Mudik adalah fenomena tahunan yang tidak banyak terjadi di muka bumi ini. Hanya beberapa tempat saja di dunia ini yang memiliki tradisi mudi atau pulang ke rumah untuk merayakan hari raya (apapun) bersama keluarga di kota asal (keluarga besar). Indonesia punya tradisi mudik saat Iedul Fitri atau Lebaran. Ratusan ribu bahkan berjuta orang rela berdesakan di atas kendaraan umum, macet di jalan raya, atau fenomena terkahir adalah bermotor bersama. Walau badan sakit dan capeek bahkan tak kurang meregang nyawa karena mudik tetapi tetap saja berjuta orang mudik setiap tahunnya. Bukan hanya tenaga tetapi juga tabungan akan terkuras habis hanya untuk memperingati ritual tahunan ini.
Seperti tahun2 yang lalu, sayapun ikutan mudik walau tidak ikut merayakan lebaran tetapi untuk bersilahturohim dengan keluarga besar yang merayakannya. Bukan hanya capek dan kehilangan sebagian tabungan yang menjadi perhatian saya, tetapi ada fenomena menarik yang terjadi pada mudik tahun ini.
Mudik tahun ini di jalanan dan bahkan di seputaran rumah berbeda dari tahun2 sebelumnya, bukan karena suasana yang berbeda tetapi karena raungan motor dan asap mobil yang mengudara. Mudik tahun ini jalanan serasa ramai oleh sepeda motor yang berseliweran dan jumlah mobil yang serasa berlipat kali banyaknya di jalanan. Macet sudahlah biasa tetapi tidak separah tahun ini, berita di televisi dan koran mendukung analisis kecil saya ini. Bahkan terminal serasa sepi untuk perjalan jarak jauh walau stasiun masih dijejali pemudik. Sepertinya fenomena mudik dengan mengendarai kendaraan pribadi baik mobil terlebih motor telah menjadi moda transportasi terkini. Alasan macet dan praktis menjadi pembenar tetapi sepertinya ajang pamer diri lebih mendominasi. Apapun juga mudik masih menjadi tradisi yang asyik.
Akibat bawaan lain dari mudik adalah berputarnya roda ekonomi di kota2 kecil dan di daerah menjadi seuatu yang perlu diperhatikan. Banyak uang orang2 kota besar yang dibawa pulang dan di belanjakan di kota asal dan di desa, sehingga walau perekonomian dunia yang lagi berantakan dan Amerika meregang karena krisis, sesaat Indonesia serasa tidak ada masalah apapun dengan ekonominya. Semoga ini bukan menjadi fenomena sesaat, semoga setelah lebaran berlalupun roda ekonomi (daerah) terus berputar dan bergerak sehingga menjadi roka perekonomian Indonesia berputar dengan kencang.
Sepertinya mudik merupakan budaya asyik yang harus dilestaarikan, bukan untuk sesaat tetapi untuk berkelanjutan. Semangat persaudaraan, semangat menempuh perjalanan jauh, berputarnya roda ekonomi daerah dan berbagai dampak bawaan lain sepertinya harus tetap terjaga.
Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1429H.
Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar