Windy F.D. Santoso & Daniel Sugama Stephanus
Perkuliahan
Metodologi Penelitian
Program Studi
Akuntansi – Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Ma
Chung – Kabupaten Malang
2014
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persaingan dalam sunia bisnis semakin berkembang dan sangat tajam.
Hal ini menyebabkan penurunan laba pada perusahaan yang memasuki dunia bisnis tingkat dunia.
Hanya perusahaan yang memiliki keunggulan pada tingkat dunia yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen, karena mereka memiliki
produk yang unggul dan
memiliki cost effective. Manajemen harus memperhatikan dan menciptakan strategi
yang baru agar perusahaan mampu bertahan dan berkembang ditengah persaingan global.
Strategi yang disusun oleh manajemen diharapkan dapat menciptakan perusahaan yang berkualitas secara total, diantaranya strategi untuk menciptakan kualitas
produk yang baik dan bermutu, strategi untuk mengelola biaya dan menentukan harga,
strategi untuk menyediakan pelayanan yang memuaskan konsumen, dan untuk menciptakan kualitas
estetika, untuk menciptakan serta memperbaharui system pengendalian
internal yang lebih baik.
Setiap kinerja perusahaan perlu dinilai,
karena pengukuran kinerja merupakan salah
satu hal yang penting dan dapat menilai keberhasilan dari suatu perusahaan. Pengukuran kinerja jug adapt digunakan untuk mengevaluasi kinerja pada periode
sebelumnya. Kinerja setiap karyawan perlu diukur dan dinilai, karena hal ini dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan seluruhnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia
(....) menjelaskan kinerja adalah sesuatu yang
ingin dicapai, prestasi yang diperhatikan dan kemampuan seseorang.
Kebanyakan perusahaan hanya melakukan penilaian kinerja
dari sisi finansial yang menggunakan rasio keuangan yang sebenarnya belum mewakili kinerja perusahaan secara keseluruhan atau total. Rasio hanya menggambarkan pengukuran efekifitas penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung
penjualan dalam periode
tertentu. Maka dari itu untuk melakukan pengukuran
kualitas perusahaan secara menyeluruh atau total diperlukan suatu
alat ukur yang mampu mengukur kinerja
perusahaan dari sisi finansial maupun non-finansial. Alat ukur tersebut
adalah balanced scorecard.
Balanced Scorecard adalah kartu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja
dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan
jangka panjang serta melibatka factor internal dan eksternal.
Penulis mengambil judul proposal penelitian “Penerapan
Metoda Balaced Scorecard Sebagai
Alat Pengukuran
Kinerja Pada PT. X”
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana metoda pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan oleh PT X?
2.
Bagaimana kinerja PT X apabila diukur dengan perspektif
Balanced Scorecard?
1.3 Tujuan Penelitian
1.
Mengevalusi motoda pengukuran
kinerja yang slama ini diterapkan
di PT X. 2. Menganalisis kinerja
PT X apabila diukur dengan perspektif
Balanced
Scorecard.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi perusahaan
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan pihak
perusahaan bahwa pengukuran kinerja
tidak hanya semata dilakukan dari sisi finansial saja tetapi dilakukan baik
dari sisi finansial maupun
non-finansial.
2.
Mendapat masukan mengenai metoda pengukuran kinerja
baru yang dapat
memberikan manfaat dalam mengukur kinerja
yang lebih menyeluruh dan komprehensif pada perusahaan.
1.4.2 Manfaat bagi Mahasiawa
1.
Bagi mahasiswa program studi akuntansi, dapat digunakan sebagai bahan
ajar perkliahan.
2.
Bagi mahasiswa program studi akuntansi, dapat digunakan sebagai referensi penulisan proposal penelitian dengan
topic
yang serupa.
1.4.3 Manfaat bagi Penulis
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan
bagi penulis mengenai berbagai metoda pengukuran
kinerja yang dapat
diterapkan di perusahan.
2.
Menambah pengetahuan dan wawancara mengenai berbagai metoda
pengukuran kinerja sehingga dapat membandingkan metoda
pengukuran kinerja
manakah yang sebaiknya diterapkan
oleh perusahaan.
2.
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Menurut Helfert (....) dalam Srimindarti (2004)
menjelaskan kinerja
adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode
waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan
dan kemampuan seseorang.
Dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan, hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan, hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan
tugasnya selama periode waktu tertentu.
Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui kinerja karyawan. Oengukuran ini dilakukan dengan menggunakan system pengukuran
yang baik agar hasil
pengukuran kinerja
dapat menggambarkan bagaimana kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Sistem pengukuran kinerja adalah
mekanisme yang memperbaiki
kemungkinan bahwa organisasi
akan mengimplementasikan strateginya dengan baik.
2.1.2 Sistem Pengukuran
Kinerja
Pengukuran kinerja pada berbagai aspek
sangat penting. Dibutuhkan system
pengukuran kinerja yang menggabungkan informasi keuangan dan non keuangan.
Menurut Kim & Larry (1998) dalam
Rahman, Nasir & Handayani (2007)
menjelaskan system pengukuran kinerja adalah frekuensi
pengukuran kinerja pada
manajer dalam unit organisasi
yang dipimpin mengenai kualitas dalam aktivitas
operasional perusahaan.
Cara dalam melakukan evalusi terhadap prestasi kerja pegawai dengan
serangkaian tolok ukur tertentu
yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan secara berkala (Irawan, 1992).
Dapat disimpulkan bahwa system pengukuran
kinerja yaitu suatu cara dalam
melakukan evaluasi terhadap manajer dalam unit organisasi,
efektivitas operasional
suatu orgnisasi dan personelnya, prestasi kerja pegawai, yang didasarkan pada
sasaran, standar, da kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.3 Tujuan Sistem Pengukuran
Kinerja
Robert & Anthony (2001) dalam David
(2013), menjelaskan bawa terdapat
empat konsep dasar dalam penerapan system
pengukuran kinerja, yaitu:
1)
Menentukan strategi
Tujuan organisasi
dinyatakan secara eksplisit dan jelas dan strategi harus
dibuat pertama kali untuk keseluruhan organisasi dan kemudian
dikembangkan kelevel fungsional di bawahnya.
2)
Menentukan pengukuran strategi
Pengukuran strategi digunakan untuk mengartikulasi
strategi ke seluruh
anggota organisasi.
3)
Mengintegrasikan pengukuran
kedalam system manajemen
Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun
informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.
4)
Mengevaluasi pengukuran
hasil secara berkesinambungan
Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja
organisasi apakah masih
valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu. Pengukuran kinerja dapat
membantu manajer dalam mengawasi pelaksanaan startegi bisnis dengan cara membandingkan hasil actual dengan
sasaran dan tujuan strategis.
2.1.4 Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja
Wahyuni (2011) berpendapat bahwa pengukuran kinerja dilakukan karena karyawan-karyawan yang bekera diorganisasi merupakan bagian penting
dari seluruh proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan.
Sedangkan Lynch dan Cross dalam Darmawan (2011) menjelaskan manfaat pengukuran kinerja yang
baik:
1)
Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi
terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2)
Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai
pelanggan dan pemasok
internal.
3)
Mengidentifikasi berbagi pemborosan sekaligus mendorong upaya pengurangan
terhadap pemborosan tersebut.
4)
Membuat suatu
tujuan strategis dan lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran
organisasi.
5)
Membangun consensus untuk melakukan
suatu perubahan dengan reward atas
perilaku yang diharapkan.
2.2 Balanced
Scorecard
2.2.1 Pengertian
dan Konsep Balanced Scorecard
Kaplan & Norton mengemukakan kelemahan pengukuran kinerja yang
menitik beratkan pada
kinerja keuangan:
1)
Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya
manusia) perusahaan.
2)
Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit
masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kea rah yang
lebih baik.
Balanced Scorecard (BSC) merupakan pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Kaplan & Norton pada awal tahun 1990. BSC terdiri dari Balanced (berimbang), Scorecard ( Kartu skor). Balanced merupakan keseimbangan antara performance keuangan dan non keuangan, performance jangka pendek dan jangka panjang, antara
bersifat eksternal dan internal. Sedangakn Scorecard digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor ini juga digunakan
untuk merencanakan skor yang hedak diwujudkan oleh seseorang
di masa depan.
BSC pertama kali diperkenalkan di USA dengan tujuan untuk mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif
yang hanya berfokus pada aspek keuangan. Dengan adanya BSC maka perusahaan-perusahaan di harapkan
untuk tidak lagi mengabaikan
kinerja non keuangan seperti kepuasan pelanggan,
produktivitas, cost effective process yang digunakan untuk menghasilkan produk dan
jasa, keberdayaan dan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan pelanggan.
Setiap perusahaan pasti memiliki
visi dan strategi. Visi dan strategi tersebut diterjemahkan ke dalam empat perspektif yang masing-masing
dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai organisasi,
ukuran dari tujuan, target yang diharapkan pada masa yang akan datang, serta program-program yang harus
dilaksanakan untuk memenuhi tujuan strategis.
BSC menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran
yang menyeluruh,
memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen
strategis. Jika visi dan strategi dinyatakan dalam bentuk tujuan dan strategis, ukuran-ukuran target yang jelas, lalu dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, sehingga diharapkan setiap anggota organisasi
dapat mengerti dan melaksanakannya agar visi dan strategi organisasi
dapat tercapai. Hubungan BSC dengan visi dan
strategi perusahaan adalah sebagai berikut:
Gambar 1 Hubungan
Balanced Scorecard dengan pemikiran
strategis Sumber:
Darsono
Prawironegoro dan Ari Purwanti,
Akuntansi Manajemen
Scorcecard digunakan oleh perusahaan sebagai system manajemen strategis
untuk
mengelola strategi jangka
panjang. Hasil yang dicapai adalah berbagai proses manajemen yang penting, yaitu memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi,
mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan
dan ukuran strategi,
merencanakan, menetapkan sasaran,
dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis, meningkatkan pembelajaran strategis.
Sistem manajemen tradisional berfokus pada anggaran (budgets), sehingga
pelaksanaan strategi perusahaan sangat tergantung
pada anggaran yang tersedia,
sistem ini digunakan untuk alat pengendalian (control
reporting), sedangkan sistem
manajemen strategis Balanced
Scorecard berfokus pada proses-proses manajemen strategis,
sehingga strategi perusahaan
diterjemahkan menjadi tindakan-tindakan yang
terarah dan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard
digunakan sebagai alat
strategis (strategic reporting).
2.2.2 Perspektif Balanced Scorecard 2.2.2.1
Perspektif Keuangan
Tujuan dari pencapaian kinerja keuangan yang baik adalah fokus dari tujuan
yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Kaplan & Norton (....)membedakan sasaran perspektif keuangan dalam
siklus bisnis menjadi tiga tahap, yaitu:
1)
Growth (Pertumbuhan)
Tahap awal yang dihadapi oleh perusahaan adalah pertumbuhan. Pada tahap ini perusahaan memiliki potensial untuk berkembang
dan bertumbuh dengan baik.
Manajer akan terikat
dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk baru, mengembangkan dan membangun fasilitas
produksi, mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan dalam tahap pertumbuhan biasanya secara aktual beroperasi dengan arus kas negatif dan tingkat pengembalian atas
modal yang rendah. Investasi
yang ditanam untuk kepentingan masa depan memungkinkan pemakaian biaya yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah
dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan produk
dan jasa dan konsumen yang masih terbatas.
Sasaran keuangan untuk stage pertumbuhan menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam pasar baru dari konsumen baru dan atau
dari produk dan jasa baru.
2)
Sustain (Bertahan)
Tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mensyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap
ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada. Investasi yang dilakukan diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas dan
meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten.
Pada tahap ini juga diarahkan pada besarnya tingkat
pengembalian dan investasi yang dilakukan.
3)
Harvest (Kedewasaan)
Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature),
di mana perusahaan melakukan panen
terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak melakukan investasi lebih
jauh untuk melakukan ekspansi
dan membangun tetapi hanya untuk memelihara dan
perbaikan fasilitas. Tujuan utama tahap ini adalah memaksimumkan arus kas
masuk ke perusahaan, dan sasaran untuk harvest adalah arus kas maksimum yang
mampu dikembalikan dari
investasi di masa lalu.
2.2.2.2 Perspektif Pelanggan
Perusahaan seringkali memfokuskan diri pada kemampuan internal dan
kurang memperhatikan kebutuhan konsumen. Produk akan semakin bernilai apabila
kinerjanya semakin mendekati atau melebihi dari yang diharapkan dan dipersepsikan
pelanggan. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa ukuran non keuangan yang juga disebut faktor kunci keberhasilan.
Pada perspektif pelanggan, terdapat beberapa variabel kunci yang fokus pada
pelanggan yaitu:
1)
Pemesanan
Pesanan merupakan indikator yang lebih
baik dibandingkan dengan pendapatan penjualan, karena pesanan
mendahului pendapatan
penjualan.
2)
Pesanan tertunda
Terjadi karena ketidakseimbangan antara penjualan dan produksi, penjualan
tertunda merupakan tanda
ketidakpuasan pelanggan.
3)
Pangsa pasar
Jika pangsa pasar diamati secara ketat, penurunan dalam posisi
kompetitif suatu unit bisnis dapat dikaburkan oleh peningkatan yang dilaporkan dalam volume
penjualan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri
secara keseluruhan.
4)
Pesanan dari pelanggan kunci
Unit bisnis yang menjual pada peritel, pesanan dari pelanggan penting tertentu, department store besar, rantai toko diskon, supermarket, pesanan lewat pos, dapat mengindikasikan di awal mengenai
keberhasilan seluruh strategi
pemasaran.
5)
Kepuasan pelanggan
Dapat diukur melalui
survei pelanggan, pendekatan pembeli
misterius, dan jumlah surat keluhan.
6)
Retensi pelanggan
Dapat diukur melalui lamanya hubungan
dengan pelanggan.
7)
Loyalitas pelanggan
Dapat diukur dalam pembelian berulang, referensi yang
diberikan oleh pelanggan,
dan penjualan ke pelanggan tersebut sebagai presentase
dari total kebutuhan
pelanggan itu untuk produk atau jasa yang sama.
2.2.2.3 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Tujuan perspektif ini adalah menyediakan insfrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari
orang, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut perusahan harus melakukan investasi
dalam bentuk reskilling employes.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan
(Kaplan dan Norton, 1996): a) Karyawan
Hal yang perlu dianalisis adalah kepuasan dan produktivitas kerja karyawan.
Beberapa elemen yang berpengaruh dalam kepuasan karyawan adalah keterlibatan pengambilan keputusan, pengakuan,
akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari
atasan. Dalam menilai produktivitas kerja setiap
karyawan dibutuhkan pemantauan secara terus menerus.
b)
Kemampuan Sistem Informasi
Perusahaan perlu memiliki prosedur
informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah
bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan,
tepat, dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut.
Menurut Gunawan (2000) dalam Suripto (2009), Tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai pada setiap perspektif adalah:
a)
Perspektif Keuangan
Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui
penerapan pengetahuan
manajemen dalam pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang
dikuasai personil.
b)
Perspektif customer
Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga
perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab dengan lingkungan.
c)
Perspektif proses bisnis
internal
Terwujudnya pelipatgandaan kinerja
seluruh personil perusahaan melalui
implementasi.
d)
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Terwujudnya keunggulan jangka panjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui pengembangan
dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.
2.3 Penelitian
Terdahulu
1.
Wahyuni (....)
Penelitian ini berjudul
“ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI
ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT. SEMEN BOSOWA MAROS”.
2.
Pramadhany (2011)
Penelitian ini berjudul “PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI NIRLABA” (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bhayangkara
Semarang).
3.
Sukesti (2010)
Penelitian ini berjudul “ANALISIS PENGGUNAAN BALANCED
SCORECARD SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGUKUR KINERJA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG”
4.
Darmawanto (....)
Penelitian ini berjudul
“ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI
ALAT
UKUR
KINERJA PADA PT SEPATU ASIA”.
Strategi
Manajemen Tradisional
Berfokus Pada
Kinerja Aspek Keuangan
Gambaran
Kinerja Perusahaan
Kurang Rill
Strategi
Manajemen Modern
Berfokus Pada
Kinerja Keuangan dan Non Keuangan
Gambaran
Kinerja Perusahaan Menjadi Lebih
Rill dan Akurat
Visi
Perusahaan
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Pembelajaran
dan Pertumbuhan
Gambar 2 Rerangka Pikir
2.5 Proposisi Penelitian
Menurut Adiyas
(....), Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang
tentang hubungan
antar dua konsep atau lebih. Pengertian la n mengatakan bahwa yang ada dan
pernyataan dari
hubungan universa
antara kejadian‐kejadian
yang
abstraksi.
Proposisi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut
:
1)
Penerapan metoda pengukuran kinerja Balanced
Scorecard memberikan gambaran
kinerja perusahaan yang lebih menyeluruh baik dari sisi keuangan maupun non-keuangannya.
2)
Penerapan metoda pengukuran kinerja
Balanced Scorecard
belum memberikan gambaran kinerja perusahaan yang lebih menyeluruh baik dari sisi keuangan maupun non-keuangannya.
3.
METODA PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Creswell (2009), menjelaskan penelitian kuantitatif adalah
metoda-metoda untuk
menguji teori-teori tertentu
dengan cara meneliti
hubungan antarvariabel. Tujuannya adalah mengumpulkan dan mempelajari gejala atau fenomena sosial dengan meneliti variabel
penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan menurut Indriantoro & Supomo (1999) dalam Denies
& Adhisty (2012) penelitian deskriptif
merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi.
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini lebih mengarah
pada masalah-masalah berupa fakta-fakta
saat ini dari suatu populasi. Untuk
mengetahui hasil penelitiannya, harus dilakukan analisis data-data yang berupa angka dengan prosedur statistik dan rumus yang tersedia.
3.2 Populasi,
Sampel dan Teknik
Pengambilan
Sampel
Menurut Sugiyono (2008) dalam Denies & Adhisty (2012), Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan yang bekerja di
perusahaan dan pelanggan
perusahaan.
Menurut Sugiyono (2008) dalam Wahyuni (2011), Sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam
menentukan banyaknya sampel, digunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling (Sampel Dengan Maksud) menurut
Nasution (2003) adalah pengambilan sampel yang dilakukan hanya atas dasar
pertimbangan penelitinya saja yang
menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sampel dari penelitian ini adalah karyawan bagian pemasaran
yang sudah bekerja lebih dari
dua tahun, manajer pemasaran, dan pelanggan.
3.3 Data
3.3.1 Jenis Data
dan Sumber
daya
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif dengan
sumber data primer dan data sekunder.
1.
Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari sumbernya (Pramadhany, 2011). Data primer
dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh
dari hasil kuisioner yang ditujukan kepada karyawan bagian pemasaran yang sudah
bekerja lebih dari dua tahun, manajer pemasaran, dan pelanggan. Data kuisioner yang
diperoleh merupakan data kualitatif yang
akan diubah menjadi data
kuantitatif dengan
memberi skor pada masing-masing pilihan
jawaban.
2.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh secara tidak
langsung melalui perantara atau diperoleh dan dicatat orang lain (Pramadhany, 2011).
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data kuantitatif
yang diperoleh dari
laporan keuangan tahunan PT X pada periode
200x-200x dan data kualitatif berupa laporan kinerja karyawan, data personel/karyawan, data pelanggan, gambaran umum organisasi,
kebijakan organisasi yang terkait
dengan proses kinerja perusahaan, dsb.
3.4 Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan
data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu dengan
menggunakan:
a)
Menyebarkan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada
karyawan bagian pemasaran yang sudah bekerja lebih
dari dua tahun, manajer pemasaran, dan pelanggan.
b) Dokumentasi dan Studi Pustaka
Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data keuangan, laporan kinerja karyawan, data personel/karyawan, data pelanggan, gambaran umum organisasi, kebijakan organisasi yang terkait dengan proses kinerja
perusahaan, dan sebaiganya.
Metode studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh dari literatur yang membahas tentang pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard.
c)
Wawancara dilakukan kepada personil
dalam perusahaan baik pimpinan maupun karyawan yang mampu dalam
memberikan jawaban.
3.5 Definisi
Operasional Variabel
Dalam penelitian ini definisi
operasional variabel menggunakan pengukuran
yang
relevan dari empat perspektif Balanced Scorecard (Wahyuni, 2011).
1.
Analisis financial perspektive yaitu pengukuran kinerja
yang dilihat
dari sudut pandang keuangan
berdasarkan atas konsekuensi ekonomi yang dilakukan terdiri dari:
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada beberapa macam rasio likuiditas utama
yang digunakan, yaitu:
· Rasio
modal kerja= asset lancer-kewajiabn lancer
· Rasio
lancar=
· Rasio
cepat=
· Rasio
kas=
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas sering disebut juga rasio
leverage atau rasio pengungkit, disebut
rasio pengungkit karena menggunakan
utang untuk memperoleh keuntungan Ada beberapa rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu:
· Rasio
utang jangka panjang-ekuitas=
· Rasio
kelipatan pembayaran
bunga=
· Rasio
total hutang terhadap ekuitas=
c. Rasio Profitabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dalam suatu periode tertentu. Ada beberapa rasio profitabilitas yang
digunakan, yaitu:
· Margin laba
bersih=
( )
d. Rasio Efisiensi
· Total
perputaran asset
· Perputaran
persediaan
· Jumlah
hari penjualan persediaan
e. Rasio Pasar
· Rasio
harga pasar terhadap
nilai buku
2.
Analisis Customer Perspektive yaitu suatu analisis untuk menganalisis kepuasan
pelanggan.
c. Customer Satisfaction
Index
Kepuasan konsumen
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan atas jasa yang digunakan. Untuk mengetahui tingkat
kepuasan pelanggan,
maka pengolahan
data
yang digunakan:
· Data kuantitatif
Data yang berasal
dari pengisian kuisioner oleh para responden yang diubah
menjadi data kuantitatif dengan memberi
skor masing-masing
pilihan jawaban dengan skala
likert:
1= Sangat Setuju (STS)
2= Tidak Setuju (TS)
3= Tidak Berpendapat
(TB)
4= Setuju (S)
5= Sangat Setuju(SS)
3.
Analisis Internal Bussiness
Process Perspektive
merupakan salah satu ukuran kinerja Balanced Scorecard mengenai berbagai proses baru yang harus dikuasai dnegan baik oleh perusahaan. Dengan tujuan dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial.
· Supplier Lead Time
· Part Million Defect
Rate (PMDR)
· Manufacturing Cycle Efficiency (MCE)
3.
Analisis Learning and Growth mengidentifikasikan struktur yang harus
dibangun dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.
· Employee training=
· Employee satisfaction
Index
Pengukuran yang dilakukan dnegan mengukur tingkat kepuasan karyawan
terhadap perusahaan. Pengukuran ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner
kepada karyawan.
3.6 Uji Instrumen Penelitian
3.6.1 Uji Validitas
Menurut Sugiyono (....) dalam Puteri (2013), Uji validitas adalah suatu langkah
pengujian yang dilakukan terhadap isi atau content dari suatu
instrumen, dengan
tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian.
Uji validitas ini bertujuan untuk menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan
adalah
validitas konstrak. Validitas
konstrak merupakan tipe
validitas yang
mempertanyakan apakah konstrak atau karakteristik dapat diukur
secara akurat oleh
indikator-indikatornya. Validitas konstrak diukur dengan koefisien
korelasi antara
skor masing-masing indikator/item pertanyaan (Xj) dengan skor totalnya/faktor (X). Koefisien validitas
diukur dari korelasi product moment
kasar atau korelasi Pearson
yang dirumuskan
sebagai berikut.
Keterangan
:
Xj = Skor item ke-j untuk j =1,2,...,k X = Skor total keseluruhan item
k = banyaknya
item
n = jumlah pengamatan
Item pertanyaan (indikator) secara empiris
dikatakan valid jika koefisien korelasi (r) > 0,50.
3.6.2 Uji Reabilitas
Menurut Puteri (2013), Reliabilitas adalah suatu tingkatan yang mengukur konsistensi hasil jika dilakukan pengukuran
berulang pada suatu karakteristik.
Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Cronbach’s alpha yang dirumuskan
sebagai berikut.
Keterangan
:
Sj ² = varians skor item ke-j dengan j = 1,2,...k k = banyaknya
item
yang diujikan
Sx²
= varians skor total keseluruha item
Dengan ketentuan bahwa α < 0,6 mengindikasikan reliabilitas konsistensi internal yang tidak memuaskan.
Artinya, reliabilitas konsistensi
internal dapat
diterima jika α > 0,6. Reliabilitas konsistensi internal adalah suatu pendekatan untuk
menaksir konsistensi internal dari kumpulan
item/ indikator, dimana beberapa item dijumlahkan untuk menghasilkan skor total untuk skala/konstrak.
3.7 Teknik Analisis Data
Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian:
1.
Financial Perspektif
Analisis Trend Financial Statement adalah analisis yang dilakukan dengan
merancang sebuah tabel perbandingan pos-pos dalam laporan keuangan dan
menganalisisnya (Wijaya, 2006). Rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas,
solvabilitas, efisiensi, profitabilitas, dan pasar dihitung, angka-angka yang dihasilkan dari perhitungan rasio
dibandingkan dari tahun ke
tahun (periode 200x-200x). Kemudian dianalisis untuk mengetahui tendensi (kecenderungan) dari keadaan/ posisi keuangan dan kinerja perusahaan apakah menunjukkan tendensi
tetap, naik atau turun.
2.
Customer Satisfaction
Index
Dari hasil
penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh dari seluruh
responden akan diketahui pencapaian indeks
kepuasan pelanggan, seperti yang dirumuskan oleh Sugiyono (2002) dalam
Wahyuni (2011) sebagai berikut:
IKC = PP
Keterangan:
IKC = Indeks Kepuasan Customer
PP
= Perceived Performance
Setelah diketahui IKC dari semua responden, lalu digolongkan pada skala a. sangat tidak puas, b.tidak puas, c. cukup, d. puas, e. sangat puas. Untuk menentukan skala
ini ditentukan indeks kepuasan minimal dan indeks kepuasan
maksimal, interval yang dapat dicari dari pengurangan antara indeks
kepuasan maksimal dengan kepuasan minimal dibagi menjadi lima seperti yang
dirumuskan oleh Sugiyono
(2002) dalam Wahyuni (2011) sebagai berikut:
IK maks = R x PP x Ex maks IK min
= R x PP x Ex min Interval
= (IK maks – IK min)
Keterangan:
PP
= banyaknya pertanyaan IK min
= jumlah responden
Ex
min = Skor minimal yang bisa diberikan
Ex maks = Skor maksimal yang bisa
diberikan
Mengartikan nilai minimal yang harus diperoleh responden untuk dapat dikategorikan puas, dengan melihat
nilai minimal yang harus dicapai seluruh responden untuk bisa
dikategorikan ke dalam skala.
3. Employee Satisfaction Index
Dari hasil
penjumlahan seluruh
nilai yang diperoleh dari responden akan
diketahui pencapaian indeks kepuasan karyawan, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002) dalam Wahyuni
(2011) sebagai berikut:
IKK
= PP Keterangan:
IKK
= Indeks Kepuasan Karyawan PP
= Perceived Performance
Untuk menentukan skala ini ditentukan indeks
kepuasan minimal dan indeks
kepuasan maksimal,
interval yang dapat dicari dari pengurangan antara
indeks kepuasan maksimal dengan kepuasan minimal dibagi menjadi lima seperti yang
dirumuskan oleh Sugiyono (2002) dalam Wahyuni (2011) sebagai berikut:
IK maks = R x PP x Ex maks
IK min = R x
PP x Ex min Interval = (IK
maks – IK min)
Keterangan:
PP
= banyaknya pertanyaan IK min
= jumlah responden
Ex
min = Skor minimal yang bisa diberikan
Ex maks = Skor maksimal yang bisa
diberikan
Mengartikan nilai minimal yang harus diperoleh responden untuk dapat dikategorikan puas, dengan melihat
nilai minimal yang harus dicapai seluruh responden untuk bisa
dikategorikan ke dalam skala.
3.8 Tahap Penelitian
Berikut ini adalah tahap-tahap
penelitian yang dilakukan:
1.
Menentukan populasi dan
sampel penelitian.
2.
Mengumpulkan data primer dan data-data sekunder mengenai visi, misi,
tujuan, strategi PT X.
3.
Menjabarkan visi, misi, tujuan perusahaan serta menganalisis strategi yang dimiliki perusahaan.
4.
Menetapkan indikator pengukuran kinerja atau key performance indicator (KPI)
untuk masing-masing perspektif.
5.
Membuat kuisioner untuk masing-masing perspektif berdasarkan KPI.
6.
Menyebarkan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan
bagian
pemasaran, manajer pemasaran dan pelanggan.
7.
Menguji validitas dan
reliabilitas kuisioner.
8.
Melakukan analisis kinerja perusahaan berdasarkan data keuangan dengan rasio
keuangan.
9.
Melakukan analisis kinerja pada masing-masing perspektif berdasarkan kuisioner dan rumus-rumus yang ada.
10. Menyimpulkan kinerja
perusahaan apabila diukur dengan metoda
Balanced Scorecard.
Daftar Pustaka
Creswell , J. W. (2012). Research Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Penerbit
Pustaka Pelajar.
Creswell, J. W. (2009). Research Design Pendekatan Kualititatif, Kuantitatif, dan Mixed. Third
Edition. Dalam J. W. Creswell, Research
Design Pendekatan
Kualititatif, Kuantitatif, dan Mixed (hal. 383). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Darmawan, A. (2011). Analisis Balanced Scorecard
Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada
PT Sepatu Asia . -, 27.
Denies, P., & Adhisty, C. M. (2012).
Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas, Konsultan, dan Katalisator Dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan (Studi Kasus di Hotel Inna Garuda Yogyakarta).
Jurnal Nominal, 15.
Govindarajan, R. N. (2013). Management Control
System. Dalam R. N. Govindarajan, Management Control System (hal. 273).
Jakarta: Salemba
Empat.
Luthfi. (t.thn.). Jenis-Jenis Penelitian. Dipetik desember 13, 2013, dari http://misterluthfi.corner.web.id: http://misterluthfi.corner.web.id/kepenulisan/jenis-jenis-penelitian
Nasution,
R. (2003). Teknik Sampling. 5.
Puteri, D. A. (2013).
Uji Validitas dan Reliabilitas. Diambil kembali
dari http://statistikapendidikan.com.
Wahyuni, S. (2011). ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT
PENGUKURAN KINERJA
PADA PT SEMEN BOSOWA. 115.
Wijaya, A. (2006). Perbandingan Analisis
Tren Laporan Keuangan Untuk
Memprediksikan Kinerja Perusahaan Di Masa Yang Akan Datang. Jurnal Akuntansi, 25.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar