitas dilanjutkan untuk melakukan pemilahan (sortir) baju pantas pakai berdasar jenis pakaian (pria-wanita - Dewasa-anak-anak) untuk mempermudah distribusi dan penataan gudang khusus pakaian.

Aktivitas hari kelima (01 Desember 2010), melakukan distribusi ke Pos Pengungsi Paroki Santo Petrus – Borobudur dan Dusun Dadapwangi – Desa Banyuadem – Kecamatan Srumbung. Pada waktu kepulangan ke Posko Induk, berkesempatan menjadi saksi mata keganasan Banjir Bandang Lahar Dingin yang menerpa Sungai Pabelan – Muntilan. Akibat dari banjir bandang ini, jalan raya Jogja-Magelang ditutup selama 4 jam karena Jembatan Pabelan dalam kondisi kritis dan menunggu banjir lewat.

01 Desember 2010 malam, walaupun dalam kondisi masih lelah dipaksakan diri untuk pulang karena pada keesokan harinya harus masuk kuliah dan kembali beraktivitas seperti biasa.


Ringkasan Materi

Aktivitas kerelawanan ini dilakukan hanya untuk aktivitas tanggap darurat (emergency response) dengan mengambil peran sebagai Pos Logistik yang akan menjadi penyedia logistic bagi Pos-Pos Pengungsian yang tersebar di Kabupaten Magelang. Terdiri dari Kecamatan Muntilan, Borobudur, Salam, Srumbung, Dukun, Sawangan, Pakis, dan Candi Mulyo. Aktivitas Pos Logistik terdiri dari aktivitas:

1. Administrasi dan Database

Divisi ini bertugas untuk mengumpulkan dan menyimpan data baik yang terkait dengan data donator, relawan, jumlah barang yang diterima, jumlah barang yang didistribusikan, pos pengungsi yang dilayani, data pengungsi pada masing-masing pos yang dilayani, dan berbagai aktivitas dokumentasi data lainnya.

2. Gudang dan Persediaan Barang

Divisi ini bertugas untuk mencatat barang masuk dan barang keluar sesuai dengan jenis dan item barang. Mengklasifikasi dan mengelompokkan sesuai kelompok barang seperti beras, pakaian, obat-obatan, mie instan, air mineral daln barang-barang lain berdasar merk, isi, dan klasifikasi-klasifikasi lainnya. Bertugas pula untuk menyiapkan barang-barang yang akan didistribusikan sesuai permintaan dari Divisi Assessment.

3. Assessment

Divisi ini bertugas untuk melakukan pengamatan (survey) dan penilaian (assessment) terhadap kondisi dan kebutuhan pos pengungsian yang akan diberi bantuan logistik. Assessment didasarkan pada proposal, telefon, dan informasi lain yang masuk atau berdasar temuan dari tim assessment sendiri. Pengamatan dan penilaian ini akan dijadikan dasar bagi jenis dan jumlah barang yang akan disalurkan. Divisi ini bertugas pula mendata jumlah pengungsi dan mobilitas pengungsi dari waktu ke waktu berdasar dusun-desa-kecamatan asal dan basis demografi. Diupayakan pula untuk memperoleh informasi-informasi lain yang signifikan seperti pos pengungsian lain yang mungkin belum terlayani oleh posko logistic, potensi konflik dan potensi kerentanan lainnya.

4. Distribusi

Divisi ini bertugas untuk mengirimkan logistic pada pos pengungsian seperti yang telah dipersiapkan oleh Divisi Gudang dan Logistik atas permintaan Divisi Assessment. Selain mengirimkan sampai pada lokasi yang dituju, divisi ini berusaha pula untuk menggali informasi seputar pos pengungsian yang dituju sebagai bahan pelengkap bagi Divisi Assessment.


Kesimpulan dan Rekomendasi

Aktivitas kerelawanan menjadi aktivitas penting untuk menginternalisasi nilai-nilai Ma Chung, bukan hanya menumbuhkan berbela rasa, bukan hanya mempertajam empati, tetapi mempertegas kemampuan untuk berkarya nyata bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas kerelawanan bukan hanya aktivitas fisik semata tetapi pembelajaran dan pelatihan untuk kerjasama tim, manajerial, organisasi, kepemimpinan, dan menjadi motivator melalui aktivitas trauma healing.

Aktivitas kerelawanan membutuhkan kemampuan dan keahlian dalam penggalian data, penyusunan basis data (data base), analisis kebutuhan, analisis sosial, pemetaan, dan pengambilan keputusan berdasar kondisi lapangan. Kemampuan dan keahlian yang akan berguna bagi mahasiswa UMC untuk lebih siap menghadapi dunia nyata baik saat ini sebagai mahasiswa dan nantinya sebagai apapun setelah lulus nanti. Kemampuan analisis kritis yang terasah bukan hanya di bangku kuliah dari berbagai buku semata, tetapi kemampuan praktis berbasis pengalaman nyata.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas kerelawanan memenuhi nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Proses Belajar dan Mengajar berbasis keilmuan dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas lapangan layaknya kelas praktikum. Pada saat tanggap darurat mahasiswa Manajemen dan Akuntansi akan memperoleh banyak pengalaman praktik dalam manajemen posko, karena operasional posko layaknya sebuah perusahaan retail walau tanpa proses jual beli. Mahasiswa Sistem Informasi dan Teknik Informatika akan memperoleh pembelajaran untuk menyusun data base, website, program logistik, dan berbagai produk-produk teknologi informasi yang berguna bagi posko dan pemangku kepentingan lain serta masyarakat secara umum.

Setelah masa tanggap darurat berlalu dan masuk pada masa rehabililtasi, mahasiswa akuntansi dan manajemen dapat berkontribusi nyata dengan melakukan pendampingan ekonomi dan bisnis. Mahasiswa Bahasa Inggris bisa mengajar anak-anak usia sekolah sembari memotivasi mereka untuk terus kuat bertahan memiliki pengharapan. Mahasiswa Teknik Industri memberi pelatihan dan pendampingan produksi berbasis sumber daya alam setempat. Mahasiswa Sistem Informasi dan Teknik Informatika bisa terus bekerja sebagai penyedia informasi bagi semua pemangku kepentingan. Bukankah aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas pengabdian pada masyarakat yang sebenar-benarnya? Aktivitas kongkrit sembari belajar untuk berbela rasa, bukan aktivitas artifisial yang hanya dilakukan di kampus.

Bagaimana dengan Peneliltian? Bukankah semua proses kerelawanan dapat dituliskan dalam bentuk tulisan ilmiah? Bukankah semua aktivitas kerelawanan adalah proses perumusan masalah, berbasis keilmuan (teori), dan analisis terhadap data, serta penarikan kesimpulan? Bukankah aktivitas kerelawanan adalah aktivitas penelitian yang berbasis pada permasalahan nyata di masyarakat terkini dan bukan penelitian yang masalahnya hanya berbasis teori dan dicari-cari?

Mencermati dinamika tersebut, kami mengusulkan:

1. Aktivitas Kerelawanan secara substansial sebenarnya memiliki kesamaan visi dengan kegiatan bakti sosial yang seringkali dilakukan, baik lewat Program Studi (Prodi) maupun Lembaga Kemahasiswaan (LK). Ke depan, dibutuhkan kerja sama antar-lini (lintas-direktorat, lintas-prodi), khusus menyangkut kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan bisa lebih terpadu dan tepat sasaran.

2. Kerja samatersebut bisa diwujudkan dalam bentuk pemberian motivasi kepada para mahasiswa sebagai calon relawan, maupun dukungan dalam bentuk kebijakan perijinan tidak turut dalam perkuliahan, sesuai dengan prosentase ketidakhadiran. Bahkan, layak pula dipertimbangkan, dukungan materiil/anggaran sebagai bentuk kepedulian (masuk dalam pos pengabdian masyarakat sesuai anggaran yang memiliki keberpihakan).

3. Besar kemungkinan Aktivitas Kerelawanan pada masa-masa mendatang dapat menjadi bagian dari Prorgam Pengabdian pada Masyarakat atau Praktik Kerja Lapangan dan bahkan menjadi salah satu bentuk Tugas Akhir? Bila menilik unsur-unsur Tri Dharma yang dipenuhi oleh Aktivitas Kerelawanan dan kesesuaian dengan Visi Ma Chung tidak ada alasan untuk tidak menjadikannya sebagai bagian dari PPM/PKL dan Tugas Akhir Kuliah di Universitas Ma Chung.