Rabu, 17 Oktober 2018

SARASEHAN BUDAYA KAMPUNG CEMPLUK FESTIVAL #8: KAMPUNGKU, URIPKU HAMUR DIENG, 23 SEPTEMBER 2018


NARASUMBER
Pemantik Diskusi:
1.       Drs. Dwi Cahyono M.Hum (Sejarahwan – Dosen Jurusan Sejarah - Universitas Negeri Malang)
2.       Dr. Anthoni Rifki, S.Sos. (Dosen Jurusan Komunikasi – FISIP.UB)
3.       Ir. Bambang Irianto (Keua RW Kampung Glintung Go Green)
4.       Luthfi J. Kuniawan (Malang Corruption Watch)
5.       Danis Setya Budi Nugroho S.Pd. (Kepala Desa Gondowangi – Kecamatan Wagir)
Moderator:
Daniel S. Stephanus (Warga Kampung Cempluk, RT5/RW1 Dusun Sumberjo – Desa Kalisongo)

PEMBUKAAN
Sambutan Kepala Desa Kalisongo (Bapak .....)
Selamat datang di Sumberjo... Selamat datang di Kalisongo...
Festival Kampung Cempluk adalah kegiatan untuk menjaga keletarian budaya kampung/desa.
Sambutan Tokoh Kampung Cempluk (Bapak Budi)
Sumberjo atau Kampung Cempluk memiiki sejarah unik.  Sampai akhir 1980 belum teraliri listrik walau berbatasan dengan Kota Malang.  Karena terisolir & belum terhubung sampai dibangun jembatan di perbatasan desa.  Sehingga, sehari-hari menggunakan cempluk atau sentir sebagai penerangan.
Sedangkan Festival Kampung Cempluk merupakan perhelatan bersama dari antusiasme warga Sumberjo (Kampung Cempluk) sekaligus dalamrangka Ritual Bersih Dusun.  Terdapat belasan sanggar seni, kuliner, dan berbagai produk budaya asli Sumberjo yang perlu disatukan & dirayakan dalam satu kegiatan bersama.
Festival Kampung Cempluk telah dilaksanakan untuk kedelapan kalinya.  Merupakan pioneer untu festival-festival kampung sejenis, bahkan jauh sebelum ada masalisasi kampung-kampug tematik yang bersifat wisata.  Tetapi, tetap harus berinovasi untuk menjadi kampung percontohan, bukan anya fetivalnya tetapi juga aktivitas budaya warga kampung sehari-hari.
Awalnya dikolelo oleh warga secara mandiri dan berjalan dengan lancar, tetapi mengalami kemunduran saat 2x terakhir dihelat oleh Desa.  Kali ini kembali dihelat oleh warga lewat anak-anak muda di Karang Taruna.  Bukan saja penyegaran tetapi juga untuk pengembangan & rgenerasi.
Sambutan dari Penggagas KFC (Redy)
“Kampungku uripku” yang menjadi tema pada KCF kali ini merupakan spirit untuk menjadikan kampung sebagai pusat hidup, penghidupan, & kehidupan.  Kampung yang adalah lumbung ide & pusat kebudayaan harus menjadi sumber hidup warganya.
Kampung bukan semata menjadi destinasi wisata kekinian yang bersifat artifisial & transaksional.  Kampung harus menjadi pelaku utama kebudayaan (ekonomi, sosial, & budaya).  Kuncinya adalah dengan membangun sumber daya manusia-nya.  KCF merupakan sarana pembelajaran & perayaan kebudayaan masyarakat kampung.

PEMAPARAN OLEH NARASUMBER
Drs. Dwi Cahyono M.Hum (Sejarahwan – Dosen Jurusan Sejarah - Universitas Negeri Malang)
Kesejarahan Dusun Sumberjo (Kampung  Cempluk) sangat jelas.  Adanya artefak berupa punden (etnografis) yang memiliki angka tahun (kronogram) abad ke 12.  Bukti sejarah dari masa Hindu Syiwa.  Sayangnya hanya ditemukan sebagian, karena biasanya bila ada arca pasti ada candi.  Jadi, Sumberjo atau Sumber Rejo merupakan kampung bersejarah.
Secara toponimi (penamaan) dapat diperoleh petunjuk bahwa SUMBERJO berasal dari kata SUMBER REJO yang artinya sumber yang besar.  Demikian pula dengan Desa KALISONGO yang berarti Desa dengan 9 aliran sungai (kalen).  Kalisongo & Sumberjo merupakan desa yang dibangun dekat dengan sumber mata air & sungai sebagai sumber kehidupan.  Juga dekat dengan Sungai Metro sebagai sungai purba yang menjadi pusat kehidupan di masa lampau.  Sungai yang memiliki jejak-jejak peradaban di Malang.  Selain itu, Kalisongo & Sumberjo dipilih karena kalkulasi jejak ekologis, dekat dengan sumber mata air & sungai.  Sumber kehidupan yang akan menopang aktivitas sosial, budaya, & ekonomi penghuninya. 
Karena kuatnya pertimbangan ekologis (air) di Dusun Sumberjo & Desa Kalisongo, seharusnya Ritual Bersih Desa sarat dengan nilai-nilai ekologis air.  Semangat untuk menjaga kelestarian air & sungai yang mengalirkannya. 
Desa Kalisongo sebagai desa berbasis air diperkuat dengan penamaan LOK ANDENG sebagai salah satu dusunnya. LOK berasal dari kata LOWOK atau WOK yang berarti cekungan tanah berisi air. ANDENG adalah sejenis bambu kecl.  Perlu juga dikonservasi, dengan Bersih Desa yang mengandung air & bambu serta budidaya Bambu Andeng untuk memperkuat kesejarahan & keberadaan dusun.
Air sebagai PANCA MAHA BHUTA , 5 unsur pembentuk kehidupan (air (apah), tanah (pertiwi), udara (bayu), api (teja), & eter atau ruang angkasa (akasa).  Air adalah elemen terpentingnya.  Karena seluruh kehidupan membutuhkkan air.  Sehingga, pemilihan kawasan Kalisongo dengan Lok Andeng & Sumberjo benar-benar dengan pertimbangan yang sangat matang. 
Sebagai kawasan dengan air melimpah, Sumberjo merupakan kawasan agraris. Khususnya berladang (tegalan).  Tetapi, saat ini telah bergeser menjadi kawasan pekerja.  Tanah tegalan berubah menjadi kawasan pemukiman (perumahan), sehingga warganya untuk mencari penghidupan keluar dari kampungnya.  Perlu dipikirkan strategi untuk menjadikan kampung bisa memberikan penghidupan, sehingga warga kampung tidak perlu keluar untuk mencari penghidupan.  Salah satunya dengan menghidupkan & menggelorakan budaya kampung sebagai sumber kehiudupan.  Sehingga, cita-cita menjadikan KAMPUNGKU URIPKU dapat diwujudkan.

Dr. Anthoni Rifki, S.Sos. (Dosen Jurusan Komunikasi – FISIP.UB)
Keberlanjutan nilai & identitas kampung harus dijaga.  Sebagai contoh kasus, Penelitian tentang Abdul Muis, seorang tokoh nasional dari Kuto Gadang, Bukit Tinggi.  Kampung beliau berasal merupakan kampung yang menghasilkan banyak tokoh nasional.  Hal ini terjadi karena keberlanjutan nilai & identitas kampung tetap terjaga.   Utamanya menghadapi bias cerita-cerita mistis.
Bila nilai & identitas kampung tidak terjaaga akan menimbulkan amnesia sejarah.  Anak kampung tidak lagi bangga dengan kampungnya karena tidak terhubung dengan modal sosial di kampungnya.  Nilai & identitas kampung harus dijaga terus untuk menjadi spirit gerakan & aktivisme kampung.

Ir. Bambang Irianto (Keua RW Kampung Glintung Go Green)
Setelah malang melintang di dunia politik selama 25 tahun, kembali pulang kampung untuk menjadi Ketua RW.  Padahal kondisi Kampung Glintung saat itu selalu menjadi langganan banjir, tingkat kriminalitas tinggi, jeratan rentenir ketat, tingkat kesehatan masyarakat rendah.  Sehingga, harus dilakukan perubahan, khususnya perubahan paradigma.
Mengawali gerakan penghijauan kampung sejak 3 Fegruari 2013 dengan swadana tanpa uang,  gerakan menabung air.  Dengan berbagai kesulitan, halangan, hinaan, & berbagai macam cibiran tetap jalan.  Hari ini, Kampung glintung telah menjadi pusat gerakan kampung & juga telah menjadi sumber penghidupan warganya.  Siapa berbuat apa, akan mendapat apa.
Dengan gerakan penghijauan diperoleh manfaat ekologis (kesehatan, iklim mikro, tabungan air, dan berbagai manfaat lainnya).  Selain itu, ekonomi warga kampung juga terangkat dengan berbagai produk baik barang (sayuran & kuliner) juga jasa penginapan untuk pengunjung.  Tetapi, bukan kampung wisata yang menjual ke-eksis-an pengunjung, melainkan Kampung Wisata Edukasi Konservasi Air.  Membangun Kampung secara holistik dari berbagai aspek.
Syarat-syarat untuk membangun Kampung:
1.       Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia.
2.       Membangun jejaring dengan berbagai pihak.
3.       Energi terbarukan melalui konservasi & seni-budaya.
4.       Penguasaan ilmu pengetahuan & teknologi untuk melakukan edukasi yang menyenangkan sesuai dengan kearifan lokal.
5.       Pembangunan ekononi lokal.
Festival merupakan perayaan terhadap puncal prestasi kampung.  Bukan sekedar berhura-hura semata.  Festival adalah perhelatan unjuk kemandirian & kedaulatan kampung.  Karena, membangun kampung adalah membangun kemandirian ekonomi (keseharian warga) melalui ekonomi kreatif & ekonomi hijau untuk membangun harga diri.
“Saya orang kampung, tetapi saya tidak kampungan...”

Luthfi J. Kuniawan (Malang Corruption Watch)
Kembali ke kampung untuk membangun kampung, membangun peradaban atau kewarasan publik.  Kembali ke kampung adalah membangun gerakan rakyat dari kampung.
Kemajuan peradaban bukan ditandai dengan bangunan megah atau segala sesuatu yang bersifat kebendaan & materiil.  Walau materialisme saat ini menjadi ukuran umum (pasar) sebagai standar kemakmuran.
Membangun kampung bukan semata menyediakan tempat-tempat artifisial untuk berswafoto (selfie).  Membangun kampung bukan ornamentasi kepentingan pemodal.  Membangun kampung adalah melakukan konservasi terhadap nilai-nilai & peradaban kampung.  Membangun kampung adalah membangun peradaban & kehidupan.
Festival kampung bukan hanya menyajikan sekedar tontonan, tetpai harus dapat menjadi tuntunan. Festival kampung merupakan usaha untuk memggelorakan konservasi nilai & peradaban kampung.  Festival Kampung  Cempluk adalah perlawanan terhadap festival-festival lain yang bersifat artifisial.  Harus dijaga semangatnya untuk melawan dominasi modal yang semakin merajalela, 
Konservasi terhadap nilai & peradaban kampung harus dimaterialkan dalam bentuk aturan & peraturan.  Contohnya dalam bentuk Peraturan Kampung atau Peraturan Desa. Kekayaan Kalisongo dengan sumber mata air & aliran sungai serta bukti sejarah berupa artefak & aktivisme fetival harus dilindungi dengan aturan & peraturan formal.

Danis Setya Budi Nugroho S.Pd. (Kepala Desa Gondowangi – Kecamatan Wagir)
Gerakan membangun kampung (Desa Gondowangi) merupakan gerakan organik.  Gerakan yang ditujukan untuk menjaga semangat & spirit desa.  Dilakukan dengan cara membangun sumber daya manusia yang kemudian akan memiliki dampak pengganda (multiplier effect) kearah yang lain.  Peran Pemerintah Desa selain memotivasi juga melakukan proteksi atau perlindungan terhadap nilai-nilai kampung melalui Peraturan Desa.
Festival Kampung Dilem (FKD) merupakan ruang untuk membangun perdaban.  Merupakan pengembangan dari Ritual Berih Desa sebagai salah satu kearifan lokal untuk menjaga nilai-nilai desa.  Dilakukan di situs atau punden pendiri Desa Gondowangi, mBah Dilem.  Festival Kampung Dilem merupakan ajang distribusi energi & informasi ke masyarakat serta usaha untuk melakukan pemberdayaan masyarakat.  Salah satunya adalah membangun kewarasan publik dengan melawan paradigam pesta-pora & hura-hura.  Selain itu, FKD merupakan apresiasi terhadap prestasi warga membangun desanya.
Kepala Dusun Sumberjo (Bapak .....)
Mengharapkan Festival Kampung Cempluk dapat lebih bermanfaat untuk warga Sumberjo & Kalisongo juga bagi banyak orang lain yang turut hadir.  Juga menjadi contoh bagi festival-festival kampung yang lain.

DISKUSI
Abdul Ghofur (Desa Rembang, Kabupaten Pasuruan)
Apa yang bisa dilakukan sebagai anak muda untuk membangun kampungnya?
Bambang Glintung
Setiap orang kampung & kampung pasti punya potensi, harus digali & diberdayakan.  Selain itu, pengaruh kepemimpinan kampung juga berperan.  Ketegasan lewat Peraturan Kampung (Perka) sebagai salah satu caranya, tetapi memberi contoh & keteladanan jauh lebih penting ketimbang aturan.
Membangun kampung harus diawali dengan melakukan pemetaan sosial & audit lingkungan.  Semua temuan permasalahn & potensi menjadi bahan untuk melakukan perencanaan pembangunan & pemberdayaan kampung.  Membangun kampung harus dilakukan dengan perencanaan yang matang berdasar data lapangan.
Danis Gondowangi
Tindakan riil dari anak muda akan lebih kuat bila didukung oleh Pemerintah Desa.  Membangun kampung harus diawali dengan menjadi contoh & teladan.  Membangun kampung adalah melawan paradigma juga monopoli & dominasi.  Membangun gerakan kampung dari diri sendiri dengan memberi bukti.  Setelah memiliki bukti, baru membangun sinergi dengan komunitas-komunitas lain di kampung (RT, RW, PKK, Karang Taruna) dan sampai pada Pemerintah Desa.

Dwi Suharyanto (Kampung Giwangan, Yogyakarta)
Membangun kampung atau desa harus dengan keteladanan.  Melalui konservasi lingkungan & ekonomi kreatif telah dilakukan di Giwangan, penanaman & pengelolaan bambu serta sumur resapan.  Berbuat dulu baru berbicara.  Memberi bukti & contoh baru kemudian mengajak.

Umi Salama (FPUB & Nusantara Cultur Academy)
Nusantara Cultur Academy (NCA) merupakan lembaga yang melakukan pemetaan & penggalian data untuk advokasi & konservasi budaya nusantara.  Saat ini sedang melakukan penyusunan narasi (database) untuk desa-desa se-Malang Raya.
Spirit Nusantara adalah gotong royong & guyup rukun. Merupakan modal sosial yang menjadi dasar kehidupan rakyat nusantara.  Salah satu contohnya adalah Desa Kebangsaan di Situbondo.
KFC harus dinarasikan & ditransfomasikan dengan gerak jaman (kekinian).  Selain itu, harus bisa menjadi simpul dari jejaring antar kampung.  Harus mampu mengambil peran advokasi pada pemerintah untuk hadir & berperan dalam pembangunan kampung/desa.  Contoh, Airlangga menjadi raja pada usia 17 tahun, tetapi melakukan perjalanan untuk melihat kondisi riil rakyatnya & mencari solusinya.  Hasilnya adalah Kitab Desa Warnana.

Adrian (UMM dari Wamena)
Apakah pendekatan regulasi (top down) seperti legal standing & sangsi sosial dapat menjadi dasar pembangunan kampung atau desa?
Bambang Glintung
Strategi untuk membangun kampung atau desa disesuaikan dengan kondisi kampung atau desa masing-masing.  Kalaupun didasarkan pada regulasi, harus melalui kesepakatan bersama & menyesuaikan dengan dinamika kampung atau desa tersebut.
Membangun kampung yang paling baik adalah dengan memberi teladan dengan menjadi contoh & memberi bukti nyata. Bila sudah ada bukti nyata, masyarakat akan dengan sukarela mengikuti.
Tahapan membangun kampung/desa:
1.       Pemetaan masalah & potensi serta menganalisis untuk menemukan solusi.
2.       Konsultasi & berjejaring dengan berbagai pihak yang kompeten.
3.       Edukasi (sosialisasi & pemberdayaan) kepada masyarakat.
4.       Aktivitas produktif sesuai dengan potensi & kearifal lokal.
5.       Komesialisasi & manajerial untuk membangun kedaulatan ekonomi.
6.       Legal formal untuk melindungi dari eksploitasi & monopoli.
Setelah mencapai keberhasilan, harus dilakukan publikasi untuk menggelorakan gerakan sekaligus mengangkat harga diri warga kampung.  Publikasi & publisitas ditujukan untuk membangun kepercayaan diri & menaikkan harga diri warga kampung serta rasa memiliki kampungnya.
Kunci sukese pembangunan kampung lainnya adalah komunikasi yang intensif sekaligus humanis antar warga kampung.  Teknologi hanya menjadi alat bantu, tetapi relasi pribadi yang hangat tetap menjadi dasarnya.
Danis Gondowangi
Kepemimpinan desa berperan untuk:
1.       Regulatif: menyusun regulasi sebagai sarana proteksi terhadap nilai-nilai desa.
2.       Ekstraktif: melakukan ekstraksi regulasi menjadi rencana aksi.
3.       Distributif: melakukan distribusi (sosialisasi) regulasi & rencana aksi pada masyarakat.
4.       Jaringan: membangun jaringan dengan berbagai pihak untuk menambah energi tambahan untuk terus bergerak.
5.       Evaluasi: melakukan evaluasi terhadap capaian untuk terus mencari inovasi-inovasi membangun kampung/desa.

PERNYATAAN PENUTUP
Luthfi MCW
Kampung tidak boleh bersifat transaksional, kampung harus bersifat nilai (value) & kebajikan (virtue).  Kampung adalah ekspresi kebudayaan, kampung adalah ruang publik untuk berekspresi (sphere). Kampung lekat dengan kebudayaan & peradaban (public sphere).  Harus ada dorongan (advokasi) pada pemerintah untuk melakukan perlindungan (proteksi) terhadap nilai-nilai kampung.  Membangun jaringan (cooperation) antar kampung seperti Jaringan Kampung Nusantara adalah sebuah keharusan.
Dwi Cahyono
Gerakan kampung adalah gerakan menjadi nlai gotong royong & guyup rukun.  Gerakan kampung laksana gerakan menandu bersama.
Dr. Anthoni
Gerakan kampung adalah gerakan menjaga memory collective yang berkelanjutan antar generasi kampung.  Menjaga nilai kampung tetap ada & melakukan relevansi dengan kondisi kekinian.   Gerakakan kampung adalah melawan amnesia sejarah.
Redy Cempluk
KFC adalah Hari Raya Kebudayaan Kampung.  Masyarakat kampung adalah masyarakat mapan yang dalam segala tahapan kehidupan selalu dirayakan bahkan dipestakan, mulai dari lahir sampai mati.  KFC mentransformasi semangat perayaan menjadi semangat berkreasi & berkebudayaan untuk membangun peradaban dan kemanusiaan.

Daniel S. Stephanus
Malang Kabupaten, 24 September 2018

Tidak ada komentar: