PRISILLIA MELINDA BILLIK & DANIEL SUGAMA STEPHANUS
PERKULIAHAN METODOLOGI PENELITAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
– FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan suatu
bentuk komoditas yang sangat berpengaruh dalam aktifitas ekonomi
masyarakat (Evi dan Trisnadi, 2013). Dalam berkegiatan sehari-
hari,
setiap masyarakat
banyak
menggunakan bahan bakar
minyak (BBM) untuk menunjang kehidupan
mereka. Bahan bakar minyak di Indonesia di
kelola oleh pemerintah.
Harga bahan bakar minyak cenderung meningkat tiap
tahunnya. Pemerintah
berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan menggelontorkan dana triliunan
rupiah untuk bahan bakar minyak bersubsidi. Pada tahun
2013 anggaran subsidi BBM di Indonesia sampai dengan 31 Desember 2013
mencapai sebesar Rp 210 triliun (bisnis.liputan6.com, diakses pada tanggal 22 November). Setiap tahunnya dana untuk anggaran subsidi bahan bakar minya terus
meningkat. Pada bulan November
2014 publik kembali bergejolak dengan diumumkannya kenaikan harga bahan bakar minyak. Presiden memilih untuk
menaikkan harga bahan bakar minya, karena pemerintah merasa, dana itu seharusnya
dapat digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur
lainnya.
Dengan naiknya harga bahan bakar minyak, pasar cenderung bereaksi mengikuti perkembangan harga bahan bakar minyak..
Efek dari kenaikan bahan
bakar
minyak ini berimbas ke berbagai sektor seperti harga saham yang naik, inflasi meningkat dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya harga di berbagai segmen
maka suatu perusahaan akan mengalami peningkatan harga pada biaya produksinya, sehingga akan berakibat pada perusahaan.
Dengan biaya produksi yang meningkat, perusahaan harus
menjual produknya dengan harga yang lebih mahal dari
sebelumnya. Penjualan sendiri menurut
Winardi (1999:176), dalam bukunya Pengantar Manajemen Penjualan (Sales Management)
menyatakan bahwa
Penjualan adalah hasil yang dicapai sebagai imbalan jasa-jasa yang diselenggarakan yang dilakukannya perniagaan transaksi dunia usaha. Para pengusaha dalam menjalankan usahanya memiliki tujuan untuk memperoleh laba. Namung dengan
harga yang cenderung naik akan mengakibatkan para konsumen mencari alternatif lain
yang lebih
murah.
Dengan meningkatnya harga penjualan maka pasar akan bereaksi. Reaksi pasar tak pernah dapat diperkirakan. Pada sektor tertentu penjualan pasca kenaikan
bbm akan tetap stabil,
ada yang mengalami peningkatan, tetapi
ada pula yang
mengalami penurunan. Berdasarkanpemikiran tesebut,
maka peneliti memiliki keinginan untuk melakukan suatu riset yang berkaitan dengan penjualan yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai penunjang
usahanya. Misalnya pada perusahaan angkutan.
Pada akhirnya peneliti memiliki
pemikiran untuk melakukan penelitian kuantitaif mengenai “Perbedaan
Penjualan Batu (Unit) Sebelum dan
Sesudah Kenaikan Harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) 2014. (Even Study Pada Perusahaan
Angkutan Timor Arsita Graha)”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Mengapa efek
dari kenaikan harga bahan bakar minyak harus
diteliti?
2. Bagaimana caranya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dapat
memengaruhi penjualan?
3. Sejauh
manakah efek dari kenaikan bahan bakar binyak (BBM) terhadap penjualan suatu perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui efek yang
ditimbulkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terutama
pada perusahaan yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai prasyarat
pengoperasiannya. Penelitian ini merupakan studi kejadian menyusul kebijakan pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi (BBM) pada tanggal 18 November 2014.
1.4 Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Bagi Peneliti
Manfaat penelitian ini bagi peneliti adalah, diharapkan dapat menambah
wawasan dan ilmu peneliti
sehubungan dengan peningkatan bahan bakar minnyak. Dan mengetahu apakah terdapat pengaruh yang ditimbulkan oleh kenaikan harga bahan
bakar
minyak.
2) Bagi Perusahaan
Manfaat bagi pihak
Perusahaan Angkutan Timor Arsita
Graha, diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam menetapkan harga dan melihat prospek bisnis kedepannya.
3) Bagi Pengguna Lieratur
Untuk pengguna literatur yang sama, diharapkan dari penelitian
ini dapat menambah pengetahuan dan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam melakukan
penelitian
selanjutnya.
2. LANDASAN TEORI
Dalam melakukan penelitian ini, dibutuhkan teori –teori yang mendukung dan
saling berkesinambungan sehingga dapat menjadi landasan peneliti dalam melakukan
penelitian
ini. Terdapat dua teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini. Teori
Kebijakan Publik dan Teori Penjualan.
2.1 Teori
Kebijakan Publik
Dye (....) menyebutkan kebijakan sebagai pilihan
pemerintah untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu (whatever government chooses to do or not
to do). Sedangkan Federick (....) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan
kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam
rangka mencapai
tujuan tertentu.
Pressman dan Widavsky (....)
mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis
yang mengandung kondisi-kondisi awal dan akibat-akibat
yang bias diramalkan.
Kebijakan publik
itu harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain
misalnya kebijakan swasta. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan
pemerintah. Sedangkan Eyestone (....) mendefinisikan kebijakan publik
sebagai
“hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya”. Banyak pihak
beranggapan bahwa definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami, karena apa
yang dimaksud
dengan kebijakan publik dapat mencakup
banyak hal.
Menurut Nugroho (....), ada
dua karakteristik
dari kebijakan publik, yaitu:
1) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah untuk
dipahami, karena
maknanya adalah hal-hal yang dikerjakan untuk mencapai
tujuan nasional;
2) kebijakan publik merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya
jelas yakni sejauh
mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.
Menurut Woll sebagaimana (....) dikutip Tangkilisan
(2003:2) menyebutkan
bahwa kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas pemerintah
untuk
memecahkan masalah
di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui
berbagai
lembaga yang memengaruhi
kehidupan masyarakat.
Urgensi Kebijakan Publik Untuk melakukan studi kebijakan publik
merupakan studi yang bermaksud untuk menggambarkan, menganalisis, dan
menjelaskan secara cermat berbagai sebab dan akibat dari tindakan-tindakan
pemerintah. Studi kebijakan publik menurut Dye (....), adalah sebagai berikut:
“Studi kebijakan publik mencakup menggambarkan upaya kebijakan publik,
penilaian mengenai dampak dari kekuatankekuatan yang berasal dari lingkungan
terhadap isi kebijakan publik, analisis mengenai akibat berbagai pernyataan
kelembagaan dan proses-proses politik terhadap kebijakan publik; penelitian
mendalam mengenai akibat-akibat dari berbagai kebijakan politik pada masyarakat,
baik berupa dampak kebijakan publik pada masyarakat, baik berupa dampak yang
diharapkan (direncanakan)
maupun dampak yang
tidak diharapkan.”
Wahab (....) sebagaimana dikutip Suharno
(....) dengan mengikuti
pendapat dari Anderson (1978) dan Dye (1978) menyebutkan beberapa alasan
mengapa kebijakan
publik penting atau
urgen untuk dipelajari, yaitu:
a) Alasan Ilmiah
Kebijakan publik dipelajari dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan
yang
luas tentang
asal-muasalnya, proses perkembangannya, dan konsekuensi-
konsekuensinya bagi masyarakat. Dalam hal
ini kebijakan dapat
dipandang sebagai
variabel terikat (dependent variable)
maupun sebagai variabel independen
(independent variable). Kebijakan dipandang sebagai variabel terikat, maka
perhatian akan tertuju pada faktor-faktorpolitik dan lingkungan yang membantu
menentukan
substansi kebijakan atau diduga memengaruhi isi kebijakan piblik.
Kebijakan dipandang sebagai variabel independen jika focus perhatian tertuju pada
dampak kebijakan tertuju pada sistem politik dan lingkungan yang berpengaruh
terhadapo kebijakan
publik.
b) Alasan
professional
Studi kebijakan publik dimaksudkan sebagai upaya untuk menetapkan
pengetahuan ilmiah dibidang kebijakan publik guna memecahkan masalah-
masalah sosial sehari-hari.
c) Alasan
Politik
Mempelajari kebijakan publik pada dasarnya dimaksudkan agar pemerintah dapat
menempuh kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan yang tepat
pula
2.1.1 Tahap-tahap kebijakan publik
Menurut Dunn (....) tahap-tahap
kebijakan publik adalah sebagai
berikut :
a) Tahap
penyusunan agenda
Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik.
Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih
dahulu untuk dapat masuk dalam
agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk
ke agenda kebijakan
para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh
sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi
fokus pembahasan,
atau ada pula masalah
karena alasanalasan
tertentu ditunda untuk waktu yang lama
b) Tahap
formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari
pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut
berasal dari berbagai
alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada.
Dalam perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
Dalam tahap ini
masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan
pemecahan
masalah terbaik.
c) Tahap adopsi
kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi
dengan dukungan
dari mayoritas
legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.
d) Tahap
implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan
hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program
Tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan
administrasi maupun
agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang
telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan
sumber daya finansial dan manusia.
Pada tahap implementasi ini berbagai
kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat
dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkin akan
ditentang oleh para pelaksana.
e) Tahap
evaluasi kebijakan
Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, unuk
melihat sejauh mana
kebijakan yang
dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan,
yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan
ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yamh menjadi dasar untuk menilai apakah
kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan
yang diinginkan atau
belum
2.1.2 Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Pembuatan kebijakan
Menurut Suharno (2010) proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan
yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun
demikian,
para adsministrator sebuah organisasi institusi atau lembaga dituntut memiliki
tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat
membuat kebijakan dengan resiko yang diharapkan (intended risks) maupun yang
tidak diharapkan (unintended risks). Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan
kebjakan adalah:
a) Adanya
pengaruh
tekanan-tekanan dari luar
Tidak jarang pembuat kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau membuat
kebijakan
adanya tekanan-tekanan dari
luar.
b) Adanya pengaruh kebiasaan
lama
Kebiasaan lama organisasi yang sebagaimana dikutip
oleh Nigrodisebutkan
dengan istilah sunk cost,
seperti kebiasaan investasi modal yang hingga
saat ini
belum professional dan terkadang amat birikratik, cenderung akan diikuti
kebiasaan itu oleh para administrator, meskipun keputusan/kebijakan yang
berkaitan dengan hak tersebut dikritik, karena sebagai suatu yang salah dan perlu
diubah. Kebiasaan
lama tersebut sering secara terus-menerus pantas untuk diikuti,
terlebih kalau
suatu kebijakan yang telah
ada
tersebut dipandang memuaskan.
c) Adanya
pengaruh
sifat-sifat pribadi
Berbagai keputusan/kabijakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan/kebijakan
banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Sifat pribadi
merupakan faktor
yang berperan besar dalam penentuan
keputusan/kebijakan.
d) Adanya pengaruh dari kelompok luar
Lingkungan sosial dari para pembuat
keputusan/kebijakan juga berperan
besar.
e) Adanya
pengaruh
keadaan masa lalu
Maksud dari faktor ini adalah bahwa pengalaman latihan dan pengalaman
sejarah
pekerjaan yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan kebijakan/keputusan.
Misalnya,orang mengkhawatirkan pelimpahan wewenang yang dimilikinya kepada
orang lain karena
khawatir disalahgunakan.
2.1.3 kategori
kebijakan publik
Banyak pakar yang mengajukan jenis kebijakan
publik berdasarkan sudut
pandang masing-masing. James Anderson menyampaikan
kategori kebijakan publik
sebagai berikut:
a. Kebijakan
substantif versus kebijakan prosedural
Kebijakan substantif yaitu kebijakan yang menyangkut apa yang akan dilakukan
oleh pemerintah. Sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan
substantif tersebut dapat dijalankan.
b. Kebijakan
distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan redistributive
Kebijakan distributif menyangkut distribusi
pelayanan atau kemanfaatan pada
masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori merupakan kebijakan yang berupa
pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku
individu atau kelompok masyarakat.
Sedangkan, kebijakan redistributif merupakan kebijakan yang mengatur alokasi
kekayaan, pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam
masyarakat
c. Kebijakan
materal versus kebijakan simbolik
Kebijakan materal adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya
komplet pada kelompok sasaran. Sedangkan, kebijakan simbolis adalah kebijakan
yang memberikan manfaat
simbolis pada kelompok sasaran.
d. Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods)
dan barang
privat (privat goods)
Kebijakan public goods
adalah kebijakan yang mengatur
pemberian barang atau
pelayanan publik. Sedangkan, kebijakan privat goods adalah kebijakan yang
mengatur penyediaan barang
atau pelayanan
untuk pasar bebas.
Wahab (....)
mengisyaratkan bahwa pemahaman yang lebih baik
terhadap hakikat kebijakan publik sebagai tindakan yang mengarah pada tujuan,
ketika kita dapat memerinci kebijakan tersebut kedalam
beberapa kategori, yaitu:
a. Tuntutan kebijakan (policy demands)
Yaitu tuntutan atau desakan yang diajukan pada pejabat-pejabat pemerintah yang
dilakukan oleh actor-aktor lain,
baik swasta maupun kalangan pemerintah sendiri
dalam sistem politik untuk melakukan tindakan tertentu atau sebaliknya untuk
tidak melakukan tindakan pada suatu
masalah tertentu. Tuntutan ini dapat
bervariasi, mulai dari desakan umum, agar pemerintah berbuat sesuatu hingga
usulan untuk mengambil tindakan konkret tertentu terhadap suatu masalah yang
terjadi di dalam masyarakat.
b. Keputusan kebijakan (policy decisions)
Adalah keputusan yang dibuat oleh para pejabat pemerintah yang dimaksudkan
untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan kebijakan publik. Dalam hal ini,
termasuk didalamnya keputusankeputusan
untuk menciptakan statuta
(ketentuan-
ketentuan dasar), ketetapan-ketetapan, ataupun membuat
penafsiran terhadap
undang-undang.
c. Pernyataan
kebijakan (policy statements)
Ialah pernyataan resmi atau penjelasan mengenai kebijakan publik tertentu.
Misalnya; ketetapan MPR, Keputusan Presiden atau Dekrit Presiden, keputusan
peradialan,
pernyataan ataupun pidato
pejabat pemerintah yang menunjukkan
hasrat, tujuan pemerintah, dan apa yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan
tersebut.
d. Keluaran
kebijakan (policy outputs)
Merupakan wujud dari kebijakan publik yang paling dapat dilihat dan dirasakan,
karena menyangkut hal-hal yang senyatanya dilakukan guna merealisasikan apa
yang telah digariskan dalam keputusan dan pernyataan kebijakan. Secara singkat
keluaran
kebijakan ini menyangkut apa
yang ingin
dikerjakan oleh pemerintah.
e. Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)
Adalah akibat-akibat atau dampak yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat,
baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan sebagai konsekuensi dari adanya
tindakan atau tidak adanya tindakan pemerintah dalam bidang-bidang atau
masalah-masalah
tertentu yang
ada dalam masyarakat.
2.2 Teori
Penjualan
IAI dalam SAK No 23 paragraf 2 (2009) menyatakan, “Penjualan barang
meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli
untuk dijual kembali
seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau lainnya”.
Sedangkan, definisi
penjualan menurut Mulyadi (2008:202), “Penjualan merupakan
kegiatan yang
dilakukan oleh penjual dalam menjual barang atau jasa
dengan harapan
akan memperoleh laba dari adanya transaksi-transaksi tersebut dan penjualan dapat
diartikan sebagai pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa
dari pihak penjual
ke pembeli.”
2.2.1 Jenis
Penjualan
La Midjan (2001) dalam bukunya “Sistem Informasi Akuntansi
1” dapat
diklasifikasikan
jenis-jenis penjualan sebagai berikut:
1. Penjualan Tunai
Adalah penjualan yang bersifat cash dan carry pada umumnya terjadi secara
kontan dan dapat pula terjadi
pembayaran selama
satu bulan dianggap kontan.
2. Penjualan
Kredit
Adalah penjualan dengan tenggang waktu rata-rata diatas
satu bulan.
3. Penjualan
Tender
Adalah penjualan ynag dilaksanakan melalui prosedur tender untuk
memegangkan
tender selain harus memenuhi berbagai prosedur.
4. Penjualan
Ekspor
Adalah penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli
luar negeri yang
mengimpor barang tersebut.
5. Penjualan
Konsinyasi
Adalah penjualan yang dilakukan secara titipan kepada pembeli yang juga
sebagai penjual.
6. Penjualan
Grosir
Adalah penjualan yang tidak langsung kepada pembeli,
tetapi melalui
pedagang grosir atau
eceran.
2.2.2 Dokumen-Dokumen Penjualan
Dokumen-dokumen
penjualan menurut
La Midjan dalam
bukunya yang
berjudul “Sistem Informasi Akuntansi
1” antara lain sebagai berikut:
1. Order Penjualan
Barang (Sales
Order)
Merupakan penghubung antara beragam fungsi yang diperlukan untuk
memroses langganan
dengan
menyiapkan peranan
penjualan.
2. Nota Penjualan Barang
Merupakan catatan atau bukti atas transaksi
penjualan barang yang telah
dilakukan oleh pihak perusahaan
dan sebagai dokumen bagi pelanggan.
3. Perintah Penyerahan Barang (Delivery Order)
Merupakan suatu bukti dalam pengiriman barang untuk diserahkan kepada
pelanggan setelah adanya pencocokan rangkap slip.
4. Faktur
Penjualan (Invoice)
Adalah dokumen yang menunjukan jumlah yang berhak ditagih kepada
pelanggan yang menunjukan informasi kuantitas, harga dan jumlah tagihannya.
5. Surat Pengiriman Barang (Shipping Slip)
6. Jurnal Penjualan (Sales
Journal)
2.2.3 Tujuan Penjualan
Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan menurut
Swastha (....)dalam
bukunya “Manajemen
Penjualan”, yaitu:
1. Mencapai volume
penjualan tertentu.
2. Mendapat laba
tertentu.
3. Menunjang
pertumbuhan perusahaan.
2.2.4 Faktor-faktor
Yang Memengaruhi
Penjualan
Faktor-faktor yang memengaruhi penjualan menurut Swastha (....) dalam
buku “Manajemen
Penjualan” antara lain sebagai berikut:
1) Kondisi dan Kemampuan Penjual
Kondisi dan kemampuan terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah
penting yang berkaitan dengan produk
yang dijual, jumlah dan sifat dari
tenaga penjual
adalah:
a. Jenis
dan karakteristik barang atau
jasa
yang ditawarkan
b. Harga produk
atau jasa
c. Syarat penjualan,
seperti: pembayaran, pengiriman
2) Kondisi Pasar
Pasar sebagai kelompok
penbelian atau pihak yang menjadi
sasaran dalam
penjualan dan
dapat
pula mempengaruhi kegiatan penjualannya.
3) Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk mengangkut barang
dagangan
ditempatkan atau untuk membesar usahanya.
4) Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjual
ini ditangani oleh
bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang dipegang oleh orang-orang
yang
ahli dibidang penjualan.
5) Faktor-faktor
lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian
hadiah sering mempengaruhi penjualan karena diharapkan dengan adanya
faktor-faktor tersebut
pembeli akan
kembali membeli lagi barang yang sama
2.2.5 Proses Penjualan
1. Persiapan
Sebelum Penjualan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mempersiapkan tenaga penjual
dengan memberikan pengertian tentang barang yang dijualnya, pasar yang di
tuju, dan teknik-teknik
penjualan yang harus dilakukan.
2. Penentuan Lokasi
Pembeli Potensial
Dari lokasi ini dapatlah dibuat
sebuah daftar tentang orang-orang atau
perusahaan yang secara logis merupakan pembeli potensial dari produk yang ditawarkan.
3. Pendekatan
Pendahuluan
Berbagai macam informasi perlu dikumpulkan
untuk mendukung penawaran
produknya kepada pembeli, misalnya tentang kebiasaan pembeli, kesukaan,
dan sebagainya. Semua kegiatan ini dilakukan sebagai
pendekatan
pendahuluan terhadap pasarnya.
4. Melakukan
Penjualan
Penjualan dilakukan bermula dari suatu usaha untuk memikat perhatian calon
pembeli, kemudian
diusahakan untuk menarik daya tarik mereka. Dan
akhirnya penjual melakukan penjualan
produknya kepada pembeli.
5. Pelayanan
Sesudah Penjualan
Dalam tahap akhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam
keluhan atau tanggapan yang kurang baik dari pembeli. Pelayanan penjualan
ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan kepada pembeli bahwa
keputusan yang diambilnya tepat dan barang yang dibelinya betul-betul
bermanfaat.
2.3 Hipotesis
Penelitian
Hipotesis penelitian ini yang digunakan sebagai landasan pengujian untuk
penelitian ini adala sebagai berikut:
H0: Tidak terdapat perbedaan penjualan batu (unit)
sebelum kenaikan harga
bahan bakar minyak
(BBM)
dan setelah kenikan bahan bakar minyak.
Ha: Terdapat perbedaan penjualan batu (unit)
sebelum kenaikan harga bahan
bakar minyak
(BBM)
dan setelah kenikan bahan bakar minyak
2.4 Rerangka
Teoritis
Teori
Kebijakan Publik
Kenaikan Harga Bahan Bakar
Minyak (BBM)
Teori
Penjualan
3. METODA PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian Kuantitatif
menurut Arikunto (2006) adalah adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menguakan
angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan
hasilnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian hipotesis
(hypothesis testing). Pengujian hipotesis
bertujuan untuk memberikan pemahaman hubungan
sebab akibat
dari suatu peristiwa dengan
lebih baik.
3.2 Populasi dan Sampel
Sugiyono (2008) menjelaskan, “Populasi adalah
wilayah generalisasi terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan oleh peneliti
untuk
dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan.Populasi penelitian ini adalah penjualan batu karang
dalam jumlah unit pada Perusahaan Angkutan Timor Arsita
Graha sejak awal berdiri.
Sugiyono (2008) menjelaskan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi
tersebut. Sampel penelitian ini adalah penjualan batu dalam bentuk unit
sepeluh hari
sebelum kenaikan harga
BBM dan sepuluh hari setelah kenaikan BBM.
Tabel 1. Sample
Penjualan Batu pada perusahaan Perusahaan
Angkutan
Timor Arsita Graha
Tanggal |
Penjualan (Unit) Sebelum Kenaikan BBM |
Tanggal |
Penjualan (Unit) Sesudah Kenaikan BBM |
8-Nov-14 |
5 |
19-Nov-14 |
3 |
9-Nov-14 |
5 |
20-Nov-14 |
1 |
10-Nov-14 |
2 |
21-Nov-14 |
3 |
11-Nov-14 |
5 |
22-Nov-14 |
0 |
12-Nov-14 |
2 |
23-Nov-14 |
2 |
13-Nov-14 |
1 |
24-Nov-14 |
3 |
14-Nov-14 |
3 |
25-Nov-14 |
1 |
15-Nov-14 |
3 |
26-Nov-14 |
2 |
16-Nov-14 |
5 |
27-Nov-14 |
0 |
17-Nov-14 |
4 |
28-Nov-14 |
3 |
Sumber: Data Diolah
3.3 Data Penelitian
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
Kuantitatif.
Sumber data yang
digunakan adalah
data primer.
3.3.2 Teknik
Pengumpulan
Data
Sumber data diperoleh dari
hasil wawancara langsung dengan pemilik perusahaan.
3.4 Variabel
Penelitian
Sugiyono (2010) menyatakan bahwa variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan.
Penelitian
ini menggunakan variabel-variabel
sebagai berikut.
Penjualan (unit) yang dhasilkan sebelum
Kenaikan bahan bakar mesin (BBM). Dan Penjualan
(unit) yang dhasilkan
setelah Kenaikan bahan
bakar
mesin (BBM).
3.5 Analisis
Data
Penelitian ini menggunakan
teknik analisis
data event
study (studi kejadian). Jogiyanto
(2009) menjelaskan bahwa studi kejadian merupakan
studi yang mempelajari
bagaimana investor
bereaksi terhadap suatu peristiwa
yang dipublikasikan
melalui pengumuman. Pada penelitian ini
menggunakan kenaikan bahan bakar mesin (BBM) tahun
2014 sebagai informasi yang
digunakan dalam
studi peristiwa.
3.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian
ini adalah sebagai berikut;
H0: Tidak terdapat perbedaan penjualan batu (unit) sebelum
kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) dan
setelah
kenikan bahan bakar minyak.
Ha: Terdapat perbedaan penjualan batu (unit) sebelum kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) dan
setelah
kenikan bahan bakar minyak
3.7 Tahapan Penelitian
Langka-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Merumuskan
Penelitian.
2) Mengumpulkan data berupa data penjualan batu (unit) selama
Perusahaan Angkutan
Timor Arsita Graha beroperasi.
3) Mengelompokan data yang akan digunakan yakni sepuluh hari sebelum kenaikan harga
BBM dan
10 hari setelah kenaikan
harga
BBM.
4) Menguji normalitas data abnormal return dan Paired sample t-test dengan menggunakan
alat uji SPSS 16.
5) Melakukan uji volatilitas dengan menggunakan Microsoft
Excel 2007.
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008.
Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung
: Alfabeta.
Mulyadi. 2008. Sistem
Akuntansi. Jakarta: Salemba
Empat.
Mursyidi. 2008. Akuntansi
Biaya. Bandung:
Refika
Aditama
www.tribunnews.com, diakses pada
tanggal 22 Desember
2014. www.tempo.co, diakses
pada tanggal 22
Desember 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar