TRI SETYA PUSPITA RENY & DANIEL SUGAMA STEPHANUS
PERKULIAHAN METODOLOGI
PENELITIAN
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
– FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG
2014
ABSTRAK
Dalam suatu perusahaan terdapat faktor penentu keberhasilan perusahaan. Salah satu
aktor terpenting keberhasilan
perusahaan tersebut adalah kinerja karyawan. Kinerja
karyawan juga perlu adanya motivasi agar kualitas
yang dihasilkan lebih efisien, efektif dan kompeten. Salah satu bentuk motivasi
kinerja karyawan adalah dengan cara pelatihan kinerja. Dengan pelatihan kinerja maka akan
berdamapak pula pada pertumbuhan dan kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini menggunakan
obyek Chizkek Lumer Malang
yang memiliki tujuan
dalam usahanya untuk mencapai penjualan yang semakin hari semakin meningkat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan penjualan sebelum dan sesudah
pelatihan tenaga kinerja. Untuk melihat perbedaan tersebut dilakukan dengan uji normalitas, uji One Sample t-Test
dan uji volatilitas.
Kata-kata Kunci: Kinerja
Karyawan, Motivasi, Pelatihan Kinerja, Variabel Penjualan, uji normalitas, uji One Sample t-Test dan uji
volatilitas.
1.
PENDAHULAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam melaksanakan kegiatan, suatu perusahaan baik yang bekerja di bidang
perdagangan, jasa maupun
industri selalu berusaha untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Perlu diketahui, bahwa keberhasilan dalam
mencapai tujuan perusahaan tersebut tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, dana operasi yang tersedia, sarana ataupun prasarana
yang dimiliki, melainkan
juga tergantung pada aspek kinerja
karyawan. Faktor kinerja karyawan ini harus diperhatikan oleh perusahaan, terutama bila
mengingat bahwa era perdagangan bebas akan segera dimulai, dimana
iklim kompetisi yang dihadapi akan sangat berbeda. Hal ini memaksa setiap
perusahaan harus dapat bekerja dengan lebih
efisien, efektif dan produktif.
Dengan adanya kompetisi tersebut, memacu tiap perusahaan
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan memberikan perhatian pada
aspek kinerja karyawan. Jadi manusia dapat dipandang sebagai faktor penentu karena ditangan mansia
segala inovasi akan dibentuk dan direalisasikan sehingga
dapat mencapai tujuan
perusahaan.
Dalam buku Manajemen Sumber
Daya Manusia Perusahaan, menurut
Mangkunegara (2000:67) Kinerja
adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab. Fahmi, (2012:83)
mengatakan bahwa Kinerja secara
umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan dalam operasionalnya. Sedangkan Rivai (2006:309) mengatakan
bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan
setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan
oleh karyawan sesuai dengan perannya
dalam perusahaan. Adapun pengertian kinerja menurut Robbins
(....) yang
diterjemahkan oleh Pasolong(....),
Kinerja adalah hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai dibandingkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Pasolong, 2007:176). Menurut
Kusnadi (2003;64) Kinerja merupakan setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk mencapai tujuan atau target tertentu.
Kinerja juga merupakan suatu fungsi kemampuan
pekerja dalam menerima tujuan
pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja (Gordon,
.... dalam Nawawi, 2006: 63).
Kinerja atau sumber daya manusia
memegang peranan yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian dan pengkajian yang lebih dalam, karena bagaimanapun juga manusialah yang akhirnya menentukan dan memprediksikan keberhasilan atau kegagalan suatu kebijaksanaan, strategi, maupun
langkah-langkah kegiatan operasional yang siap dilaksanakan (Unarajan,
1996 dalam Djati dan Khusaini, 2003).
Torang (2012:118) mengatakan: “Kinerja merupakan kuantitas atau kualitas hasil kerja individu atau
sekelompok di dalam organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang berpedoman pada norma, standar oprasional prosedur kiteria
dan ukuran yang telah ditetapkan
atau
yang
berlaku dalam organisasi”
Kinerja karyawan merupakan prestasi kerja karyawan yang dinilai dari
segi kualitas & kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak organisasi (Setiyawan dan Waridin, 2006). Organisasi
yang baik adalah organisasi
yang berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya, karena hal tersebut merupakan faktor kunci untuk meningkatkan
kinerja karyawan (Reza, 2010).
Dengan penjelasan-penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kinerja karyawan memegang peranan penting dalam
menjalankan segala aktivitas
perusahaan agar dapat tumbuh berkembang mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan kinerja karyawan yang handal, berkompeten dan berkualitas. Karyawan yang berkuaitas tidak hanya memiliki pendidikan yang tinggi.
Untuk memperoleh karyawan yang berkualitas perlu adanya peningkatan
kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan cara memotivasi karyawan. Menurut Suwanto & Priansa (2011) Motivasi berasal dari
kata latin movere
yang berarti
dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang
menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Motivasi adalah alasan-alasan atau
dorongan-dorongan yang ada di dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu (Wursanto, 1984:131). Kreitner dan
Kinicki (2001:378) mengatakan jika motivasi
merupakan proses psikologis yang
membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan.
Sedangkan Wibowo (2010:378) mengatakan bahwa motivasi merupakan proses psikologis
yang membangkitkan
dan mengarahakan prilaku pada pencapain tujuan atau gold
directed behavior. Wibowo (2010:379) juga berpendapat bahwa
motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain)
prilaku manusia menunju
pada pencapaian tujuan. Gibson (2013:165) menyatakan
bahwa motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengharahkan perilaku.
Sementara itu menurut Winardi (1979:312) motivasi kerja merupakan keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan.
Motivasi sebagai kekuatan yang muncul dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang dan membangkitkan semangat serta ketekunan untuk mencapai sesuatu
yang diinginkan (Daft
2010:373). Motivasi adalah kemauan untuk
memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual (Robbins,
1996: 198). Dengan motivasi yang tinggi akan menciptakan sebuah
komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung
jawabnya dalam menyelesaikan setiap
pekerjaan (McNeese–Smith et al, 1995). Bentuk motivasi yang dapat digunakan menurut (Alex, 1980) dalam (Sigit:2010)
salah satunya adalah pembinaan insentif terarah. Dengan kata lain melalui
pengembangan karir dan disiplin kerja yang jelas contohnya seperti
pelatihan tenaga kerja.
Dapat dilihat dari penjelasan-penjelasan tersebut bahwa
kinerja karyawan sangat mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan. Kinerja karyawan juga
membutuhkan adanya dorongan atau motivasi. Motivasi tersebut merupakan salah
satu faktor yang dapat
menjadikan kinerja karyawan
semakin meningkat. Motivasi
yang diberikan perusahaan salah
satunya adalah dengan cara pembinaan insentif
terarah atau melakukan
pelatihan kinerja karyawan.
Peneliti akan melakukan penelitian pada sebuah usaha
yang bergerak
dibidang dagang yaitu memproduksi kue keju atau yang sering dikenal dengan sebutan cheese cake.
Usaha ini berdiri sejak bulan September 2013 berlokasikan di Jalan Mondoroko
kota Malang. Walaupun umurnya yang terbilang masih muda (satu tahun) akan tetapi Chizkek Lumer Malang ini terbilang berkembang sangat cepat. Hal ini terlihat dari keuntungan penjualan dan output yang dihasilkan
semakin hari semakin meningkat. Pada awalnya, usaha ini hanya memproduksi kue berjumlah puluhan saja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu pemilik
usaha ini selalu melakukan perbaikan dalam usahanya agar dapat meningkatkan jumlah
produksi yang berdampak pada penjualan, mempertahankan kualitas dan
lebih efisien serta efektif.
Bagi pemilik Chizkek Lumer Malang, kinerja
karyawan merupakan salah satu aset serta faktor terpenting dalam pertumbuhan usahanya. Oleh karena itu ini pemilik usaha ini berusaha untuk meningkatkan kualitas kinerja karyawan dengan cara memberikan pelatihan terhadap kinerja
karyawan-karyawannya adanya
pelatihan dengan tujuan agar dapat meningkatkan jumlah produksi
yang berdampak pada penjualan, mempertahankan kualitas dan lebih efisien
serta efektif sehingga dapat memberi kesan yang memuaskan bagi penikmat Chizkek
Lumer. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menjadikan perbedaan penjualan
yang diperoleh sbelum
adanya motivasi kinerja
karyawan yang salah satunya dalam
bentuk pelatihan kinerja,
sebagai bahan objek penelitian. Penelitian ini dituangkan dalam proposal yang berjudul:
“PERBEDAAN PENJUALAN
SEBELUM DAN SESUDAH
PELATIHAN KINERJA KARYAWAN
CHIZKEK LUMER MALANG”.
Dalam penelitian
ini selain didukung
oleh kenyataan yang terjadi dalam usaha Chizkek Lumer Malang, juga didukung oleh beberapa
jurnal tentang kinerja
karyawan dan
jurnal motivasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
a) Apakah dampak pelatihan kinerja karyawan terhadap penjualan
(dalam unit) pada Chizkek Lumer Malang?
b) Apakah terdapat perbedaan penjualan (dalam unit) sebelum dan sesudah pelatihan kinerja karyawan
pada Chizkek Lumer
Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan
di bahas dalam makalah ini:
a) Mengetahui dampak
pelatihan kinerja karyawan terhadap penjualan (dalam
unit) pada Chizkek Lumer
Malang
b) Mengetahui perbedaan penjualan (dalam unit) sebelum dan sesudah
pelatihan kinerja karyawan pada Chizkek Lumer
Malang
1.4 Manfaat
penelitian
Adapun manfaat dari penelitian
ini:
a) Bagi
penulis
Seluruh kegiatan penyusunan dan hasil
dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah
pengalaman, wawasan pengetahuan serta
jawban atas yang dibahas dalam makalah
ini.
b) Pembaca
Makalah ini daharapkan dapat dijadikan sebagai sumber tambahan dan sumber informasi dalam menambah
wawasan
pembaca.
2.
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Menurut Kusnadi (2003;64) Kinerja merupakan setiap gerakan,
perbuatan, pelaksanaan, kegiatan atau tindakan yang diarahkan untuk
mencapai tujuan atau target tertentu. Kinerja
menurut Ruky yang dikutip
oleh Mangkunegara (2010 : 6) adalah Suatu bentuk usaha kegiatan atau
program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi
atau
perusahaan untuk mengarahkan dan mengendalikan prestasi karyawan.
Armstrong mengatakan bahwa manajemen kinerja adalah cara untuk
emberikan pendekatan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan
dari pada
yang diberikan oleh pendekatan terdahulu yang terisolasi
dan terkadang
menggunakan skema penilaian kinerja yang tidak memadai (Cahyani,
2005).
Menurut Wibowo (2010)
Kinerja memiliki makna yang lebih luas
bukan hanya sebatas hasil kerja tetapi termasuk
bagaimana proses kerja
berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan
memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian
kinerja adalah
tentang melakukan pekerjaan dan hasil
yang dicapai dari pekerjaan
tersebut.
Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara
mengerjakannya.
2.1.2 Penilaian Kinerja
Sastrohadiwiryo (2001:235-236) memberikan uraian terhadap
unsur-unsur
yang harus dinilai dalam memberikan penilaian terhadap
kinerja karyawan, yaitu :
a) Kesetiaan
Kesetiaan yang dimaksaudkan adalah tekad dan kesanggupan menaati,
melaksanaka, dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab tekad dan kesanggupan tersebut harus
dibuktikan dengan skap dan perilaku
tenaga kerja yang bersangkutan
dalam kegiatan sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaan
yang diberikan kepadanya. Kesetiaan tenaga kerja terhadap
perusahaan sangat berhubungan dengan pengabdiannya. Pengabdian
yang dimaksud adalah sumbangan pikiran
dan tenaga yang ikhlas
dengan mengutamakan
kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi.
b) Prestasi kerja
Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh seseorang tenaga kerja
dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
Pada umumya kerja seseorang tenga kerja antara lain dipengaruhi oleh
kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan tenaga kerja
yang bersangkutan.
c) Tanggung jawab.
Tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja dalam
menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya
dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu
serta berani memikul
risiko
atas keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
d) Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seseorang tenaga kerja untuk menaati
segala ketetapan, peraturan perundaang-undangan dan peraturan yang
berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang
berwenang, serta kesanggupan untuk
tidak melanggar larangan yang
telah ditetapkan perusahaan maupun pemerintah,
baik secara tertulis
maupun tak tertulis.
e) Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seseorang tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan serta
mampu untuk tidak menyalah-
gunakan wewenang yang
telah diberikan kepadanya.
f) Kerjasama
Kerjasama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk bekerja
bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu tugas dan
pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya.
g) Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk mengambil
keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah
dan bimbingan
dari manajemen lininya.
h) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kerja
untuk meyakinkan
orang lain (tenaga kerja lain) sehingga dapat
dikerahkan secara maksimum untuk melaksanakan tugas pokok.
Penilaian unsur kepemimpinan bagi tenaga kerja sebenarnya khusus
diperuntukkan
bagi tenaga kerja
yang memiliki jabatan seluruh
hierarki dalam perusahaan.
Hasibuan (2002:95-96) mengemukakan bahwa “Aspek-aspek yang
dinilai kinerja
mencakup kesetiaan, hasil kerja, kejujuran, kedisiplinan,
kreativitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan
dan tanggung jawab.” Sedangkan Umar dalam Mangkunegara (2005:18)
membagi aspek-aspek kinerja sebagai
berikut, “Mutu pekerjaan, kejujuran
karyawan, inisiatif,
kehadiran, sikap,
kerjasama, keandalan, pengetahuan
tentang pekerjaan, tanggung jawab, dan
pemanfaatan waktu kerja.”
2.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja, (Tika, 2006)
mengemukakan bahwa ada 4(empat) unsur-unsur yang. terdapat dalam
kinerja adalah hasil-hasil fungsi pekerjaan, faktor-faktor yangberpengaruh
terhadap prestasi karyawan, pencapaiantujuan organisasi, dan periode
waktu tertentu. Sedangkan pendapat
lainnya mengutarakan bahwa kinerja
pada individu
juga disebut dengan job performance,work outcomes, task
performance (Baron dan Greenberg, 1990).
2.2 Teori Motivasi
2.2.1 Pengertian Motivasi
2.2.2 Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan suatu perilaku
yang
diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran akhir yaitu kepuasan kerja.
Hasil penelitian
Brahmasari (2008), membuktikan bahwa motivasi
kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Motivasi dapat berupa keuangan dan non keuangan yang akan berdampak
pada kepuasan kerja (Teman, 2005).
Motivasi adalah kemauan untuk
memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan organisasi, yang disebabkan
oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual (Robbins, 1996:
198). Dengan motivasi yang tinggi akan menciptakan sebuah komitmen
terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam menyelesaikan
setiap pekerjaan
(McNeese–Smith et
al, 1995).
Selain itu, juga terdapat definisi atau pemahaman tentang motivasi
menurut beberapa ahli:
Menurut Sarwoto (1983:135) mengatakan
“Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga
mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien.”
Manalung (1982:76) mengatakan: “Motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau
keadaan yang menimbulkan
dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu”.
As’Ad (1995:45) mengatakan: “Motivasi seringkali diartikan dengan istilah dorongan.
Dorongan atau tenaga tersebut merupakan jiwa dan jasmani untuk berbuat mencapai tujuan, sehingga motivasi merupakan suatu driving force
yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku, dan di dalam pebuatannya itu
mempunyai
tujuan tertentu”.
2.2.3 Bentuk- bentuk Teori
Motivasi
Berikut ini teorimotivasi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli:
a) Teori
Maslow
Abraham Maslow
mengembangkan teori hirarki kebutuhan yang
menghipotesiskan bahwa di dalam semua manusia ada suatu jenjang
kelima kebutuhan. Pertama, Kebutuhan Fisiologis yang merupakan
hirarki kebutuhan manusia yang paling dasar yang merupakan
kebutuhan untuk
dapat hidup seperti makan, minum, perumahan,
oksigen, tidur dan sebagainya. Kedua, apabila kebutuhan fisiologis
relatif sudah terpuaskan, maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu
kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini meliputi
keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan
akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada
saat mereka tidak lagi bekerja. Ketiga, jika kebutuhan fisiologis dan
rasa aman telah terpuaskan secara minimal, maka akan muncul
kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi
dana
interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan
berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang
kompak, supervisi yang
baik, rekreasi bersama dan sebagainya
Keempat, Kebutuhan Penghargaan. Kebutuhan ini meliputi
kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang,
pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas
kerja seseorang. Terakhir adalah Kebutuhan
Aktualisasi diri dimana
aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan
dari Maslow yang paling
tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi
yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan
kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan
kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang
meningkat karena orang mengaktualisasikan
perilakunya. Seseorang
yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan
tugas-tugas yang menantang kemampuan
dan keahliannya.
Teori Hirarki Kebutuhan oleh Maslow
menjelaskan bahwa orang
memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum
mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi
(perwujudan diri).
Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini
bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi
memberi motivasi. Maslow
(1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia
memiliki kebutuhan pokok.
b) Teori
Kebutuhan oleh Mc. Clelland
Konsep penting lain dari teori motivasi
yang didasarkan dari
kekuatan yang ada pada diri manusia adalah motivasi prestasi menurut
Mc. Clelland. Seseorang dianggap memunyai motivasi apabila dia
memunyai keinginan berprestasi lebih baik daripada yang lain. Mc.
Clelland menjelaskan terdapat 3 (tiga) kebutuhan, yaitu : (1)
Kebutuhan akan prestasi yaitu dorongan untuk mengungguli,
berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk
sekses; (2) Kebutuhan
afiliasi yaitu
hasrat
untuk hubungan antarpribadi
yang ramah dan karib. Dengan kata lain kebutuhan ini ditujukan
dengan adanya bersahabat; (3) Kebutuhan kekuasaan yaitu kebutuhan
ini tercermin pada seseorang yang ingin memunyai pengaruh atas
orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi
dan ia
mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunya dan
membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi
dan kedudukannya.
c) Teori
X dan Y dari Mc. Gregor
Teori motivasi dikembangkan oleh Douglas Mc. Gregor yang
mengemukakan dua pandangan yang jelas berbeda mengenai perilaku
manusia Ia telah merumuskan dua perbedaan dasar mengenai perilaku
manusia. Kedua teori tersebut disebut
teori X dan Y. Teori X
merupakan pengandaian bahwa karyawan-karyawan tidak menyukai
kerja, malas, tidak mengukai tanggung jawab, dan harus dipaksa
agar
berprestasi. Sedangkan, Teori Y menyatakan bahwa orang-orang
sesungguhnya energik, berorientasi kepada perkembangan, memotivasi
diri sendiri, dan tertarik
untuk menjadi produktif. Griffin, (1998:260)
d) Teori
Motivasi dari Herzberg
Herzberg mengklaim telah menemukan penjelasan dua faktor motivasi
yaitu: (1) Hygiene Factors,
yang meliputi gaji, kehidupan pribadi,
kualitas supervisi, kondisi kerja, jaminan
kerja, hubungan antar
pribadi, kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (Eksternal); (2)
Motivation Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup
keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan
pertumbuhan dalam pekerjaan (Internal) (Koontz, 1990:123 dalam
Alimuddin, 2012).
e) Teori
ERG Aldefer
Teori Aldelfer merupakan teori motivasi yang mengatakan bahwa
individu memunyai kebutuhan tiga hirarki yaitu : eksistensi (E),
keterkaitan (Relatedness) (R), dan pertumbuhan (Growth) (G). Teori
ERG juga mengungkapkan bahwa sebagai tambahan terhadap proses
kemajuan pemuasan juga proses
pengurangan keputusan. Yaitu, jika
seseorang terus-menerus terhambat dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhan menyebabkan individu tersebut mengarahkan pada upaya
pengurangan karena menimbulkan usaha untuk memenuhi kebutuhan
yang lebih rendah. Teori ERG Aldefer mengisyaratkan
bahwa individu
akan termotivasi
untuk melakukan sesuatu guna memenuhi salah satu
dari ketiga perangkat kebutuhan. Realisasi
dari kebutuhan penghargaan
dan perwujudan diri dari Maslow dan motivasion factors dari Herzberg
(Koontz, 1990:121).
f) Teori
Klasik
Teori motivasi ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang
menyatakan bahwa pekerja hanya termotivasi semata-mata karena
uang. Konsep ini menyatakan bahwa seseorang akan menurun
semangat kerjanya bila upah yang diterima dirasa terlalu sedikit atau
tidak sebanding dengan pekerjaan yang harus dilakukan (Griffin,
1998:259).
2.3 Kerangka Berpikir
|
|
Kinerja Karyawan |
Faktor-faktor Memengaruhi
kinerja
Motivasi
|
Pelatihan Kinerja Karyawan |
|
2.4 Penggabungan Teori
Penggabungan teori diatas adalah bahwa adanya hubungan yang
sangat erat antara kinerja karyawan dengan motivasi. Motivasi tersebut
dilakukan melalui beberapa cara. Salah satu cara tersebut adalah dengan
melakukan pelatihan terhadap kinerja karyawan. Dengan adanya pelatihan
kinerja karyawan, akan menciptakan suatu hasil kinerja yang lebih efektif,
efisien, berkompeten dan menghasilkan sebuah prestasi.
Sehingga, hal ini
juga akan berdampak pada pertumbuhan perusahaan. Dengan motivasi
yang dilakukan dengan cara pelatihan
kerja dapat menciptakan atau
memiliki kinerja
karyawan yang handal sehingga perusahaan akan lebih
mudah dan cepat dalam mencapai tujuannya.
3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian
adalah peneliyian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ini
digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan hasil
produksi yang di hasilkan sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja
karyawan yang terjadi pada Chizkek Lumer Malang. Menurut Sugiyono,
metode penelitian kuantitatif dapat diartikan
sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu.
Teknik pengambilan
sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen
penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono,
2009: 14).
Sudarwan danim (2005) mengemukakan
pendapat jika penelitian
kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free).
Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-
prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti
yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal yang
dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai
pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif
akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya
Menurut Emzir (2009:28),
pendekatan Kuantitatif adalah
suatu pendekatan
penelitian
yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentang sebab akibat,
reduksi kepada variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan
pengukuran dan observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi
penelitian
seperti eksperimen dan survei yang memerlukan data statistik.
Sehingga dalam penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran
terhadap data
tersebut, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto:2006).
Sugiyono (2013:194) mengemukakan terdapat tiga pengumpulan data
berdasarkan
tekniknya yaitu wawancara,
angket (kuisoner), dan observasi.
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk lebih
mendalami responden secara spesifik
yang dapat dilakukan dengan tatap
muka ataupun komuikasi menggunakan alat bantu
komunikasi.
Sugiyono (2013:194) mengemukakan wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur
maupun tidak terstruktur. Wawancara Terstruktur digunakan
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam melakukan
wawancara, selain membawa instrument sebagai pedoman untuk wawancara,
maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu
pelaksanaan
wawancara menjadi
lancar. Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan
datanya.
pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.
Kedua, dengan menggunakan Kuesioner (angket). Kuesioner
merupakan
teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Ada
pula prinsip
penulisan angket yaitu: Isi dan tujuan pertanyaan, bahasa yang
digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan tidak mendua, tidak
menanyakan yang sudah
lupa, pertanyaan tidak menggiring, panjang
pertanyaan, urutan pertanyaan, prinsip
pengukuran dan penampilan fisik angket.
Ketiga dengan cara observasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data
mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain,
yaitu wawancara dan kuesioner. Apabila
wawancara dan kuesioner selalu
berkomunikasi dengan orang,
maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi
juga pada obyek-obyek alam yang lain.
Dari proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant
observation (observasi berperan serta) dan non participant observation.
Observasi Berperanserta (participant observation), dalam observasi
ini,peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati
atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi
Nonpartisipan, apabila dalam observasi partisipan peneliti terlibat
langsung
dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi
nonpertisipan peneliti tidak terlibat
dan hanya sebagai pengamat independen
.
Selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka obervasi dapat
dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur.
Observasi Terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang
apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya.
Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh penjualan Chizkek Lumer
Malang dari awal berdiri. Sampel dari penelitian ini adalah penjualan dalam
jumlah unit sebelum
dan sesudah terjadinya pelatihan
kinerja karyawan.
3.3 Data Penelitian
3.3.1 Jenis
dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah jenis kuantitatif. Data yang digunakan
adalah data primer. Sumber data diperoleh dari narasumber, narasumber
tersebut adalah pemilik Chizkek Lumer Malang.
3.3.2 Teknik Pengumpulan
Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
menggunakan teknik wawancara. Sugiyono (2013:194) mengemukakan
wawancara dapat dilakukan secara terstruktur
maupun tidak terstruktur.
Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dengan teknik
pengumpulan
data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti
tentang informasi apa yang
akan diperoleh.
3.4 Definisi Operasional Variabel
Sugiyono (2010) menyatakan
bahwa variabel adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penjualan sebelum dan
sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan. Penjualan yang digunakan dalam
penelitian ini dalam berbentuk unit.
3.5 Analisis Data
Metode analisis yang dipakai
oleh penulis adalah metode kuantitatif dengan
menggunakan uji normalitas dan uji t yaitu paired sampel t – test. Karena data
yang dipakai oleh penulis adalah data perbedaan penjualan sebelum dan
sesudah pelatihan
kinerja karyawan
pada usaha Chizkek Lumer Malang.
3.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang
penliti gunakan adalah sebagai
berikut:
Ho = Secara signifikan
tidak terdapat perbedaan penjualan
(dalam unit) antara
sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan.
Ha = Secara signifikan terdapat perbedaan penjualan
(dalam unit) antara
sebelum dan sesudah adanya pelatihan kinerja karyawan.
3.7 Tahapan Penelitian
Terdapat beberapa tahapan
penelitian yaitu:
a) Menentukan
topik dan obyek yang akan diteliti
b) Melakukan wawancara serta pengambilan data
c) Melakukan pengujian normalitas
data yang diperoleh
dengan SPSS
IBM versi
21
d) Melakukan pengujian hipotesis dengan uji One
Sample t-Test
dengan
SPSS IBM versi
21
e) Melakukan
uji volatilitas dengan
menggunakan Microsoft
Excel 2007
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi
: Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik, Rineka
Cipta, Jakarta: 2006.
Domu, Ichdar : Bahan Kuliah Metodologi Penelitian, Program Studi Manajemen Pendidikan Pasca Sarjana
Universitas Negeri Manado: 2009.
Emzir : Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif
dan Kualitatif, Raja
Grafindo Persada, Jakarta: 2009.
Sugiyono : Metodologi Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, Alfabeta, Bandung: 2009.
Hasibuan, Malayu S.P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi
Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja
Sumber Daya Manusia.
Bandung : PT. Refika Aditama.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2003. Perencanaan & Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : PT Refika Aditama.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2009. Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sastrohadiwiryo, Siswanto.2001. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Admministratif Dan Operasional.
Jakarta : Bumi Aksara.
Sayuti A. Jalaludin, 2012, “Pentingnya Operasional Prosedur Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan Dalam
Perusahaan”. Jurnal Ilmiah . Vol. IV
No. 3
Rayadi, Juni 2012, “ Faktor Sumber Daya Manusia Yang Meningkatkan Kinerja
Karyawan dan
Perusahaan Di Kalbar”. Jurnal Ilmiah . Vol. 8 No. 2
Sumantri Bayu, Fariyanti Anna, Winandi Ratna, 2013, “Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Usaha Wirausaha
Wanita: Suatu Studi pada
Industri Pangan Rumahan di Bogor”. Jurnal Ilmiah. Vol. 12
No. 3
Permata Sarita, 2012, “Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan SPBU Yogyakarta (Studi Kasus pada SPBU
Anak Cabang Perusahaan
RB.GROUP )”. Jurnal Nominal.
Vol. 1 No. 1
Sari Rahmila, Muis Mahlia,
Hamid Nurdjannah, Juni 2012, “Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi,
Dan Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
pada Bank Syariah Mandiri Kantor”
Cabang Makassar. Jurnal Analisis, Vol.1 No.1
Deikme Pilatus,
Juni 2013, Motivasi Kerja dan Budaya Organisasi Pengaruhnya
Terhadap Kinerja Pegawai Bagian Keuangan Sekda Kabupaten Mimika
Provinsi Papua. Jurnal EMBA. Vol.1
No.3
Saweduling
Paulus, Desember 2013. “Motivasi Kerja, Kompensasi, Pelatihan dan
Pengembangan, Karakteristik Pekerjaan Terhadap Prestasi
Kerja Guru SMP di Kabupaten
Kepulauan Talaud”. Jurnal
EMBA Vol.1 No.4
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2009)
Syaodih, Nana Sukmadinata, Prof.,Dr. 2006. Metode Penelitian
Pendidikan.
Bandung :Remaja
Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar