PERKULIAHAN METODOLOGI PENELITIAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
– FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014
1.
PENDAHULIAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan organisasi-organisasi pada
umumnya ditandai dengan meningkatnya jumlah aktivitas dan juga teknologi yang
semakin maju dari waktu ke waktu.
Persaingan ketat dalam dunia perekonomian menuntut suatu perusahaan untuk terus melakukanperubahan perbaikandi berbagai bidang.
Penerapan sistem akuntansi
dalam sebuah perusahaan dapat
mengoptimalkan biaya operasional yang dikeluarkan dan dapat mengefektifkan jumlah
tenaga kerja yang dimiliki. Sistem akuntansi
yang digunakan oleh
perusahaan adalah sistem pengeluaran kas dan penerimaan kas. Sistem ini dapat menangani pengeluaran
kas dan penerimaan
kas yang terjadi secara rutin pada
sebuah perusahaan. Penerapan sistem pengeluaran kas dan peneriman kas pada perusahaan sangatlah penting, mengingat kas adalah aset yang mudah berubah
dibandingkan dengan aset lain, sehingga kas merupakan alat pembayaran yang bebas dan selalu siap sedia untuk digunakan. Menurut Weygandt & Kieso (2008),
mengemukakan bahwa kas merupakan aset yang paling
rentan penggunaan dan pengalihannya yang tidak benar. Karena sifat kas yang likuid, maka kas mudah
digelapkan sehingga diperlukan pengendalian internal terhadap kas dengan
memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan. Selain itu
juga diadakan pengawasan yang ketat
terhadap fungsi-fungsi
pengeluaran kas. Dengan adanya sistem
pengendalian internal yang baik, maka sistem akuntansi yang baik dan berkualitas akan terwujud
sehingga mampu menghasilkan laporan
keuangan bagi pemakai atau pengguna
laporan keuangan. Sistem pengendalian
internal (SPI) berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 2 macam yaitu pengendalian internal akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian internal
administratif (internal administrative control). Pengendalian internal akuntansi
meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan yang bertujuan untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi,
2001).
Pengendalian internal yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur
yang
memadai untuk melindungi pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian internal. Pertama, harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga
petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas. Kedua, semua penerimaan
kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian. Ketiga, semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas
kecil.
Prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengawasi kas, bisa berbeda-beda
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada berbagai faktor,
seperti besarnya perusahaan, jumlah karyawan, sumber-sumber kas, dan sebagainya. Objek penelitian pada penulisan laporan ini dilakukan di salah satu Hotel di Kota Malang yaitu Hotel Splendid
Inn Malang. Adapun aktivitas transaksi perusahaan meliputi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Dalam
menjalankan aktivitas transaksi perusahaan tersebut belum ada pemisahan fungsi.
Pengeluaran kas dan penerimaan kas merupakan transaksi perusahaan yang paling
banyak
terjadi di perusahaan sehingga perlu adanya pengawasan dan pengendalian internal. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengevaluasi sistem pengeluaran kas
dan pengeluaran perusahaan. Dengan demikian penulis
mengambil judul laporan skripsi
ini yaitu, “PENERAPAN SISTEM
PENGENDALIAN
INTERNAL DALAM MENUNJANG SISTEM PENEGELUARAN KAS DAN PENERIMAAN KAS PADA HOTEL SPLENDID
INN MALANG”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang
dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1 Apakah di di Hotel Splendid Inn Malang terdapat sistem pengendalian internal
pengeluaran kas dan penerimaan kas?
2 Apakah sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang
dilakukan secara memadai?
3 Bagaimana evaluasi sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas
di Hotel Splendid Inn Malang?
4 Apa saja kelebihan dan kelemahan sistem pengendalian internal Pengeluaran kas dan
penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang?
1.3 Tujuan Penilitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian
ini untuk menganalisis.
1. Penerapan sistem pengendalian internal pada pengeluaran dan penerimaan kas
di Hotel Splendid Inn Malang
2. mengevaluasi
apakah sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan
penerimaan kas di di Hotel Splendid
Inn Malang sudah dilaksanakan dengan
memadai.
3. Mengevaluasi sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang.
4. Mengevaluasi kelebihan dan kelemahan sistem pengendalian internal Pengeluaran kas
dan penerimaan kas di Hotel
Splendid Inn Malang.
1.4 Manfaat
Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh dengan mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai
penerapan SPI untuk
sistem pengeluaran kas dan penerimaan kas.
2. Bagi Hotel Splendid Inn Malang Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan evaluasi
mengenai sistem pengeluaran
kas dan penerimaan kas dengan adanya SPI.
3. Bagi pembaca
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang ingin
melakukan penelitian serupa yang berkaitan dengan SPI, pengeluaran
kas dan penerimaan kas.
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Akuntansi
2.1.1 pengertian
sistem
Sistem adalah suatu jaringan prosedur
yang dibuat menurut pola terpadu untuk
melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 2001). Sedangkan menurut
Pengertian Sistem Menurut Jogianto (2005),
mengemukakan bahwa sistem adalah
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata
adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada
dan terjadi. Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat di simpulkan
bahwa sistem
adalah suatu jaringan prosedur yang terdiri dari elemen-elemen untuk mencapai suatu
tujaun tertentu.
2.1.2 Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Mulyadi (2001), akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi bersama-sama
untuk mencapai
tujuan tertentu, yaitu :
1. Sistem
terdiri dari unsur-unsur.
2. Unsur-unsur
tersebut
merupakan bagian
terpadu
dalam sistem yangbersangkutan.
3. Unsur-unsur
itu bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem.
4. Suatu sistem merupakan bagian
dari sistem lain yang
lebih besar.
5
6
Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan jaminan
yang memadai bahwa
transaksi yang
dicatatkan terjadinya
adalah :
1. Sah.
2. Telah diotorisasi.
3. Telah dicatat.
4. Telah dinilai secara wajar.
5. Telah diklasifikasi/ digolongkan secara wajar.
6. Telah dicatat
dalam periode yang seharusnya.
7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu
dan telah diringkas dengan benar.
Dari pendapat tersebut diatas,
maka dapat dikatakan bahwa system akuntansi yang
efektif dapat menjamin bahwa
semua transaksi
yang dicatat adalah sah, dan telah
diotorisasi, dinilai, dan diklasifikasikan secara wajar serta dicatat
dalam media dan
waktu yang tepat.
2.2 Sistem
Pengendalian Internal
2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian
Internal
Sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode,
dan ukuran-
ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi
(Mulyadi, 2001). Berdasarkan definisi
pengertian Sistem Pengendalian Internal diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
Sistem Pengendalian Intern adalah menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian
dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi, dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001). Sedangkan menurut Romney, (2004),
mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh
7
dewan komisaris,
pihak manajemen, dan mereka yang berada
di bawah arahan
keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai
dengan pertimbangan
hal-hal
sebagai
berikut :
1) efektivitas dan efisiensi
operasi,
2) keandalan laporan keuangan,
3) kesesuaian dengan hukum
dan peraturan yang berlaku.
Berdasarkan definisi yang telah dikemukan di atas, bahwa perusahaan
menginginkan tercapainya tujuan tersebut dan untuk mencapainya diperlukan
pengendalian internal. Pengendalian intern
merupakan alat untuk meletakkan
kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan dari kemungkinan
kesalahan dan kecurangan. Perusahaan berusaha untuk membuat struktur
pengendalian intern dengan baik, melaksanakan, dan mengawasinya agar efektivitas
perusahaan bisa tercapai, pengendalian intern yang baik akan menjamin ketelitian
data akuntansi
yang dihasilkan sehingga
data tersebut dapat dipercaya.
2.2.2 Tujuan Sistem
Pengendalian
Internal
Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan dapat
dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan, dan meningkatkan efektivitas
dari seluruh
anggota perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan. Pengendalian intern disusun berdasarkan tujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Manajemen
merancang sistem pengendalian intern yang efektif dengan empat
tujuan pokok
berikut ini, (Mulyadi, 2001).
8
1. Menjaga harta kekayaan
perusahaan.
Bila sistem pengendalian intern berjalan dengan baik maka akan dapat mengantisipasi
terjadinya kecurangan, pemborosan, ketidakefisienan, dan penyalahgunaan terhadap
aktiva perusahaan.
2. Mengecek keakuratan
data akuntansi.
Keandalan data atau informasi akuntansi digunakan oleh manajemen dalam
pengambilan
keputusan untuk meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayanya data
akuntansi.
3. Mendorong efisiensi.
Kebijakan perusahaan mampu memberikan manfaat tertentu dengan memantau setiap
pengorbanan yang
telah dikeluarkan guna
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Untuk mencapai tujuan perusahaan maka kebijakan, prosedur, system pengendalian
intern yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan,
prosedur yang
ditetapkan perusahaan akan
dipatuhi oleh seluruh karyawan
2.2.3 Unsur-Unsur
Sistem Pengendalian
Intern
Suatu sistem terdiri dari sub-sub sistem atau unsure pembentuk system yang
saling berhubungan dan saling ketergantungan bahkan mungkin saja dapat
mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Begitu juga suatu pengendalian intern yang
memadai harus terdiri dari unsur-unsur yang membentuk pengendalian internal
tersebut.
Unsur pengendalian intern
menurut Arens & Loebbecke (2000), adalah
sebagai
berikut.
1. The control environment,
9
2. Risk assessment,
3. Control Activities,
4. Monitoring.
Dari uraian tujuan sistem pengendalian intern yang telah dijelaskan diatas, maka
unsur pengendalian intern
terdiri dari lima unsur menurut Mulyadi (2002) yaitu.
1. Struktur
organisasi yang memisahkan tanggung
jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung
jawab fungsional
kepada unit-unit organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pokok perusahaan.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang
cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi, setiap
transaksi
hanya terjadi atas dasar otorisasi
dari pejabat yang memiliki wewenang
untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi
harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas
terlaksananya setiap transaksi.
3. Praktek yang sehat
dalam melaksanakan tugas dan
fungsi setiap unit organisasi.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur
pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak
diciptakan cara-cara untuk menjamin
praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.
Adapun cara-cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktek
yang sehat adalah.
a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya
harusdipertanggung
jawabkan.
10
b. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa pemberitahuan terleh
dahulukepada pihak yang akan
diperiksa.
c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai
akhir oleh
satuorang atau satu unit organisasi,
tanpa adanya campur tangan orang
atauorganisasi
lain.
d. Perputaran
jabatan untuk menghindari terjadinya persengkongkolan.
e. Secara periodik
diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.
f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektifitas
unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain, unit organisasi ini disebut
satuan pengawas intern atau staf pemeriksa
intern.
4. Karyawan yang mutunya sesuai
dengan tanggung jawabnya Bagaimanapun
baiknya struktur
organisasi, sistem otorisasi prosedur pencatatan, serta berbagai
cara yang diciptakan untuk mendorong praktek yang sehat, semua sangat
tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Untuk mendapatkan
karyawan yang
berkompeten dan dapat dipercaya, cara berikut
ini dapat ditempuh
a. Seleksi calon
karyawan
berdasarkan persyaratan yang dituntut pekerjaannya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,
sesuai dengan
tuntutan perkembangan pekerjaannya.
2.2.4 Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal
Menurut Baridwan (2000), prinsip-prinsip pengendalian intern meliputi:
1. Bukti pengeluaran kas kecil harus ditulis dengan tinta, ditandatangani olehorang
yang menerima uang dan kemudian di cap lunas,
11
2. Dana kas kecil dibentuk dengan jumlah tetap
(imperst system) dan
pemenuhankembalinya harus
dengan cek,
3. Pemeriksaan terhadap kas kecil dengan interval waktu yang berbeda-beda
dantidak diberitahukan sebelumnya.
2.2.5 Pengujian Pengendalian Internal
Dalam memenuhi standar
auditing kedua, auditor melaksanakan prosedur
pemahaman pengendalian intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang
desain pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan.
Disamping itu, pelaksanaan standar tersebut juga mengharuskan auditor melakukan
pengujian terhadap efektifitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan perusahaan. Pengujian ini disebut dengan pengujian kepatuhan
atau disebut
dengan pengujian pengendalian (test of
control), ada dua macam
pengujian yang dilakukan
oleh auditor :
1. Pengujian adanya kepatuhan
terhadap pengendalian intern
2. Pengujian tingkat
kepatuhan terhadap pengendalian intern
2.3 Prosedur
2.3.1 pengertian
prosedur
Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal,
biasanya melibatkan beberapa
orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2001).
Sedangkan menurut
Susanto (2008), menjelaskan bahwa Prosedur adalah rangkaian
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.
Prosedur penting
dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan
12
secara seragam. Dari penjelasan
kedua pengertian diatas,
dapat disimpulkan bahwa
prosedur merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa orang yang dilakukan
berulang-ulang.
2.3.2 Prosedur
Pengendalian
Beberapa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern dapat memberikan bukti
langsung tentang
salah saji material dalam asersi mengenai saldo atau golongan
transaksi
tertentu. Kategori-kategori prosedur pengendalian internal mencakup
pengendalian terhadap catatan kegiatan operasional dari harta atau kekayaan
perusahaan. Arens & Loebbecke (2000),
menyebutkan bahwa prosedur pengendalian
intern terdiri dari
5 kategori, yaitu.
1. Pemisahan tugas
yang cukup.
Pemisahan tugas ini pada pinsipnya adalah.
a. Pemisahan fungsi penyimpanan
aktiva dengan fungsi akuntansi,
b. Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi
penyimpanan aktiva yang
bersangkutan,
c. Pemisahan fungsi otorisasi dengan
fungsi akuntansi.
2. Otorisasi yang
pantas atas transaksi dan aktivitas.
Didalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang
memiliki wewenang
untuk menyetujui terjadinya transaksi.
3. Dokumen dan catatan yang
memadai.
Didalam organisasi harus dibuat
prosedur otorisasi atas terlaksananya setiap
transaksi,
dengan formulir sebagai medianya. Penggunaan formulir ini harus
diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Prosedur
13
pencatatan yang baik akan menjamin
data yang direkam didalam formulir dicatat
dalam catatan akuntansi dengan tingkat
keandalan dan ketelitian yang tinggi.
Prosedur ini akan menghasilkan informasi yang dapat diandalkan oleh perusahaan.
Unsur pengendalaian yang
diperhatikan, yaitu.
a. Perancangan dokumen bernomor urut tercetak,
b. Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi atau
segerasetalah
transaksi terjadi,
c. Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin
kemudahan dalam pemahaman terhadap
dokumen dan catatan tersebut,
d. Sedapat mungkin dokumen
dirancang untuk memenuhi
berbagai keperluan
sekaligus,
Perancangan dokumen
dan catatan yang mendorong pengisian data
yangbenar.
4. Pengendalian
fisik atas aktiva dan catatan.
Pengendalian fisik atas kekayaan catatan disini adalah dengan sarana menyediakan
kekayaan dan catatan fisik, misalnya gudang yang melindungi kerusakan dan
pencurian.
5. Pengecekan
independen atas pelaksanaan.
Pengecekan secara intensif perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan
prosedur intern. Cara yang digunakan diantaranya adanya pemisahan tugas antara
fungsi transaksi, fungsi
penyimpanan, dan fungsi akuntansi. Pemisahan tugas ini
secara otomatis dapat menjadikan verifikasi independen terhadap pelaksanaan
suatu transaksi
dalam setiap fungsi.
14
2.4 Sistem
Pengeluaran Kas
2.4.1 Pengertian Sistem Pengeluaran Kas
Menurut Soemarso (2002), dalam bukunya menjelaskan tentang pengertian kas
yang mengatakan bahwa Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau
logam) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan
kewajiban pada nilai nominalnya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa sistem akuntansi
pengeluaran
kas pada umumnya didefinisikan sebagai organisasi formulir, catatan
dan laporan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan pengeluaran
baik dengan cek
maupun dengan uang tunai untuk mempermudah setiap pembiayaan pengelolaan
perusahaan.
Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk
melaksanakan kegiatan pengeluaran
baik dengan cek
maupun dengan uang tunai yang
digunakan untuk kegiatan umum perusahaan (Mulyadi, 2001). Berdasarkan
pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan Sistem Akuntansi
Pengeluaran Kas adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk melaksanakan
pengeluaran
kas baik dengan cek maupun
uang tunai untuk kegiatan perusahaan.
Sistem Akuntansi pokok yang digunakan untuk melaksanakan pengeluaran kas yaitu
sistem akuntansi
pengeluaran kas dengan cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas
dengan melalui
dana
kas
kecil.
2.4.2 Fungsi
yang Terkait dalam
Sistem Pengeluaran
Kas
Fungsi yang terkait pada sistem akuntansi pengeluaran kas pada dasarnya
pengeluaran
kas dalam perusahaan yang tidak dapat dilakukan dengan cek,
dilaksanakan melalui
uang tunai. Dalam pelakasanaannya melibatkan fungsi yang
15
terkait dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas. Menurut Yusuf (2001) fungsi yang
terkait
dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi kas
Fungsi ini bertanggungjawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek
dan menyerahkan cek kepada pemegang dana kas kecil pada saat pembentukan
dana kas
kecil dan pada saat pengisian kembali
dana kas kecil.
2. Fungsi akuntansi
Dalam sistem dana kas kecil, fungsi akuntansi bertanggungjawab
atas
antara lain:
a. Pencatatan
pengeluaran
kas kecil yang
menyangkut
biaya danpersediaan.
b. Pencatatan transaksi
pembetukan dana kas kecil.
c. Pencatatan
pengisian kembali dana kas kecil dalam jurnalpengeluaran kas atau
register cek.
d. Pencatatan pengeluaran dana kas
kecil dalam jurnalpengeluaran
kas kecil.
e. Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi
kas
dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantumdalam dokumen tersebut.
Fungsi ini juga bertanggungjawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan
dan keabsahan dokumen
pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan
bukti kas keluar.
3. Fungsi pemegang dana kas
kecil
Fungsi ini bertanggungjawab atas penyimpanan dana kas kecil, pengeluaran dana
kas kecil sesuai dengan
otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk dan
permintaan pengisian
kembali dana kas kecil.
4. Fungsi yang
memerlukan pembayaran tunai
16
5. Fungsi pemeriksaan
internal.
Fungsi ini bertanggungjawab atas penghitungan dana
kas kecil secara periodik
dan pencocokan hasil perhitungannya dengan catatan kas. Fungsi ini juga
bertanggungjawab atas pemeriksaan secara
mendadak terhadap saldo dana kas
kecil yang ada
di tangan pemegang dana
kas kecil.
2.4.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan Sistem Pengeluaran
Kas
Menurut Mulyadi (2001), bahwa catatan yang digunakan
dalam Sistem Akuntansi
Pengeluaran Kas adalah sebagai
berikut:
1. Jurnal Pengeluaran kas
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam
pembentukan dana kas
kecil
dan dalam pengisian kembali
dana kas kecil.
2. Register cek
Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat
cek perusahaan yang
dikeluarkan untuk pembentukan dan pengisian kembali dana kas
kecil.
3. Jurnal Pengeluaran dana kas kecil
Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnal
khusus. Jurnal ini berfungsi sebagai alat distribusi pendebitan
yang timbul
akibat pengeluaran
dana kas kecil.
2.5 Sistem
Penerimaan
Kas
2.5.1 .Pengertian Sistem Penerimaan
Kas
Menurut Baridwan (2000), yang termasuk kas menurut pengertian akuntansi
aldalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan piutang,
dan dapat
17
diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga
simpanan di bank atau tempat –tempat
lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.
Sistem Penerimaan Kas adalah suatu jaringan prosedur
yang dibuat menurut
pola
terpadu untuk melaksanakan kegiatan penerimaan
kas perusahaan. Penerimaan
kas
perusahaan berasal dari 2 (dua)
sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan
tunai dan penerimaan
kas
dari piutang (Mulyadi, 2001).
2.5.2 Fungsi
Yang Terkait Dalam Sistem Penerimaan
Kas
Menurut Mulyadi (2001), Fungsi yang terkait sistem akuntansi penerimaan kas
terdiri dari.
1. Fungsi Penjualan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung
jawab menerima order dari pembeli,
mengisi faktur penjualan tunai, dan
menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran
harga barang
ke fungsi kas.
2. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli.
Fungsi ini
berada di
tangan kasir.
3. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan, penerima kas,
dan pembuat laporan penjualan.
2.5.3 Dokumen dan Catatan yang Digunakan Sistem Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001), dokumen dan cacatan akuntansi
yang digunakan dalam
sistem penerimaan
kas dari penjualan tunai
adalah sebagai berikut
:
18
1. Faktur Penjualan
Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh
manajemen
mengenai transaksi penjualan tunai.
2. Bukti Penerimaan
Kas
Dokumen ini berisikan
jumlah kas yang
diterima dari pelanggan.
3. Bukti Setor
Bank
Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti
setor bank dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk
pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan
tunai ke dalam jurnal
penerimaan
kas.
Catatan akuntansi yang digunakan dalam
sistem penerimaan kas dari penjualan jasa
adalah.
1. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari
berbagai
sumber, diantaranya
dari penjualan jasa.
2. Jurnal Umum
Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat transaksi selain yang
dicatat dalam
jurnal khusus
2.5.4 Prosedur
Sistem Penerimaan Kas
Menurut Mulyadi (2001), jaringan yang membentuk system informasi akuntansi
penerimaan
kas dari penjualan tunai adalah sebagai
berikut.
19
1. Prosedur Penjualan
Fungsi penjualan
menerima order dari pelanggan dan membuat faktur
penjualan
tunai sebagai kemungkinan atas pengguna jasa melakukan pembayaran tarif jasa
ke fungsi kas.
2. Prosedur Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli
dan memberikan tanda pembayaran kepada pembeli
untuk memungkinkan
pembeli tersebut melakukan pengambilan
barang yang dibelinya dari fungsi
pengiriman.
3. Prosedur Pencatatan Penjualan
Tunai
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan
tunai dalam jurnal penjualan
dan jurnal penerimaan kas.
4. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal
penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari bank melalui
fungsi kas.
5. Prosedur Pencatatan ke Buku Besar
Pada bagian
jurnal akan memposting jurnal penerimaan kas
ke buku besar.
2.6 Penelitian
Terdahulu
Tabel. 1
Penelitian
Terdahulu
No |
Judul Penelitian |
Variabel |
Hasil |
1 |
Kurniawan (2006) |
Pengendalian Internal
, penerimaan dan Pengeluaran kas |
sistem pengendalian
belum efektif karena
ditemukan beberapa |
20
|
|
|
kelemahan yaitu tidak
ditemukan pemeriksaan terhadap
dokumen, belum ada pemeriksaan
mendadak, belum ada rotasi
jabatan, belum ada satuan
audit intern dan belum terdapat kebijakan mengenai
pengambilan cuti bagi yang berhak.
secara negatif terhadap kinerja
keuangan pada
lembaga perkreditan desa (LPD)
di kabupaten bandung. Sedangkan kepuasan kerja sebagai variabel interventing berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan lembaga
pengkreditan desa
(LPD)
di tingkat Kabupaten Bandung yang berarti dengan tingginya kepuasan kerja maka akan meningkatkan kinerja perusahaan. |
2 |
Pramudyanto (2007 ) |
Sistem Pengendalian Internal,
pemebelian Bahan Baku |
bahwa sistem pengendalian intern pada sistem pembelian bahan baku
tersebut sudah cukup baik, yaitu dengan
adanya
pemisahan fungsi, transaksi pembelian
bahan baku dilakukan oleh bagian yang berwenang,
otorisasi dilakukan oleh bagian yang berwenang, setiap
formulir telah bernomor |
21
|
|
|
urut tercetak
dan adanya
training (pelatihan), seleksi calon
karyawan dan
pembatasan usia maksimal (kategori usia pegawai)
untuk peningkatan kinerja. |
3 |
Narviantoro
(2008 ) |
Sistem Pengendalian Internal,
Penerimaan Kas dan Pengeluaran
Kas |
sistem pengendalian
intern pada perusahaan tersebut
baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya unsur-unsur
sistem pengendalian intern yaitu adanya pemisahan
fungsi, sistem otorisasi oleh fungsi yang
berwenang, transaksi dilaksanakan dari awal sampai
akhir oleh fungsi yang berbeda, adanya pemeriksaan yang
mendadak, dilakukan perputaran
jabatan, adanya satuan pengawas intern, dan penggunaan formulir
bernomor urut tercetak. |
22
2.7 Kerangka
Teoritis
Sistem Pengendalian Internal
Hotel
Splendid ( Y )
Penerimaan Kas
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Terdapat dua metoda penelitian, yaitu metoda penelitian kualitatif
dan
metoda
penelitian
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metoda
penelitian kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian
ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta
hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model matematis, teori dan hipotesis yang berkaitan dengan
fenomena alam.
Sedangkan menurut Danim (2002), mengemukakan bahwa penelitian
kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai. Dengan kata lain,
penelitian
kuantitiatif sangat ketat menerapkan prinsip obyektivitas. Obyektivitas
diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen
yang telah di uji validitas dan
reliabilitasnya. Metode
yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode
penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003), metode deskriptif yaitu
metode-metode
penelitian yang memusatkan
perhatian
pada masalah-masalah atau
fenomena yang bersifat aktual
pada saat penelitian dilakukan, kemudian
menggambarkan fakta-fakta tentang masalah
yang diselidiki sebagaimana adanya
diiringi dengan interprestasi yang rasional
dan akurat.
3.2 Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa populasi
adalah wilayah
generasasi terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik
23
24
tertentu.
Populasi penelitian ini adalah karyawan Hotel Splendid
Inn. Alasan
dipilihnya Hotel
Splendid Inn sebagai
tempat penelitian karena Hotel
Splendid Inn
termasuk
perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan merupakan salah satu Hotek
yang cukup
lama di Kota Malang.
Untuk penentuan
ukuran sampel dari suatu
populasi, terdapat bermacam-
macam cara yang dikemukakan. Menurut Sugiyono (2010), sampel adalah sebagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik
pengambilan
sampel yang digunakan
adalah purprosive sampling. Purprosive
sampling adalah penelitian sampel
secara tidak acak yang informasinya dapat
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan
tujuan riset.
Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil
adalah sebanyak 50
karyawan pada Hotel Splendid
Inn. Adapun kriteria
yang digunakan untuk
penentuan sampel adalah karyawan Hotel Splendid Inn yang pekerjaannya
berkaitan dibidang pengeluaran kas
dan penerimaan kas.
Kriteria dalam
pengambilan sampel sebagai
berikut.
1. Kepala Bagian atau kepala seksi yang menjabat di bagian finance atau
mengetahui proses
arus kas pada Hotel Splendid Malang .
2. Kepala bagian yang mempunyai pengalaman kerja minimal satu tahun
karena dimungkinkan
selama satu tahun sudah memahami pengeluaran
yang biasa dibutuhkan di Hotel Splendid Malang.
3.3 Data
Penelitian
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah data ordinal, menurut
(Sulistyo & Basuki, 2006) skala ordinal menentukan
posisi relatif dari objek atau
25
individual menyangkut dengan ciri tertentu tanpa ada implikasi terhadap jarak
antara masing-masing posisi. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu
yang
dapat diurutkan mulai dari yang
terendah sampai tertinggi atau
sebaliknya. Namun
demikian, jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan
dengan datanominal, dataordinal memiliki
sifat berbeda dalam hal urutan. Analisis
yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kuesioner yang dilakukan dengan
para kepala bagian
atau karyawan didalam
menjalankan penerimaan dan
pengeluaran
kas. Data tersebut kemudian diolah dengan progrm IBM SPSS 20
untuk memberikan
jawaban dari rumusan masalah yang ada.
3.3.2 Sumber
Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer dan sekunder,
yaitu informasi
yang diperoleh secara langsung
dari hasil pengamatan lapangan,
data dokumentasi dari
perusahaan dan narasumber yang
berkompeten (indrianto &
supomo, 2012).
1. Data Primer Data yang diperoleh
dari sumber data penelitian di lapangan. Data
penelitian
ini diperoleh dengan metoda
kuesioner yang disebar untuk para
karyawan atau
kepala
bagian hotel slendid
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder penelitian ini adalah literatur
yang dapat diperoleh dari studi kepustakaan. Pada penelitian ini data sekunder
diperoleh dari
profil,
visi
dan misi perusahaan.
26
3.4 Metoda
Pengumpulan
Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
metoda pengumpulan data yang digunakan
yaitu penelitian lapangan. Penelitian
lapangan (Field Research)
adalah data utama penelitian ini diperoleh melalui
penelitian
lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama
atau
data primer
(indrianto & supomo,2012). Data primer yang merupakan persepsi
responden terhadap variabel-variabel yang digunakan. Untuk memperoleh
informasi dan data dari responden penulis menggunakan kuisioner dalam penelitian
ini. Menurut
(Sugiyono, 2010), kuisioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada
responden guna memperoleh jawaban langsung mengenai pokok permasalahan
yang diteliti. Kuisioner yang diberikan berisi
sejumlah pertanyaan yang telah
dibagikan manajer tingkat menengah dan
bawah.
Dalam penelitian ini kuisioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama dalam
kuisioner akan berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai demografi dari para
responden. Bagian kedua merupakan kuisioner yang berisikan
pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kuisioner tersebut
menggunakan metoda penilaian skala likert. Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2010).
Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi
indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolok ukur
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Penyebaran kuesioner mengenai Penerapan Sisitem Pengendalian Internal Dalam
27
Menunjang Sistem
Pengeluaran Kas dan Penerimaan Kas Pada Hotel Splendid Inn
dengan kuesioner. Kuesioner diperoleh dari penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Kurniawan
pda tahun 2006 yang meneliti dengan tema yang sama pada
perusahaan jasa disesuaikan oleh peneliti sesuai dengan nilai nilai dalam sektor
perhotelan. Kuesioner ini akan dibagikan kepada para kepala bagian dan karyawan
keuangan di Hotel Slendid dengan waktu pelaksanaan penyebaran kuesioner pada
bulan Oktober
2015. Jawaban dari responden tersebut akan diukur
dengan
menggunakan skala likert, yaitu skala yang berdasarkan lima tingkatan jawaban.
Masing masing jawaban akan
diberikan skor penelitian sebagai
berikut:
A. Skor 4 untuk jawaban B. Skor 3 untuk jawaban C. Skor 2 untuk jawaban
D. Skor 1 untuk jawab
: Sangat
Setuju (SS) : Setuju (S)
: Tidak Setuju (TS)
: Sangat
Tidak Setuju (STS)
3.5 Variabel
Operasional
Pengertian variabel menurut
Sugiyono (2010), adalah sesuatu hal yang
berbentuk apasaja yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari sehingga
diperoleh
informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini,
variabel yang diteliti dikelompokkan menjadi
dua variabel yakni variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah fokus pada pelanggan, obsesi kualitas, kerjasama tim, perbaikan yang
berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan dan perberdayaan
karyawan, komitmen organisasi,
dan kesatuan tujuan variabel dependen dalam
penelitian
ini adalah kinerja manajerial. Berikut
ini akan diuarikan definisi dan
pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Independen atau
Variabel X
28
2. Dependen atau
Variabel Y
3.6 Metoda
Analisis Data
Teknik analisis
data menggunakan statistik inferensial, uji kualitas data, uji
asumsi klasik
dan uji hipotesis dengan program IBM SPSS 20 for Windows.
Menurut Sugiyono (2010), terdapat duateknik dalam menganalisisdata yaitu terdiri
dari statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif
adalah statistik
untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data
yang telah terkumpul untuk membuat
kesimpuan. Sedangkan statistik inferensial
adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan
untuk populasi.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial
karena peneliti bermaksud untuk membuat kesimpulan di akhir penelitian.
Statistik
inferensial terdiri dari dua, yaitu statistik parametris dan nonparametris. Menurut
Sugiyono (2010), statistik parametris digunakan untuk menguji
parameter populasi
melalui statistik atau menguji ukuran populasi
melalui data sampel,
sedangkan
nonparametris digunakan
untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Penelitian
ini menggunakan statistik parametris karena menggunakan perhitungan statistik,
yaitu discretionary accrual dan menggunakan program untuk mengolah data ke
dalam bentuk stastistik dengan menggunakan SPSS 21.
3.6.1. Uji Kualitas
Data
1. Uji
Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukursah atau valid tidaknyasuatu kuesioner.
Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian
29
validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai
yang diperoleh dari pertanyaan pertanyaan.
Apabila Pearson Correlation
yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti
data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2011).
2. Uji
Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur
suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dalam pengujian
reliabillitas ini,
peneliti menggunakan metode
statistik Cronbach Alpha dengan
signifikansi yang
digunakan sebesar > 0,70 jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70
maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut
memiliki reliabilitas yang memadai dan sebaliknya apabila nilai cronbach alpha
dari suatu variabel < 0,70 maka reliabilitasnya kurang
memadai menurut (Ghozali,
2011).
3.6.2 Uji Asumsi
Klasik
3.6.2.1 Uji
Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusinormal atau tidak
(Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini untuk mendeteksi normalitas
data dilakukan
melalui analisis statistik yang dapat dilihat melalui
Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Dasar pengambilan
keputusan dalam uji K-S adalah sebagai
berikut :
1. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen maka data
terdistribusi secara normal
2. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen maka data
tidak terdistribusi normal.
30
Grafik Normality Probability Plot. Dalam uji ini, ketentuan yang digunakan
adalah:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi
memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.6.3.2 Uji Multikolonieritas
Uji Multikolonieritas Ghozali (2011), digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan korelasi diantara variabel independen pada model regresi.
Multikolonieritas
menyatakan hubungan antar sesama variabel independen.
Dalam
penelitian
ini, uji multikolonieritas digunakan untuk menguji
apakah ada korelasi
atau hubungan diantara variabel
X terhadap Y di perusahaan
jasa.
Uji multikolonieritas dalam penelitian ini dengan cara menganalisis matriks
korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai
cutoff yang umum dipakai
untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah
nilai tolerance < 0,1 atau sama
dengan nilai VIF >10. Apabila nilai tolerance > 0,1
dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi
penelitian (Ghozali, 2011). Alternatif mengatasi masalah multikoleniaritas sebagai
berikut.
1. Mengganti atau
mengeluarkan variabel yang
memunyai
multikoleniaritas tinggi
2. Menambah
jumlah observasi
3. Mentransformasikan
data ke dalam bentuk lain: logaritma natural,
akar kuadrat,
dan first difference
delta.
3.6.3.3 Uji
Heteroskedastisitas
31
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali,
2011). Jika varians dari residual dari satu
pengamatan kepengamatan yang laintetap, makadisebut homokedastisitas dan jika
varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda,
disebut heteroskedastisitas Salah satu cara untuk mengetahui terjadinya
heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linear berganda adalah dengan grafik
scatterplot dengan memplotkan
nilai ZPRED(nilai
prediksi) dengan SRESID (nilai
residual). Model yang baik jika tidak ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian
menyempit). Sebaliknya, jika membentuk pola tertentu maka terjadi
heteroskedastisitas.
Pengujian heteroskedastisitas yang lain, dapat digunakan yaitu menggunakan
metoda glejser. Uji glesjer dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap
nilai absolut
residualnya (Gujarati, 2006). Rule of
thumb Apabila nilat thitung>ttabel
atau nilai probabilitasnya <0,05
makamodel regresi mengalami heteroskedastisitas.
Sedangkan Apabila thitung< ttabel atau nilai probabilitasnya >0,05
maka model
regresi ini tidak mengalami heteroskedastisitas.
3. 7 Uji
Hipotesis
Untuk mendapatkan jawaban dari suatu
penelitian, maka perlu diadakan
pengujian terhadap hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih
bersifat praduga dan harus diuji kebenarannya. Untuk itu setiap hipotesis yang
terbentuk dalam penelitian ini perlu diujikebenarannya. Penelitian
ini mengunakan
32
alat statistik regresi berganda dan tingkat
signifikansi 5% (α=0,05), yang berarti
risiko kesalahan dalam menolak
yang benar sebanyak 5% dan peluang
penerimaan
hipotesis yang benar sekurang kurangnya 95%. Uji regresi ini dilakukan untuk
menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Pendekatan regresi
berganda digunakan dengan alasan bahwa metoda
ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap satu variabel dependen
dengan beberapa variabel independen. Model regresi berganda yang digunakan
untuk menguji
hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut.
Y = a+b1X1+b2X2+ e
Keterangan
Y: Sistem Pengendalian Internal
X1: Pengeluaran Kas
X2: Penerimaan
Kas
Berikut ini merupakan
beberapa hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini.
Ho1; bi ≤ 0 ; tidak
ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(Penerimaan
dan Pengeluaran kas) dan
variabel dependen
(SPI).
Ha1; bi > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (Penerimaan
dan Pengeluaran
kas)
dan variabel dependen (SPI).
Ho2; bi ≤ 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(Pengeluaran)
dan variabel dependen (SPI).
Ha2; bi > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(Pengeluaran) dan variabel
dependen (SPI).
33
Ho3; bi ≤ 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
(Penerimaan) dan
variabel dependen (SPI).
Ha3; bi >0 ; adapengaruh yang signifikan antaravariabel independen (Penerimaan)
dan variabel dependen (SPI).
3.7.1 Uji
F
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen benar benar
mempengaruhi variabel dependen secara serentak atau tidak. Kriteria penerimaan
atau penolakan hipotesis dengan tingkat signifikansi 5% adalah sebagai berikut
Ghozali (2011).
A. Signifikansi
F≤0,05 maka Ha diterima
dan Ho ditolak
𝟐 2 Koefisien
Determinasi (𝑹 ) Analisis ini pada intinya
mengukur seberapa panta kemampuan
variabel 2 2 dengan 1. Apabila 𝑅 kecil (mendekati
0) berarti kemampuan variabel independen
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai 𝑅 s berkisar antar 0 sampai
untuk menjelaskan variabel dependen terbatas. Sebaliknya jika nilai 𝑅2 mendekati 1 berarti variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan utnuk
memprediksi variasi variabel
terkait (Ghozali, 2011)
3.7.3 Uji
t
Uji untuk melihat pengaruh masing-masing variabel, maka dilakukan uji t. Uji
t yang menyatakan pengaruh suatu variabel independen secara individu atas
variabel dependen. Uji t digunakan untuk mengetahui adatidaknya pengaruh secara
linier antara variabel independen dan variabel dependen. Kriteria Hipotesis
(Ghozali, 2011).
34
a. Jika
nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima, hal
ini berarti bahwa
terdapat hubungan antara variabel total quality manahement dengan kinerja
manajerial.
b. Jika
nilai t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak,
hal ini berarti bahwa
tidak terdapat hubungan antara
variabel total quality manahement dengan
kinerja manajerial.
3.7.4 Uji
Korelasi (r)
Pengujian ini digunakan untuk mengukur presentasi variabel bebas secara
masing masing
terhadap variabel dependen. Nilai uji r dapat dilihat
pada tabel nilai
standrdized coefficient. Nilai berkisar antara
0-1(0< r parsial < 1). Bila r parsial=0,
menunjukkan tidak adanya pengaruh
variabel bebas terhadap variabel dependen,
bila r parsial semakin mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel
bebas terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Arens & Loebbecke. 2000. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.
Baridwan. 1992. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE.
Danim. 2002. Menjadi
Peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Fadjriya. 2009. Evaluasi
Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Kas dari Pembayaran Rekening Berjalan Pada PT PLN Presero UPJ Sumberlawang. Skripsi. Surakarta:
Fakultass Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati. 2006. Ekonometrika Dasar.
Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Indriantoro & Supomo. 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit BPFE
Yogyakarta
Jogiyanto.
2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta:
Andi.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi.
Jakarta : Salemba Empat.
Nawawi, H. Hadari. (1997). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Gajah Mada UniversityPress.
Romney.
2004. Accounting Information System. Jakarta : Salemba
Empat.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian, pendekatan Kualitatif,
kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sulistyo & Basuki.
2006. Metode Penelitian.
Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi.
Jakarta: Gramedia.
Yusuf. 2001. Dasar-dasar
Akuntansi. Jakarta:
Salemba Empat.
Kieso & Weygandt.
2008.
Intermediate Accounting. Jakarta:
Erlangga.
v
Tidak ada komentar:
Posting Komentar