|
|
|
|
PENDIDIKAN
LINGKUNGAN (GREEN EDUCATION): Gerakan
Penyadaran Pada Siapapun, Kapanpun, Dimanapun, dan dengan Cara Apapun.
Daniel S.
Stephanus (Anggota Advisory Board Profauna
Indonesia)
Disampaikan pada Green Hang Out Petungsewu Wildlife Education
Center (P-WEC), 18 Maret 2012
PENGANTAR
Indonesia adalah Negara dengan kekayaan keanekaragaman
hayati (biodiversitas) terkaya di dunia, atau yang lebih dikenal sebagai Negara
dengan “mega biodiversitas”.
USAID (2004) memaparkan kekayaan
Indonesia sebagai berikut:
“Indonesia
has been identified by all recent international conservation priority-setting
exercises as a global priority for actions to conserve biodiversity. For
example, in Conservation International (CI) considers Indonesia to be one of 17
“megadiversity” countries -- with two of the world’s 25 “hotspots.”1 It has 18
of the World Wildlife Fund’s (WWF) “Global 200” ecoregions, and 24 of Bird Life
International’s 218 “Endemic Bird Areas.”3 It also has 10% of the world’s
flowering plant species and ranks as one of the world’s centers for agro-biodiversity
of plant cultivars and domesticated livestock. Indonesia’s unusually high
levels of species richness and endemism are explained by the fact that it
straddles two biogeographic regions, is located in the wet tropics, has many
islands and an extremely complex geological history. The country ranks first in
the world for number of mammal, palm, swallowtail butterfly, and parrot species
(World Bank 2001; BAPPENAS 2003). Further, it is one of the world’s centers of
species diversity of hard corals and many groups of reef-associated flora and
fauna; indeed, it has the highest coral species richness in the world”.
Data dan Fakta
Data dari FAO (2007) dan Kementerian Kehutanan Republik
Indonesia (2007), sampai pada tahun 2010 Indonesia yang terdiri dari kurang lebih
17.000 pulau, dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati sebagai berikut.
1.
38.000 jenis tumbuhan termasuk 27.500 spesies
tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga di dunia),
2.
515 spesies mamalia (12% jenis mamalia dunia),
3.
511 spesies reptilia (7,3% dari jenis reptilia
dunia),
4.
2.827 jenis binatang tak bertulang,
5.
Kupu-kupu sebanyak 121 spesies (44% jenis
endemik),
6.
480 spesies hard corals (60% dari jenis coral
dunia),
7.
1400 spesies ikan air tawar,
8.
270 spesies amphibi (jumlah terbesar ke enam
di dunia),
9.
1531 spesies burung (jumlah terbesar ke lima
di dunia),
10.
240 spesies langka (jumlah terbanyak di
dunia).
11.
Tumbuhan palma sebanyak 47 spesies (47%
endemik),
12.
± 3.000 jenis spesies tumbuhan penghasil bahan
berkhasiat obat,
13.
Luas hutan yang sangat luas, yaitu 130 juta
hektar, dan
14.
3,02 juta hektar merupakan hutan
bakau/mangrove atau 19% dari luas hutan luas hutan mangrove di dunia, melebihi
Australia (10%) dan Brasil (7%).
Sedangkan data dari United
Nations Environment Programme (UNEP) dan World Conservation Monitoring Centre (WCMC) (2010).
Indonesia
hanya menutupi sebagian dari 1,3% luas permukaan bumi tetapi rumah bagi 17%
dari beragam spesies, kebanyakan adalah makhluk hidup yang endemik (dalam kamus
Encarta disebutkan bahwa endemik berarti hanya berasal dari suatu area, tidak
ditemukan di tempat lain). Di Indonesia terdapat 250.000 sampai 1 juta dari
spesies serangga diduga berlingkungan hidup di indonesia, meskipun jumlah
populasinya secara keseluruhan belum diketahui. Indonesia juga memiliki jumlah
terbanyak untuk kupu-kupu swallowtail (121 spesies dan 44% endemik) dan
capung (666 spesies) dari seluruh negara di dunia. Indonesia merupakan rumah
kehidupan di bumi untuk:
1.
11% dari keseluruhan jenis tumbuhan.
2.
lebih dari 40% moluska
3.
12% dari keseluruhan mamalia
4.
17% dari keseluruhan burung (peringkat
satu di dunia)
5.
24% dari amfibi
6.
32% dari reptilia dan
7.
lebih dari 45% spesies ikan
Data tersebut
di atas menggambarkan betapa Indonesia menjadi salah satu pusat kekayaan
keanekaragaman hayati dunia.
Rusaknya
Alam, Berkurangnya Bidodiversitas
Hutan
merupakan sumber utama keanekaragaman hayati karena hutan merupakan tempat
tinggal berbagai spesies tanaman dan hewan. Kerusakan hutan menyebabkan terjadi penurunan keanekaragaman
hayati bahkan kepunahan banyak spesies hewan dan tumbuhan. Menurut USAID (2004)
pada Report on Biodiversity and Tropical Forests in Indonesia, laju
deforestasi di Indonesia seluas 2,4 juta hektar pertahun, sedangkan menurut FAO
(2009) dalam laporan State of World
Forest laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai sekitar 1,87 juta hektar
pertahun. Apabila laju kerusakan hutan tidak dikendalikan, hutan Indonesia akan
musnah sekitar 15 tahun ke depan.
Selain kerusakan hutan, meningkatnya
gas hasil pembakaran bakar fosil, seperti karbondioksida dan gas metan,
menyebabkan punahnya ratusan spesies tanaman dan hewan karena terjadi kenaikan
suhu udara secara global (global warming) yang mencapai 1-6 derajat celcius
pada tahun 1900 sampai 2100 (IPCC report, 2007).
Berkurangnya keanekaragaman
hayati mengakibatkan banyak bencana, karena hewan dan tanaman merupakan bagian
dari ekosistem manusia. Satu saja
tanaman atau hewan punah maka keseimbangan ekosistem akan terganggu, apalagi
kalau kepunahan tersebut dalam jumlah yang besar.
Berikut ini beberapa contoh
bencana sebagai akibat terganggunya keseimbangan ekosistem.
1. Berkurangnya
luasan hutan dan pohon-pohon yang ada didalamnya akan mengurangi penyerapan
air, sebagai akibatnya terjadi krisis air, banjir dan tanah longsor.
2. Berkurangnya
hutan mangrove akan mengakibatkan abrasi dan intrusi air laut ke darat.
3. Berkurang
bahkan punahnya beberapa jenis burung (pemakan serangga) mengakibatkan serangan
ulat dan hama di beberapa tempat.
4. Berkurang
bahkan ketiadaan ular sawah dan burung hantu mengakibatkan serangan tikus di
persawahan menjadi sulit dikendalikan.
5. Mari
kita hitung satu persatu hilangnya tanaman dan binatang di sekitar kita dan
mari kita hitung pula berbagai akibat buruknya bagi kita.
6. Mutu
air yang menurun karena pembuangan limbah industry dan limbah rumah tangga yang
tanpa terkendali ke sungai.
7. Penggunaan
pupuk kimia dan pestisida mengakibatkan kerusakan tanah dan air pertanian dan
mengakibatkan ketergantungan, mengancam ekosistem alam, dan kesehatan manusia
dalam jangka panjang.
USAID (2004) mencatat
penyebab-penyebab kerusakan keanekaragaman hayati di Indonesia sebagai berikut:
Megadiversity Country in Crisis: The main
factors affecting biodiversity loss and species extinction in Indonesia and a
partial list of their impacts.
1. Habitat loss and fragmentation
a.
Between
1985 and 1997, 20 million ha of forest was lost (about 1.5 million ha per year)
most of it lowland forest below 300m where more than 60% of all rainforest
species occur.
b.
Since
1997, the rate of forest lost is 2.4 million ha per year or more – over 10
years an area as large as Montana or the UK is lost on forest rich islands such
as Kalimantan and Sumatra.
2. Habitat degradation
a.
5
million ha of forests degraded by fires in 1997-98.
b.
60% of
Indonesian coral reefs degraded.
c.
Industrial
and urban waste pollute fresh and coastal water ecosystems.
3. Overexploitation
a.
Many
species of animals harvested to local extinction to supply medicinal and
specialist-food markets in Asia.
b.
Rapid
development in recent decades fueled and funded by non-sustainable use of
natural resources.
c.
Millions
of increasingly impoverished coastal dwellers, rural villagers, and poor
communities contribute to overexploitation of animals, plants, fresh water and
marine fisheries in their search for subsistence.
4. Secondary extinction
a.
Many
species dependent on lowland forests are on the verge of extinction. Only a
tiny number of species are the focus of monitoring programs
b.
An
additional factor likely to have increasing impact in the future is climate
change; already the effects of global warming are being reflected in coral reef
die-off.
Apa yang Dapat
Kita Lakukan
Guna mencegah atau paling
tidak mengurangi laju kerusakan alam dan hilangnya berbagai keanekaragaman
hayati yang mengakibatkan kekacauan keseimbangan ekosistem, ada beberapa
kegiatan yang dapat kita lakukan.
Beberapa kegiatan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menghentikan
perburuan, perdagangan, memelihara, dan mengawetkan berbagai satwa, khususnya
yang menghadapi bahaya kepunahan.
2. Menghentikan
eksploitasi alam secara berlebihan seperti pertambangan, konversi hutan menjadi
perkebunan produksi, penangkapan ikan dengan bom dan racun, dan berbagai
kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan dan tidak aarif.
3. Menghentikan
atau paling tidak mengurangi pengundulan hutan dan hutan mangrove untuk tujuan
pemukiman dan industry untuk mencegah bencana alam dan bencana teknologi yang
lebih besar lagi akibatnya.
4. Melakukan
penghijauan dan penanaman kembali hutan-hutan gundul untuk menjadi hutan yang
kembali hijau.
5. Reduce, Reuse, Recycle, and Rehabilitation.
6. Kampanye
secara terus menerus, dengan berbagai media, kepada siapapun, dimanapun, dan
kapanpun tentang bahaya kerusakan alam dan kehancuran biodiversitas yang sedang
kita hadapi saat ini.
7. Melakukan
pendidikan lingkungan secara terus menerus mulai dari diri sendiri, keluarga,
teman dan sahabat, bahkan kepada siapapun pada setiap kesempatan dan bahkan di
manapun kita berada.
Guna menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati yang pada akhirnya berguna untuk menjaga keseimbangan
ekosistem yang ujung-ujungnya adalah menjaga kehidupan itu sendiri, kita harus
berbuat sesuatu. Kampanye dan advokasi
penting untuk dilakukan supaya kerusakan alam berkurangnya keanekaragaman
hayati tidak menjadi jadi, tetapi usaha yang dilakukan cukuplah besar,
sumberdaya yang dibutuhkan juga besar, sedangkan dampaknya belum tentu
besar.
Ada upaya lain yang mungkin
dapat dilakukan oleh semua orang karena tidak membutuhkan keahlian tertentu,
tidak juga membutuhkan sumberdaya yang besar, dan dapat dilakukan kapanpun dan
dimanapun serta kepada siapapun. Dapat
melalui metoda-metoda yang resmi tetapi juga dapat dilakukan melalui berbagai
media yang lain yang bahkan tidak resmi sekalipun. Mungkin dampaknya tidak dirasakan dalam waktu
singkat, tetapi gerakan penyadaran ini akan dapat dirasakan dalam jangka panjang,
nanti di kemudian hari. Upaya yang
harusnya kita lakukan terus menerus di manapun kita berada, pada keluarga kita,
pada teman dan saudara di sekitar kita, pada siapapun dan di manapun, yaitu “Pendidikan
Lingkungan”
PENDIDIKAN
LINGKUNGAN? APAAN TUCH?
Pendidikan lingkungan atau
yang lazimnya secara keilmuan disebut dengan “EKOLOGI”. Apa sebenarnya
ekologi itu? Apa hubungannya dengan lingkungan?
Mari kita pelajari secara perlahan.
Dasar-Dasar
Ekologi
Ekologi, berasal dari kata
latin Oikos (rumah) dan Logos (Ilmu). Jadi, Ekologi adalah ilmu
tentang mengelola rumah, termasuk makhluk hidup yang ada di dalamnya. Ekologi adalah ilmu hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungan hidupnya.
Hubungan timbal balik manusia dan lingkungannya disebut dengan ekosistem
(Soemarwoto, 1989).
Hubungan timbal balik manusia
dan lingkungannya bersifat (1) tetap, (2) teratur, dan (3) satu kesatuan yang
saling memengarhui, sehingga Ekosistem merupakan inti dari Ekologi. Jadi, focus utama dari ekologi atau
pendidikan lingkungan adalah ekosistem.
Permasalahan Ekosistem
Ekosistem tersusun dari
Komponen hidup (biotic) dan komponen tak hidup (abiotic), kedua komponen tersebut
berinteraksi satu dengan yang lain secara teratur dan saling memengaruhi satu
dengan yang lain sebagai satu kesatuan yang utuh. Hubungan atau interaksi antara kedua komponen
tersebut bersifat netral, bekerjasama, saling memengaruhi, dan saling
menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan.
Keseimbangan ekosistem secara alami disebut dengan “homeostasis”. Homeostasis merupakan
keadaan dari ekosistem untuk cenderung melawan perubahan dan memelihara
keseimbangan. Perubahan yang dilawan
adalah (1) perubahan sementara yang tidak menghancurkan, dan (2) peruabahan
yang dapat ditanggulangi, sehingga selalu akan ada proses alami untuk selalui
menyesuaiakan diri dan mencapai keseimbangan yang baru.
Muncul permasalahan dalam
ekosistem atau permasalahan lingkungan bila terjadi gangguan atau perubahan
dari salah satu fungsi atau bagian dari komponen ekosistem. Gangguan yang
terjadi adalah gangguan yang tidak dapat dilawan oleh ekosistem sehingga tidak
mampu melakukan penyesuaian diri atau pemulihan secara alami. Sumber-sumber permasalahan lingkungan
(ekosistem) dikarenakan pandangan manusia terhadap lingkungan atau ekosistem
atau alam raya ini.
1. Pandangan
holistis (imanen) yang berpandangan bahwa manusia dan alam merupakan satu
kesatuan ekosistem yang tidak terpisahkan. Alam menyediakan segala kebutuhan
manusia sehingga manusia harus menjaga dan melestarikannya.
2. Pandangan
transeden
yang berpandangan bahwa alam disediakan sebagai obyek yang dpat
dieksploitasi semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan (need) dan keinginan (want)
manusia. Pandangan ini menghalalkan
segala cara untuk memanfaatkan alam, yang bila ditingkahi dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan mengakibatkan ekploitasi yang berlebihan.
Sebagai akibat dari
eksploitasi yang berlebihan diperoleh akibat kerusakan ekosistem (lingkungan
atau alam) karena ekosistem tidak dapat menyesuaikan diri untuk mencapai
keseimbangannya. Kerusakan tersebut
dapat dikategorikan sebagai berikut.
1. Pencemaran
lingkungan, (1) pencemaran air, tanah, dan udara sebagai akibat dari limbah
industry dan domestic; (2) emisi kendaraan bermotor dan industry; (3) residu
pertanian dan tambang; dan berbagai pencemaran lainnya.
2. Kerusakan
lingkungan, (1) degradasi hutan dan lahan karena pembukaan areal pertambangan,
perkebunan, kawasan industry, dan perumahan; (2) eksploitasi laut seperti
pembabatan hutan mangrove untuk areal pertambakan, penggunaan bom dan racun,
pukat harimau, dan pengambilan batu karang untuk kepentingan komersial, dan
berbagai kerusakan lainnya.
Masalah lingkungan (ekosistem)
bukan hanya masalah biofisik (biotik dan abiotic) semata tetapi pada jangka
panjang akan menganggu lingkungan social yang lebih luas lagi. Terjadinya perubahan cuaca (climate change), berbagai bencana alam,
industry (kegagalan teknologi), wabah penyakit merupakan akibat dari kerusakan
lingkungan yang parah. Selain itu
bencana social seperti konflik tanah, konflik antara manusia dengan satwa di
seputar hutan, dan berbagai konflik lainnya merupakan akibat lanjutan dari
kerusakan lingkungan.
PENDIDIKAN LINGKUNGAN? NGAPAIN HARUS DILAKUKAN?
Berbagai fakta di atas mau
tidak mau menjadikan diri kita untuk waspada (aware) dan peduli (concern)
untuk melakukan tindakan nyata (action)
guna memperlambat laju kerusakan lingkungan (ekosistem) bila masih ingin hidup
di Bumi dengan nyaman, aman, dan sejahtera.
Kita tidak mungkin lagi berpangku tangan bila telah mengetahui fakta
baik degradasi atau kerusakan keanekaragaman hayati Indonesia sudah demikian
parah. Kita tidak mungkin hanya sekedar
prihatin dengan hilangnya (punah) satu persatu kekayaan keanekaragaman hayati
Indonesia. Kita tidak mungkin berdiam diri bila telah mengetahui bahkan
mengalami sendiri bencana (alam, teknologi, wabah penyakit, dan social) sebagai
akibat dari kerusakan lingkungan (ekosistem) karena alam tidak mampu lagi
melakukan penyesuaian untuk menciptakan keseimbangan.
Prihatin itu baik, berarti
kita telah berpikir karena merasakan akibatnya.
Peduli itu lebih baik lagi, karena kita telah merenung untuk tidak
mengalami akibat kerusakan lingkungan (ekosistem) di kemudian hari. Tetapi yang terbaik adalah melakukan aksi
nyata, karena kita telah bertindak, paling tidak untuk memperlambat laju
kerusakan alam bila kita tidak mampu untuk menghentikannya. Berpikir, merasakan, dan melakukan tindakan
nyata merupakan proses yang harus dilalui dengan lengkap bila kita masih cinta
pada Bumi yang cuman satu ini, bila kita masih ingin hidup dengan aman, nyaman,
dan sentausa, bila kita masih ingin anak cucu kita hidup dengan bumi yang indah
dan lestari, bila kita tidak ingin menyaksikan kiamat datang lebih cepat karena
alam sudah tidak mampu lagi bertahan.
Pasti akan timbul pertanyaan,
“Apa yang bisa kulakukan?” “Siapa aku ini, kok muluk-muluk banget
cita-citanya?” Alam dan Bumi ini tidak
menuntut kita untuk berbuat besar, ada hal-hal kecil yang dapat kita lakukan
untuk kelestarian alam dan menjaga keseimbangan ekosistem kita. Sebuah langkah kecil yang dapat kita awali
dari diri kita sendiri dan kemudian melangkah ke orang-orang terkasih di
sekitar kita dan selanjutnya kepada siapapun yang kita temui, dimanapun itu
berada, dan kapanpun kesempatan itu datang.
Menyebar virus pelestarian alam, melakukan pendidikan lingkungan secara
mandiri dan terus menerus.
PENDIDIKAN LINGKUNGAN?
BAGAIMANA NGELAKUINNYA?
Pendidikan lingkungan,
kesadaran untuk melestarikan alam, keinginan untuk membantu menjaga
keseimbangan ekosistem bukan merupakan pekerjaan sulit. Ada beberapa tahapan yang dapat kita kerjakan
tanpa kita harus menjadi ahli lingkungan atau aktifis lingkungan terlebih
dahulu. Berangkat dari kesadaran tentang
kehidupan yang lestari, kehidupan yang bukan hanya untuk diri sendiri tetapi
juga untuk orang lain dan terlebih untuk anak cucu kita nanti. Kita akan dapat melakukan pendidikan
lingkungan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut.
1. Mendidik
diri kita sendiri.
Langkah
pertama setelah kita prihatin dan peduli, kita mengambil langkah nyata dengan
mendidik diri kita sendiri untuk mencintai alam (dan tentu saja cinta akan
kehidupan). Kita dapat mengambil langkah
nyata dengan belajar untuk tidak mengotori alam seperti:
(1) belajar untuk tidak membuang sampah sembarangan,
(2) tidak menggunakan energy listrik dan air berlebihan,
(3) tidak menggunakan bahan-bahan yang menghasilkan limbah berbahaya,
(4) ikut menjadi anggota organisasi konservasi alam,
(5) ikut terlibat aktif dalam kegiatan pelestalian alam secara nyata,
dan berbagai tindakan nyata lainnya.
2. Mendidik
orang-orang terdekat (keluarga) kita sendiri.
Bila kita
telah melakukan tindakan nyata bagi diri kita sendiri, kita wajib melakukan
pendidikan lingkungan bagi keluarga kita sendiri. Kita harus tanamkan kecintaan pada alam dari
rumah kita sendiri, paling tidak ekosistem terkecil kita (rumah tangga) harus
seimbang dulu sebelum kita bicara tentang keseimbangan alam yang lebih besar
lagi. Kita dapat mengambil tindakan
nyata seperti:
(1) mengajak seluruh keluarga untuk hemat energy listrik dan air,
(2) memilah sampah dan tidak membuang sampah sembarangan,
(3) memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami tumbuhan yang
bermanfaat,
(4) mengagumi, mencintai, dan menikmati keindahan alam (flora dan
fauna) langsung di alam,
(5) mengurangi kebiasaan ngemall dan menggantinya dengan trekking dan
berwisata ke alam,
(6) mengikutsertakan anggota keluarga dalam kegiatan alam dan bahkan
mengajak bergabung sebagai anggota organisasi pencinta alam (contoh: Istri dan
NANA anak saya menjadi anggota Profauna Indonesia dan Nasabah dari Bank Sampah
Malang),
(7) memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan bahan-bahan alami sebisa
mungkin (contoh: beras dan sayur organic, minyak kelapa dan bukan minyak sawit,
dan berbagai peralatan ramah lingkungan), dan berbagai tindakan nyata lain yang
dapat kita lakukan bersama keluarga.
Ingat,
keluarga adalah ekosistem terkecil kita, bila ingin melestarikan alam,
lestarikan dulu ekosistem terkecil kita!!!
3. Menyebar
virus kecintaan pada alam pada orang-orang yang kita kenal di manapun kita
berada.
Setelah
keluarga kita telah bisa kita ajak untuk melestarikan ekosistem (terkecil),
harus dilakukan langkah maju untuk menyelamatkan ekosistem yang lebih besar
lagi. Di Sekolah, di kantor, di manapun
kita berada, kita terus sebar virus kecintaan pada alam. Kita bisa melakukan kampanye melalui berbagai
media yang mungkin dapat kita pakai dan memanfaatkan berbagai kesempatan untuk
melakukan edukasi tentang pelestarian alam. Kita dapat mengambil tindakan
seperti:
(1) alat kerja/sekolah kita penuhi dengan media kampanye seperti background computer, email, tas, topi, apapun yang melekat
pada kita bisa sebagai media kampanye dan edukasi,
(2) memasukkan kampanye dan edukasi pelestarian alam di acara atau
kegiatan sekolah atau kantor yang dipercayakan pada kita (peringatan maulid
hijau, paskah hijau, natal hijau, proklamasi hijau, tahun baru hijau, dan
lain-lain) ambil setiap kesempatan yang ada,
(3) memasukkan kampanye dan edukasi pelestarian alam pada progam
kerja kita, seperti:
(a) gathering di alam dan
melakukan penghijauan bila kita di bagian SDM,
(b) bila kita guru kita dapat masukkan dalam kurikuler maupun
ekstrakurikuler,
(c) corporate social
responsibility dalam bentuk aksi nyata pelestarian alam atau support ke organisasi pelestari alam
kalau kita sudah jadi boss, dan berbagai karya nyata lainnya,
(4) mengedukasi komunitas hobi kita untuk peduli dan cinta pada alam
(fotograsi alam, offroad peduli alam,
touring cinta alam, grup music peduli
alam, latihan fisik untuk klub olah raga dan bela diri langsung di alam plus
penghijauan, dan berbagai hobi lain yang bisa kita isi dengan kampanye dan
edukasi cinta dan peduli pada alam).
Ingatlah,
kita hidup di Bumi tidak hanya tinggal bersama keluarga kita, tetapi kita hidup
bersama teman-teman kita di tempat kerja, sekolah, dan berbagai ekosistem lainnya.
4. Menyebar
virus kecintaan pada alam pada siapapun, dimanapun, dan kapanpun kita berada.
Langkah
selanjutnya sebenarnya langkah yang paling mudah, tetapi biasanya menjadi sulit
dilakukan karena kita masih terikat dengan rasa malu dan sungkan. Bila kita benar-benar cinta (pada alam) tidak
mungkin akan ada malu, segan, ataupun jengah, apalagi malas. Kita dapat melakukannya dengan mudah seperti:
(1) memanfaatkan
media social (facebook, twitter, google+, dan berbagai media
social lain) untuk menyebarkan kecintaan dan kepedulian pada alam.
(2) pakaian,
jaket, tas, dan berbagai sandang yang melekat pada kita, yang kita pakai
kemana-mana, berisikan kampanye dan edukasi tentang kepedulian pada alam
(seperti membeli dan mempergunakan produk-produk Profauna, selain berkampanye
juga mendukung kerja-kerja Profauna, mantap khan?)
(3) memanfaatkan
kendaraan pribadi kita sebagai mobile
campaign dengan menempelkan berbagai pesan-pesan kecintaan pada alam (toh sticker dari Profauna dapat diperoleh
secara murah bahkan gratis)
Ingatlah,
apa yang kita tabur tidak akan kembali dengan sia-sia, mungkin orang akan
melihat sepintas lalu tetapi bila mereka melihatnya berkali-kali dari banyak orang
dan dari berbagai kesempatan akan sangat mungkin membuat mereka berpikir. Ingatlah, kita tidak tinggal di Bumi
sendirian!!!
AYO KITA SEBARKAN
VIRUS PEDULI PADA ALAM!
Ada banyak cara untuk
melakukan pendidikan dan kampanye lingkungan.
Ada banyak jalan untuk menyebar kecintaan dan kepedulian pada alam. Tidak juga dengan kegiatan yang besar, bukan
dengan cara yang sangat bombastis, tetapi dengan langkah-langkah kecil yang
dapat kita lakukan dengan mudah. Bukan
pula dengan beramai-ramai dan berombongan, cukup dengan niatan yang tulus,
kecintaan yang benar, dan tindakan-tindakan nyata yang kecil kita dapat
melakukan pendidikan dan kampanye lingkungan.
Seperti melempar batu ke dalam
air, sekali batu itu dilempar, maka akan muncul riak kecil yang akan semakin
menyebar dan membesar. Bila hanya satu
orang saja melemparkan batu ke dalam air dan sekali saja dilakukan , riak itu
tidak akan berlangsung lama, tetapi bila satu orang melemparkan batu itu secara
terus menerus, maka riak itu akan terus menerus ada. Bila lemparan ke air itu dilakukan oleh
banyak orang dan terus menerus, bukan hanya riak kecil yang terjadi, mungkin
akan gelombang pasang yang besar dan bahkan tsunami yang herbat yang akan
terjadi.
Marilah secara terus menerus
kita lempar air di kolam itu dengan batu kecintaan kita pada alam, dan mari kita
lakukan secara bersama-sama, niscaya akan terjadi gelombang besar kecintaan
pada alam. Kecintaan yang muncul dari
diri sendiri, mejalar ke keluarga kita, menjangkiti teman-teman kita dan bila
mungkin keluarganya, bahkan setiap orang yang pernah mendengar seruan kita,
niscaya kelestarian alam dapat terjaga dan keseimbangan ekosistem akan tetap
dapat dipertahankan. Pada akhirnya,
kehidupan yang aman, nyaman, dan sentausa akan terus dapat dipertahankan sampai
anak cucu kita di kemudian hari, dan kiamatpun akan datang tepat pada waktunya
atas kehendak Yang Maha Kuasa, bukan karena ulah dan kelakuan kita.
Malang, 15 Maret 2012
Daniel S. Stephanus
Mari kita lestarikan alam, karena melestarikan alam
adalah melestarikan kehidupan itu sendiri…
Mari kita belajar sama-sama, bekerja sama-sama, dan
berkarya sama-sama…
Karena…..
Semua orang adalah guru …..
Alam Raya adalah sekolah …..
Sejateralah bangsaku …..
REFERENSI
FAO. 2007. The World’s Mangroves
1980–2005. Forest Resources Assessment Working Paper No. 153. Food and Agriculture Organization of The United
Nations. Rome. diakses dari http://mbojo.wordpress.com/2009/01/01/hutan-mangrove-dan-luasannyadi-indonesia/#comment-3193 tanggal
15 Mei 2010
FAO. 2007. State of World Forest.
diakses dari http://www.detiknews.com/read/2010/04/27/172448/1346550/10/kerusakan-hutan-di-indonesia-terparah-kedua-di-dunia
tanggal 15 Mei 2010
Intergovernmental Panel on Climate
Change. 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis.
Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
tanggal 15 Mei 2010
Kementrian Kehutanan republik
Indonesia. 2007. Siaran Pers Nomor : S. 251 /PIK-1/2010 tentang
Keanekargaman Hayati Sektor Kehutanan. diakses dari http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/6401
tanggal 15 Mei 2010
Pentingnya
Menjaga Keanekaragaman Hayati Alam Di Sekitar Kita. 2010. Peringatan Hari
Lingkungan Hidup Se-Dunia 5 Juni 2010.
USAID. 2004. Report on Biodiversity and
Tropical Forests in Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar