Jumat, 15 September 2017

Belajar Tentang Pengabdian Masyarakat dari Para Jagonya



LOKAKARYA NASIONAL
MANAJEMEN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
Diselenggarakan oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Gajah Mada Yogyakarta.  Hotel Eastparc Yogyakarta, 14—16 Oktober 2014

PEMBUKAAN
Ketua Panitia (Prof. Harno)
Kedaulatan pasar domestik harus berhadapan dengan kekuatan pasar global.  Bukan sekedar bertahan tetapi harus bisa masuk dan memenangkan pasar global.  Kolaborasi dan sinergi antara riset dan abdimas antar perguruan tinggi diperlukan untuk membangun jejaring intelektual.  Lokakarya kali ini diikuti oleh 55 perguruan tinggi di Jawa dan 61 perguruan tinggi dari luar Jawa.
Selain di dalam ruangan akan dilakukan kunjungan lapangan (field trip) ke industri tanaman herbal di Imogiri, Bantul untuk belajar tentang pemanfaatan tanaman herbal sebagai produk unggulan serta Pantai Baru Bantul untuk belajar tentang pariwisata dan pembangkit listrik tenaga kincir angin.

Sponsor (USAID oleh Iskandar)
Higher Educatioan Leadership Management (HELM Project)
Bantuan dari Pemerintah Amerika Serikat lewak Dirjen Dikti untuk capacity building bagi 50 Perguruan Tinggi di Indonesia baik PTN, PTS, maupun Akademi Komunitas.
Penggabungan Perguruan Tinggi (Dirjen Dikti) dan Ristek menjadi 1 kementerian, akanmembawa manfaat atau mudarat?  Terpenting adalah katalisator industri.  Riset harus bermanfaat untuk industri dan masyarakat.

Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Abdimas UGM
Tri Dharma Perguruan Tinggi: Pembelajaran + (Penelitian + Pengabdian).  LPPM mengemban 2 dharma, berat dan menentukan kemajuan bangsa.
Jutaan penelitian mahasiswa S1, S2, & S3 + Peneliti pertahun, bila dikerjakan dengan baik dan diaplikasikan ke masyarakat, pemerintah, dan industri akam membawa kemajuan bangsa.  Riset harus dapat diaplikasikan dan diimplementasikan bukan sekedar dipublikasikan atau sekedar disimpan.
Renaisance Jogjakarta: pendidikan berbasis budaya dan kreativitas lokal.  Amon tani among layar (layar dapat bermakna nelayan dan perahu, tetapi juga dapat bermakna layar monitor komputer).
Hasil riset dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) masih sedikit, ada masalah apakah?
Pada tahun 2015 MEA resmi diberlakukan, persaingan regional berdampak pada perguruan tinggi dan alumni.  Indonesia kaya dengan sumbedaya alam, jumlah sumberdaya manusia, tetapi rentan dengan bancana alam.  Potensi dan tantangan menyatu.  Harus ada pendekatan keilmuan dan teknologi.
LPPM adalah (1) lumbung riset; (2) lumbung publikasi; (3) lumbung HKI; (4) lumbung SDM; (5) implementator riset untuk masyarakat, pemerintah, dan indsutri (penta helix).  Perguruan tinggi adalah kawah chandra dimuka (manajemen, kepemimpinan, kewirausahaan riset). Harus dibangun kolaborasi riset antar perguruan tinggi.  Pengabdian adalah bagian dari amal ibadah dosen dan mahasiswa, berbuat baik dan membawa kebaikan pada masyarakat.

Perwakilan Sultan (HB X)
Hasil penelitian ilmiah harus menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat.  Riset harus dapat menjadi barang publik (public good) untuk membangun kebijakan publik (public policy).
Anggaran riset Republik Indonesia berdasar PDRB adalah yang terkecil di seluruh dunia.  Research University yang menjadikan riset sebagai aktivitas utama sekaligus sumber pendanaan utama perguruan tinggi tersebut seperti Yale University di Amerika Serikat belum ada di Indonesia.
Riset di Indonesia kurang fokus dan cenderung instan.  Riset seharusnya berkelanjutan dan berkesinambungan.
Keberhasilan riset dan abdimas diperngaruhi oleh:
1.       Visi dan misi yang sama ditambah dengan berbagai sumberdaya (resources sharing).  Contohnya adalah angsa terbang dengan formasi V saat migrasi.
2.       Saling bergantian memimpin dan selalu menyemangati dan menguatkan.  
3.       Saling menjaga dan melindungi satu dengan yang lain.
Penguasaan ilmu murni menjadi kunci kekuatan daya saing ipteks dan industri.  Teori minoritas kreatif, menyebarkan optimisme pada saat arus pesimisme deras mengalir.
Riset à laporan à tersimpan à perpustakaan
Ataukah
Riset à temuan ilmiah à aplikasi à industri
Di Hilir (perguruan tinggi) riset dan abdimas serta berfikir deduktif, di hulu (industri) aplikasi dan berfikir induktif.
Catatan: Sistem pendidikan tinggi di Indonesia saat ini hanya mendidik menjadi tukang dan bukan inovator yang kreatif.  Seharusnya pendidikan menghasilkan intelektual yang kreatif dan inovatif.  Sarjana bukan hanya dilengkapi dengan kognitif, afektif, dan psikomotorik tetapi juga ditambah dengan kreatif, inovatif, dan peka sosial.
MEA di tahun 2015 menjadi titik awal persaingan regional yang harus dimenangkan dengan mengedepankan ipteks, aplikasi, dan kewirausahaan.
Teaching University à Research University à Entrepreneur University
Academics Only à Triple Helix (Academics, Business, Governement) à Penta Helix (Academics, Business, Community, Governement, Investor)
Catatan tentang perkambangan masyrakat:
Mistis  à  Metafisis  à  Positivis
Mistis  à  Ontologis  à  Aksiologis (fungsional)
Pertanian  à  Industri  à  Informasi
To Serve the Real World: Renasiance Pendidikan Jogjakarta

PENGUATAN DAYA SAING MELALUI SKEMA RISET TRIPLE HELIX DITLITABMAS
(Pusmas, RAPID, MP3EI, dan PUPT) oleh Prof. Dr. Suminar Abadi
Syarat utama: kerjasama antar lembaga.
Dalam peta inovasi dan GDP/GNP, Indonesia masuk dalam kelompok “learner”.
MP3EI mendapat apresiasi dari Elsevier karena (1) target pertumbuhan GDP sebesar 1%; (2) Manajemen pendanaan riset yang mendukung inovasi; (3) Penelitian dan Pengembangan infrastruktur.
Kunci sukses penelitian: Sumber Daya Alam + Kapital dan teknologi = inovasi.
Setiap perguruan tinggi meski memiliki Road Map Penelitian baik di tingkat lembaga dan masing-masing dosen.  Peta jalan penelitian ini menjadi acuan dari Rencana Induk Pengembangan (RIP) Universitas.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015—2019
Menekankan pada peningkatan (1) akses; (2) kualitas; (3) relevansi; (4) daya saing pendidikan tinggi.
Akses mengacu pada keberadaan akademi komunitas.  Kualitas mengacu pada standar kualitas Perguruan Tinggi.  Relevansi menganci pada triple helix dan luaran penelitian yang bermanfaat baik dalam bentuk publikasi, paten, teknologi tepat guna, dan kebijakan.

Struktur Perguruan Tinggi (2013)
Terdapat 100 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan 3353 Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Komposisi Program Studi:  10.709 Program S1, 1.701 Program S2, dan 397 Program S3.
Dosen terdiri dari: 63.847 Dosen PTN (44.459 bergelar S2 + 11.720 bergelar S3) + 111.205 Dosen PTS (58.396 bergelar S2 + 6.043 bergelar S3).
Peringkat publiksi Indonesia pada tahun 2011 di peringkat 63 dan pada tahun 2012 naik menjadi peringkat 61.  Perhitungan peringkat didasarkan pada: publikasi + paten + link and match.
Masalah publikasi di Indonesia:
1.       Jumlah publikasi internasional relatif rendah.
2.       IPTEKS Perguruan Tinggi rendah.
3.       Relevansi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) rendah.
4.       Kemitraan dengan DUDI rendah.
5.       Kapabilitas teknologi dan inovasi rendah.
6.       Otonomi perguruan tinggi rendah.
Triple Helix Concept  (ABC - Akademisi + Bisnis + Pemerintah)
Membangun konowledge based society.  Universitas sebagai sentra dari helix dan membangu kerjasama dengan industri untuk melakukan penelitian bersama.
Selama ini, hasil penelitian kurang  aplikatif dan terlalu akademik sehingga tidak menarik DUDI.  Luaran penelitian harus aplikatif dan dapat diimplementasikan oleh DUDI dan masyarakat.
Jurnal terakreditasi masih ada konflik karena egosektoral antara LIP dan Dikti, walau sudah ada penyamaan tetapi masih akan berlaku pada tahun 2016.
Jurnal sosial dan humaniora terkreditasi menyaratkan mutu tulisan yang akademik.  Hendaknya belajar menulis sejak menyusun skripsi.
Jumlah doktor tidak banyak, sehaarusnya pemerintah membuka kran beasiswa sebanyak mungkin serta mempermudah hibah penelitian tanpa menyaratkan Gelar Doktor.


KOLABORASI RISET PERGURUAN TINGGI DAN INDUSTRI
(Wahyudi Syafri – Direktur Pengembangan Bisnis Kimia Farma)
Kimia Farma merupakan BUMN yang telah berdiri sejak tahun 1817.  Telah Go Public sejak tahun 2001 dan saat ini telah memiliki 4 anak perusahaan.  Target pada tahun 2019 akan memiliki 1.000 apotik dan 500 Laboratorium Klinik.  Akan melakukan ekspansi ke luar negeri.  Pada tahun 2013 telah membeli 10% saham dari In Health dari Jamsostek.  Telah memiliki tambang yodium sendiri, bahkan untuk ekspor.  Selanjutnya akan mengembangkan Kina bukan sekadar obat malaria tetapi untuk makanan dan minuman serta untuk pelapis DVD.
Pada tahun 2014, 144 BUMN harus menaikkan anggaran riset minimal 2x lipat atas perintah Menteri BUMN.
Konsepl ABG (triple helix) masih belum berjalan dan bersinergis karena masih mempertahankan egonya masing-masing.  Perlu gugus tugas untuk memperkuat sinergi.
Luaran (output) yang diharapkan:
1.       Mandiri dan berdaulat industri famasi.  60% bahan obat masih impor yang ironisnya bahan dasarnya di ekspor dari Indonesia.
2.       Kualitas, kontinyuitas, dan ketersediaan produk.  Garam farmasetikal masih impor dari Jerman untuk infus (NaCl).  Garam industri untuk pangan juga masih impor.
3.       Harga yang terjangkau.  Kimia Farma telah mengekspor ke Timor Leste pada tahun 2014 senilai 6 juta USD.
4.       Memanfaatkan potensi penelitian sendiri.
5.       Kompetititf di pasar nasional dan internasional.  Contoh untuk produk Garam Farmasi, dari KF seharga 7.000 perkg, sedangkan produk impor senilai 10.000 perkg.  Pada tahun 2015, kuota impor gram farmasi untuk industri obat di Indonesia sebesar 3.000 ton dengan kebutuhan sebesar 6.000 ton, disabian dipenuhi oleh KF.  Sedangkan untuk garam pangan, kebutuhan sebesar 350.000 ton.  Disambut baik oleh industri obat dalam negeri karena harga yang lebih mudah dan distribusi lebih dekat.
Dana Penelitian dan Pengembangan KF pada tahun 2013 sebesar 4Milyar, naik pada tahun 2015 menjadi 15Milyar, dan akan dinaikkan lagi pada tahun 2016 menjadi sebesar 46Milyar.  Dapat diakses oleh perguruan tinggi.
Target pada tahun 2015 memproduksi 5 bahan pokok obat.  Kendala yang dihadapi adalah teknologi kimia dasar.  Bahan intermediate juga masih impor dan sedang diusahakan untuk dibangun pabriknya di Indonesia.
Parameter pengembangan produk baru:
1.       Faktor ekonomi, baik domestik maupun internasional.  Produsen farmasi di Indonesia ada 214 perusahaan dan 90%nya masih follower.
2.       Faktor medis.
3.       Faktor teknologi (investasi dan riset dan pengembangan).
4.       Faktor regulasi (proteksi dan dukungan).
Kondisi saat ini: bahan baku tersedia, belum didukung oleh teknologi yang memadai, dan biaya masih relatif mahal.  Seharusnya high technology and high knowledge.  Butuh perhatian pemerintah dengan dukungan regulasi.
Penguaaan value chain bisa terjadi bila ada kesamaan visi, koordinasi, kesepahaman, kesepakatan, dan pemenuhan regulasi oleh ABG.  KF menerima proposal langsung dari perguruan tinggi, hal terpentingnya mengedepankan kearifan lokal.  Contoh penelitian tentang Kumis Kucing untuk menurunkan berat badan atau Buah Pala untuk anti lipid, obat diabetes, dan penambah vitalitas.  Presentasi proposal dari luar KF dilakukan tiap hari Selasa.  Rapat monem pengembangan pabrik dilakukan setiap minggu.  Bila bersepakat akan mendapat bantuan untuk pengembangan, penelitian, dan perlindungan hasil.
China dan India adala negara dengan proteksi terhadap bahan obat yang sangat kuat.  Bertujuan menjaga keterjaminan, ketahanan, dan kedaulatan bahan obat.
Penelitian di KF maksimal 2,5 tahun dengan pertimbangan efisiensi dan efektifitas serta permasalahan perijinan, contoh 300 hari untuk bahanbaru dari BPPOM.  Kontrak kerja dengan PN Garam selama 20 tahun sebagai penyedia bahan dasar garam yang dioleh oleh KF menjadi garam farmasi maupun garam pangan.  Penelitian merupakan bagian dari CSR perusahaan yang diamanatkan oleh Menteri BUMN.
Masalah terberat di industri farmasi dan obat adalah kuatnya kartel trader dan broker  bahan baku obat dan bahan intermediate obat.  Termasuk juga permainan harga oleh MNC dan TNC farmasi.  Setiap temuan baru sebaknya segera dipatenkan, bila tidak segera akan diambil oleh MNC dan TNC.  KF bersedia membeli paten dan hasil-hasil penelitian dan membayar royalti setiap bulan sesuai kontrak bersama.

Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi dalam Industri Nasional
(Hasan Sudrajat – Dirjen Industri Kementerian Perindustrian)
Pembina industri teknologi tinggi: elektronika, telematika, transportasi darat, alusista, dan maritim.  Samsung berkeinginan membuka pabrik di Indonesia dengan prasyarat disiapkan lahan seluas 1.000 hektar tetapi hanya disetujui 300 hektar saja.  Masih tarik ulur dalam kesepakatan.
Kendala-kendala pembangunan industri nasional: (1) infrastruktur tergantung pada Kementerian PU; (2) sumber energi tergantung pada PLN, BBM, dan Batubara.; (3) pendanaan dari perbankan relatif sulit, khususnya untuk IKM; (4) link and match antara IKM dan industri besar realtif sulit; (5) ketergantungan impor untuk komponen-komponen elektronika dan otomotif; dan (6) hasil-hasil temuan anak bangsa ditolak atau sulit masuk sehingga dimanfaatkan oleh industri besar di luar negeri.
Kendala-kendala sumberdaya industri: (1) sumberdaya manusia, karena rendahnya kompetensi nasional apalagi internasional.  Produk dari perguuran tinggi rendah karena biaya tinggi; (2) pengembangan dan pemanfaatan teknologi, contoh produksi handphone sebesar 80 juta pertahun; (3) pembangunan industri prioritas yang masih terkendala Dinas dan Kementerian yang lebih suka mengimpor barang.  Pragmatisme yang lebih mudah dan menguntungkan masih dijadikan paradigma di Dinas dan Kementerian; dan (4) iLow cost green car, negosiasi dengan industri besar alot untuk pengajuan kendaraan oleh IKM.  Konversi bahan bakar dari BBm ke BBG tidak muda.
Catatan:
(1)    Kecenderungan IKM bukan untuk berproduksi (karena sulitnya perijinan dan masalisasi) sehingga memilih untuk bergerak di bidang perawatan.
(2)    Kebijakan energi nuklir masih tark ulur.  Sebenarnya Indonesia telah memiliki banyak ahli tetapi karena masih belum jelas pekerjaannya banyak yang kemudian memilih bekerja di luar negeri.

Pengalaman BNI mengelola CSR
Di BNI CSR disebur dengan Corporate Community Responsibility (CCR).  BNI adalah Bank asli Indonesia, anak kandung revolusi dan bukan reinkarnasi dari bank asing yang dinasionalisasi.  Berparadigma triple track performance profit + private +planet.
CSR merupakan kewajiban perusahaan yang dialokasikan dari laba.  Untuk BNI menyisihkan 4% laba untuk masyarakat.  Sesuai dengan mandat Undang-Undang Perseroan Terbatas.  CSR dialokasikan sebagai bagian dari dana operasional dalam bentuk event + project + program.  Event dalam bentuk sponsorship sebuah kegiatan.  Project dalam bentuk bantuan keuangan jangka menengah.  Sedangkan program merupakan kegiatan jangka panjang (sustainable).  Dengan catatan, dana yang dikucurkan harus memiliki dampak bisnis.
Program BNI BERBAGI yang berazaskan pro poor, pro job, & pro environemnet)  merupakan unggulan BNI.  CSR merupakan kewajiban selauruh BUMN dalam bentuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sesuai Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Kepmen BUMN.  Program Kemitraan berbentuk very soft loan (charity), pinjaman dengan bunga sangat murah, contoh Kampung BNI yang telah bermitra dengan 6.000 lebih mitra dan 28 Kampung BNI.  Sedangkan Bina Lingkungan berupa dana hibah di 7 sektor seperti pendidikan, kebencanaa, dan lain sebagainya.  Baik Program Kemitraan maupun Bina Lingkungan (PKBL) diberikan kepada komunitas produktif untuk peningkatan kesejahteran, dengan pendampingan dan bantuan (pinjaman lunak) disertai dengan peningkatan kapasitas untuk membentuk wirausaha lokal guna mendukung pembangunan berkelanjutan.
BNI sudah melakukan Pelaporan Berkelanjutan (sustainability report) dengan prinsip Triple Bottom Line.  Kinerja yang dilaporkan adalah (1) kinerja ekonomi (profit); (2) kinerja pemberdayaan komunitas (people) seperti program pendidikan, bantuan kebencaan, dan lain sebagainya; dan (3) kinerja pelestarian lingkungan seperti BNI Green Banking berupa pembibitan dan penanaman bibit serta energi terbarukan (mikrohidro).
Catatan:
1.       Proposal kerjasama dengan BNI harus memenuhi kinerja triple bottom line dengan komunitas yang produktif.  People (engagement & empowerment) dan berdampak multiplier effect.  Untuk Planet harus berbasis SDA dan produk lokal (one village one product) seperti reobisasi Bukit Imogiri pada tahun 2009 dengan Jambu Mete.  Pada tahun 2013 sudah menjadi sentra batik berbahan pewarna alami jambu mete dan kain sutra.  Untuk profit, komunitas harus menjadi masyarakat produktif dan menjadi mitra dan nasabah BNI.  Proposal cukup dikirim ke BNI terdekat.
2.       Untuk program sosial dan humaniora bisa masuk ke Bina Lingkungan dan bersifat jangka menengah.  BNI tidak mendanai program baru tetapi membantu program yang ada dikomunitas untuk dapat melakukan percepatan.
3.       PKBL hanya ada di BNI bukan di BNI Syariah, manajemen terpisah dan dana kecil untuk BNI Syariah.
4.       Dana bergulir untuk komuniyas hanya untuk nasabah BNI, kalaupun untuk CSR hanya diberikan pada Kampung BNI saja.

Mengembangkan PLTMH untuk Membangun Ekonomi Rakyat
(Edi Permadi, Cihanjuan Inti Teknik Bandung)
Swiss adalah negeri yang sangat peduli dengan pengadaan energi terbarukan dan dijadikan dasar untuk membangun ekonomi yang bernilai tambah tinggi.  Listrik di Indonesia masih melayani hanya 60% dari jumlah penduduk.  40% berarti sekitar 100 juta penduduk lain belum memperoleh akses listrik.  Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro merupakan jalan menuju mandiri energi dengan tekonologi lokal dan memberdayakan.  Hampir semua perkebunan teh di Indonesia memanfaatkan teknologi mikrohidro sejak jaman didirikan oleh Belanda.
Kemandirian energi mampu mengungkit kemandirian ekonomi.  Mandiri energi menjadikan desa dan kampung mandiri secara ekonomi.  Berbuat dan memberi solusi jauh lebih penting ketimbang menulis proposal dan rencana bisnis tanpa aksi.  Aktivitas produktif adalah jawaban terhadap pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan kebutuhan pasar.
UKM seharusnya bukan hanya berproduksi tetapi juga harus mendapat dampingan untuk mengakses pasar.  Perguruan tinggi harus mampu menjadi katallisator produksi, keuangan, dan pemasaran dari UKM.  Kewirasusahaan adalah paradigma, belajar dari pengalaman dan sensitif terhadap permasalahan untuk dicari solusinya adalah kuncinya.



Kemitraan Dalam Pengabdian Masyarakat
(Prof. Harno – LPPM UGM)
Rencana pemeringkatan Abdimas sesuai dengan fungsi Perguruan Tinggi, dengan kriteria: (1) pemanfaatan IPTEKS; (2) pelestarian budaya; (3) peningkatan mutu kehidupan masyarakat.  Pemeringkatan ini sesua dengan Perhendikbub, bahwa Perguruan Tinggi harus memiliki (1) standar pendidikan; (2) standar penelitian; dan (3) standar pengabdian sesuai dengan Tri Dharma.
Lembaga Penelitian harus dapat melakukan pengelolaan dan penjaminan mutu serta bekerja sama dengan industri dan peningkatan Hak Kekayaan Intelektual.  Pengabdian masyarakat harus dilaksanaka dalam bentuk (1) Kuliah Kerja Nyata; (2) pelayanan masyarakat dan disaster respon unit; (3) penerapan teknoogi tepat guna pada UKM.  Sedangkan strategi yang dikembangkan adalah (1) kualitas berkelanjuta; (2) basis kerjasama:; (3) penguatan kelembagaan; dan (4) tata kelola.
Pentahelix (Akademisi + Birokrasi + Pemerintah + Komunitas + asosiasi profesi) menjadi dasar dan asas kerja LPPM, khususnya Pengabdian Masyarakat.  Serta harus memiliki Desa Mita atau Desa Binaan. Pengabdian masyarakat  bukan bersifat proyek tetapi pemberdayaan dan pendampinga n jangka panjang.  Sehingga, peta jalan (roadmap) pengabdian wajib dimiliki, bahkan sampai tingkat prodi dan bahkan setiap dosen.
Keberlanjutan program dan juga dana merupakan daya traik lain untuk melakukan pengabdian masyarakat.  Berkejasama dengan Pemerintah Daerah setempat dapat menjadi jalan untuk melakukan pengabdian masyarakat yanh berkesinambungan.  Kuliah Kerja Nyata bukan sekedar formalitas tetapi harus berbasis riset dan menjawab kebutuhan masyarakat.
Konsorosium LPPM merupakan forum komunikasi LPPM yang bisa dibentuk di masing-masing daerah.  Menjalankan fungsi komunikasi dan tidak dalam bentuk organisasi.  Anggota Forum Komunikasi adalah Ketua LPPM.
Pengabdian Masyarakat  harus memanfaatkan hasil pendidikan dan riset di bidang IPTEKS untuk membangun peradaban.  Menjalin relasi dengan donor harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan program yang harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
Kelayakan lembaga ditentukan oleh Visi dan Misi; Rencana Strategi; dan Profil lembaga serta tentu saja rekam jejak (track record) yang memadai.  Profil lembaga harus berdasar pada analisis situasi yang memadai dan kebutuhan yang ada serta bersifat multidisipliner.  Selanjutnya perumusan masalah dan metoda pemecahan masalah yang sesuai sebagai dasar penyusunan program untuk mencapai solusi yang didukung oleh teori-teori yang mapan.  
 ­
  

Tidak ada komentar: