Rabu, 08 Juni 2016

Kuliah Kebangsaan Romo Frans Magnis Suseno

Kuliah Kebangsaan Romo Frans Magnis Suseno
Universitas Ma Chung, 09 September 2015

Kemajemukan Indonesia tercermin dalam Pancasila.  Pancasila merupakan kesepakatan hokum untuk saling menerima dalam perbedaan sebagai bangsa dan warga Negara.  Tidak perlu menghilangkan dan saling meniadakan identitas alamiah (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).  Mayoritas dan minoritas hidup saling berdampingan dengan damai.  Konflik berasal dari ekstrimis dan fundamentalis yang dipengaruhi oleh muatan politis dan gerakan global.

Korupsi lebih berbahaya dari ekstrimisma dan fundamentalisma.  Karena korupsi menggerogoti kejujuran diri dan mencari keuntungan bagi dari sendiri.  Selain itu, korupsi membentuk kartel atau mafia.  Akan merusak kesatuan bangsa dan menghancurkan kehidupan masyarakat.

Secara hukum tidak ada mayoritas dan minoritas, tetapi secara social ada di masyarakat.  Keterbelahan ini seringkali menjadi pemicu masalah dan konflik.  Negara harus adil dan nirtoleransi terhadap kekerasan dan konflik.


Kesatuan Nusantara oleh Mayjen (Purn) Sapto Priyono (Yayasan Jati Diri Bangsa)
Nusantara merupakan proses interaksi dan sosialisasi antar suku yang membentuk karakter dan jati diri bangsa.  Kesatuan dan persatuan yang terkristalisasi dalam Pancasila.  Termaktub pula dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai akta kelahiran bangsa dan Negara Indonesia.  Karakter dan jati diri bangsa Indonesia yang terdiri dari (1) religious; (2) berperikemanusiaan dan keadilan; (3) berpersatuan dan kekeluargaan; (4) bermusyarawah untuk mufakat; (5) berkeadilan social.

Penjajahan Modern seperti penjajahan ekonomi, penjajahan budaya, penjajahan kuliner, dan lain sebagainya saat ini masih terjadi.  Harus dilawan tidak dengan perang, tetapi dengan nasionalisma dan karakter.  Penjajahan Modern terjadi sebagai dampak negative dari globalisasi.  Merupakan perang modern generasi keempat: (1) perang dagang (ekonomi); (2) perang teknologi (ipteks); (3) perang informasi dan persepsi; (4) perang politik global (liberalisasi, politik, dan budaya).  Ekspansi asing yang menguasai sumber daya alam dan harkat masyarakat.  Terbukti denga referendum Undang-Undang Dasar 1945 pada tahun 2002 yang menjadikan UUD45 liberal.  Perlu political will dari pemerintah yang berkuasa dan penguatan karakter serta jati diri bangsa.


Diskusi

Internalisasi nilai-nilai Pancasila pada seluruh rakyat Indonesia selain dari pendidikan formal.  Mendidik anak untuk mengalami dan merasakan perbedaan dalam kedidupan bersama.  Pendidikan kritis tentang Pancasila, contoh: Filsafat Pancasila.

Potensi ancaman di masa datang dengan defisitnya internalisasi nilai-nilai Pancasila saat ini.  Kemandirian dan karakter anak bangsa masih cukup terjaga.  Pancasila sudah sesuai dengan Ajaran Sosial Gereja (ASG), baik dan penting untuk membentuk karakter bangsa.

 Sebagai catatan, Nazi dari tahun 1939—145 membunuh kurang lebih 12 juta orang (5,4 Juta Yahudi + 3 Juta Polandia + 3 Juta Soviet + 0,5 Juta orang cacat).  Sedangkan Komunisma sejak tahun 1917—1991 telah membinasakan 70 juta sampai 100 juta orang yang terjadi di Soviet sejak jaman Lenin dan Stalin, di Republik Rakyat Chia, Vietnam, dan Kamboja. 

Pada tahun 1949 terjadi pemberontakan PKI di Madiun.  PKI pimpinan Muso membunuh kurang lebih 4.000 orang lawan politiknya.  Pada tahun 1966, tejadi juga pembunuhan besar-besaran yang terjadi karena dendam yang membabi buta.  Partai Komunis Indonesia (PKI) memang menyebabkan kekacauan, tetapi balas dendam dan kemarahan yang membabi buta menyebabkan banyak orang tak bersalah dan bahkan tidak terlibat dengan PKI menjadi korban.  Korban tambahan dari perang elit di Indonesia saat itu.

Pada tanggal 11 Maret 1966, Soeharto mengambil alih Indonesia dan membubarkan PKI.  Tetapi, aksi pembersihan terhadap PKI adalah tindakan yang berlebihan.  Persepsi “musuh” dan “bunuh” dalam perbedaan adalah akar dari pembantaian dan kekerasan.

Selama masih ada harapan pada anak cucu, konflik dapat dicegah.  Tetapi bila pemerintah tidak dapat mencegah ketidakadilan ekonomi dan social, ancaman terjadi konflik akan membesar.  Saat ini, Indonesia menuju arah yang positif.  Hubungan antara Islam dan Non Islam, mayoritas dan minoritas berjalan dengan baik.  Tetapi tetap harus waspada terhadap ancaman fundamentalisma (agama, ideology, dan budaya) serta ketimpangan dan ketakadilan (ekonomi, politik, social, dan hukum).

Membangun nasionalisma dengan “buat, beli, pakai, dan konsumsi sendiri”.  Yakin dan bangga pada produk-produk anak bangsa sangat besar perannya dalam membangun nasionalisma melalui kemandirian.  Kehancuran sebuah bangsa bukan disebabkan oleh serangan dari luar, tetapi karena pertikaian, perang saudara, dan lunturnya kebanggaan pada bangsanya sendiri.

Presiden Nixon (Amerika Serikat) bertanya pada Soeharto tentang kiat-kiat menghancurkan PKI sebagai Partai Komunis terbesar ketiga di dunia setelah Partai Komunis Uni Soviet dan Partai Komunis China.  Soeharto menjelaskan (1) melawan ideology komunis dengan ideology Pancasila; (2) komunisma berkembang subur bila rakyat miskin, maka pembangunan ekonomi harus dikebut.  Soeharto meminta Marshall Plan diberlakuka juga di Indonesia.

Amerika Serikat membantu Indonesia dengan barang-barang konsumsi seperti tepung terigu (lewat Bogasari) dan berbagai produk lain yang menjadikan Indonesia sangat bergantung pada impor, seperti halnya juga kedelai.  Amerika Serikat juga mengirim pupuk kimia dan pestisida lewat Petrokimia Gresik, yang di Amerika Serikat sendiri sudah dilarang dipergunakan.  Akibatya terjadi kerusakan ekologi.


Tidak ada makan siang gratis (no free lunch), Amerika Serikat membantu Indonesia tetapi minta kompensasi konsesi.  Pertambangan menjadi incaran utama serta bebas masuknya penanaman modal asing.  Sehingga, penguasaan asing terhadap sumber daya alam dan kebutuhan dasar rakyat Indonesia sangat tinggi.  Contoh yang paling jelas adalah Freeport dan Newmont.  Ekspansi budaya melalui film, music, dan seni lain tanpa sensor menjadikan Indonesia gegar budaya dan social.    

Tidak ada komentar: