Sabtu malam (17/5/14) yang tak lagi dingin di Kota Malang,
di sebuah warung di depan Lapangan Rampal, di sebuah warung yang bernama Warung
Kelir, berkumpul beberapa puluh orang untuk sekedar menikmati kopi atau the
atau hidangan lain, dan tentu saja menanti hidangan utama yang bertajuk
Katastrofi Geologi di Indonesia yang diracik dan disajikan oleh Dr. Andang
Bachtiar. Sesajian yang bukan hanya
berat tetapi menyehatkan, bukan menyehatkan badan tetapi menyehatkan pikiran
dan paradigma para tetamu yang hadir dan menikmatinya. Sebuah sajaan menu tentang katastrofi geologi
atau bencana-bencana besar yang membentuk sejarah dan peradaban manusia dengan
cara memporak-porandakan permukaan bumi melalui gempa, letusan gunung, dan
berbagai peristiwa alam besar lainnya.
Sam Andang yang asli Malang merupakan salah satu pakar gelologi yang
dimiliki Indonesia, terbukti dengan jabatan sebagai Ketua Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI) yang pernah disandangnya pada tahun 2000—2005 dan tentu saja
berbagai karya besar beliau baik berupa pemikiran atas kasus Lumpur Lapindo dan
berbagai penelitian mandiri beliau di Gunung Padang dan berbagai lokasi
lainnya.
Sajian menu diskusi yang dipandu oleh Mas Adjie, seorang
komikus pergerakan di Kota Malang, diawali dengan penyampaian biodata Sam
Andang yang sebenarnya sangat panjang tetapi cukup disingkat dengan satu kata
“hebat”. Pakar Geologi yang rambutnya
sudah berwarna perak, ternyata adalah putra dari mantan salah seorang Rektor
IKIP Malang, salah seorang yang cukup legendaris sebagai pakar sastra di Kota
Malang. Mengawali sajianya dari ketertarikannya
masuk Jurusan di Geologi dulu hanya karena anak-anak Geologi gondrong-gondrong,
bermain gitar seharian, dan jarang mandi, persis seperti kelakukan anak-anak
seni dan sastra yang ingin dimasukinya tetapi ditentang oleh sang ayah. Dari sekesar suka kesehariannya, Sam Andang
menjadi cinta berat pada geologi, karena Ilmu Geologi bagi beliau merupakan
gabungan antara sejarah, seni, dan teknik.
Sejalan juga dengan petuah bapaknya, “memilih suatu bidang ilmu apapun,
pelajari dan kuasai dengan sekuat tenaga, pasti akan bermanfaat di suatu hari
kelak.”
Sajian menu utama oleh Sam Andang dimulai dengan
menceritakan studi kasus tentang semburan Lumpur Lapindo di Porong. Pengeboran yang mengalami blow out pada tanggal 29 Mei 2006
dikarenakan oleh kesalahan pengeboran seperti penempatan rig pengeboran yang tidak benar dan prosedur pengeboran yang tidak
benar. Lumpur Lapindo benar-benar
kesalahan manusia bukan bencana alam.
Sebagai pakar Geologi dan Konsultan Independen, Sam Andang tahu benar
adanya kesalahan pengeboran. Bahkan
bersama Rudi Rubiandini melakukan penelitian independen yang menghasilkan
simpulan bahwa semburan Lumpur Lapindo adalah kesalahan manusia. Khusus kasus Lumpur Lapindo , dengan sengaja di stigma sebagai bencana alam agar dapat dialihkan penangannya kepada
Pemerintah dan didanai oleh Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN). Lumpur Lapindo bergeser dari bencana yang
disebabkan oleh manusia menjadi bencana alam, permasalahan ekonomi dan social
bergeser menjadi permasalahan politik. Sayangnya,
karena Rudi Rubiandini memilih masuk dalam pusaran akhirnya terhisap dan
dihabisi. Sedangkan Sam Andang memilih
untuk tetap di luar pusaran dan bersikap independen. Sehingga tetap aman dan
dapat terus membantu Walhi maupun YLBHI untuk meluruskan sejarah Lumpur Lapindo
berdasar fakta dan keilmuan.
Sam Andang pernah diminta oleh Presiden untuk turut
bersumpang saran untuk penyelesaian Lumpur Lapindo. Tetapi masalah lain muncul,
ada scenario menyembunyikan fakta karena akusisi data sangat susah. Belum lagi rekomendasi dimentahkan oleh
pakar-pakar geologi (bayaran) yang
dimiliki oleh Lapindo Brantas. Berdasar
data seismic yang dimiliki sejak tahun 2006, semburan Lumpur Lapindo belum akan
berhenti sampai 30 tahun. Artiya, paling
cepat semburan Lumpur Lapindo tidak akan berhenti sampai tahun 2036. Semburan Lumpur Lapindo menjadi meluas tidak
seperti blow out di Sumur Porong 1
yang dapat ditangani hanya dalam baktu 3 minggu karena operator pengeboran
(Lapindo Brantas) under spec (melakukan
pengeboran dengan serampangan dan tidak sesuai prosedur keamanan) serta tidak
menangani dengan benar. Walaupun sejarah
telah mencatat bahwa Porong adalah daerah delta yang pernah tergenang lumpur,
seperti yang digambakan di Candi Pari di Porong, tetap saja ekplorasi gas
diteruskan. Walau teknologi telah maju,
seharusnya catatan sejarah tetap harus diperhatikan sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara hati-hati. Tetapi
bukannya bekerja dengan hati-hati malah dilakukan dengan serampangan dan
menyalahi prosedur serta aturan, akibatnya rakyat Porong dan Tanggulangin
menjadi korban langsung.
Nusantara adalah
Kawasan Proses Bumi Aktif
Sam Andang, bersama kawan-kawan seide membentuk Team Terpadu
Riset Mandiri, sebuah team yang bekerja secara mandiri dengan melakukan
penelitian tentang kemungkinan ancaman bencana.
Tim yang terbentuk dan bekerja sejak tahun 2009 ini meneliti tentang
“Katastrofi Purba”, bencana-bencana hebat yang menentukan jalannya sejarah dan
peradaban nusantara. Mengawali dengan
sebuah pernyataan, “Bumi diberntik dari Proses Bencana”, Sam Andang menjelaskan
mengenai proses alami bumi, khususnya proses yang terjadi di Bhumi
Nusantara. Indonesia atau Nusantara,
memiliki 129 gunung berapi aktif, 95.000 KM pantai yang pernah terkena tsunami,
banyaknya patahan yang menyebar di sepanjang Pulau Jawa, Sumatera, dan
pulau-pulau lainnya. Indonesia
(nusantara) ini adalah kawasan proses gelologi bumi yang aktif. Sulit diprediksi secara jelas tetapi dapat
diperkirakan dengan bantuan statistic kebencanaan. Sebagai contoh, Borobudur yang dibangun
(terakhir) pada abad kedepalan masehi, sebenarnya bukan bangunan baru tetapi
renovasi. Menurut penetlian, Candi yang
digali dan dipugar oleh Raffles pada tahun 1800an, merupakan candi yang
tertimbun oleh material vilkanik dari Gunung Merapi dengan Indeks Erupsi
Vulkanik 6 pada tahun 1006, bandingkan dengan erupsi Gunung Merapi pada tahun
2010 yang “hanya” memikik Indeks Erupsi Vulkanik 4.
Sayangnya, catatan-catatan sejarah katastropi yang terjadi
di Nusantara hanya dapat dilacak sampai abad keempat saja. Catatan-Catatan
sejarah Nusantara yang biasa tertulis pada prasasti, candi, dan berbagai
bangunan atau media lain tidak dapat diketemukan. BIlapun ada, dapat dipastikan telah tertimbun
oleh katastrofi atau sebagian telah diangkut ke Ledien, Belanda saat Nusantara
dikuasai oleh VOC dan kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda. Catatan sejarah berupa Prasasti
yang tertua yang dapat ditelurusi berakhir pada abab ke 4, yaitu Prasasti
Kalingga dan Sima. Sedangkan perioda
yang lebih tua seperti jejak abad ke 0 sampai abad 8 SM, palagi sampai abad 30
SM, dipastikan belum ada catatan dan jejak sejarah yang dapat ditelusuri. Seperti catatan tentang Tambora, baru
diketemukan 6 tahun yang lalu, padahal letusan Tambora pada tahun 1816 telah
mengubur 3 kerajaan. Bagaimana dengan
Kaldera Bromo, Rinjani, Gede Panggrango, Toba?
Sejarah dan peradaban Nusantara terkubur dan kehilangan jejak masa
lalunya. Bilapun ada, sebagian telah
dihapus oleh Imperialis yang pernah menguasai Nusantara seperti Belanda dan
Inggris. Nusantara seharusnya menyimpan sejarah yang besar dan agung.
Permasalahan ketiadaaan catatan sejarah katastrofi di
Nusantara sedikit banyak telah dapat dilacak dengan menggunakan Carbon Dating. Metoda yang menggunakan teknik membalik
radio aktif dari sisa-sisa katastrofi di masa lalu. Walaupun tidak menghasilkan data yang
bersifat menyeluruh, tetapi paling tidak waktu peristiwa, jenis dan besarnya
katastrofi dapat diperkirakan dengan akurat.
Sedangkan pengungkapan peradaban di kawasan tersebut akan membutuhkan
waktu dan biaya yang lebih besar lagi karena harus dilakukan pengangkatan
(ekskavasi) besar-besarannya. Selain
masalah biaya, ekskavasi harus berhadapan dengan masalah-masalah lain. Contoh Kasus, Gunung Padang di Cianjur yang
mulai marak sejak tahun 2012, penelitian yang awalnya hanya untuk melakukan
kalibrasi alat yang akan dipergunakan untuk penelitian di Aceh pada November
2011. Gunung Padang diplih karena
merupakan situs megalitikum terstruktur.
Alat yang bernama Super String
V.8, menemukan rongga (ruang) dan bangunan lain di bawah situs Gunung
Padang. Tempat eksperimen yang menjadi
situs temuan.
Katastrofi bukannya sebuah lubang hitam yang misterius yang
tidak dapat diprediksi. Katastofi dapat
dijelaskan secara ilmiah dan dapat pula dilakukan perkiraan yang bersifat
ilmiah pula. Walau tempat dan tanggal
yang tepat akan sangat sulit ditetapkan secara gamblang. Kasus Tsunami Aceh pada Desember 2004
misalnya, Dani Hilman seorang Pakar Geologi pernah memprediksi tentang
kemungkinan adanya Gempa dan Tusami Aceh pada November 2004. Dani
Hilman memprediksinya berdasar gerakan segmen-segmen patahan di Sumatera. Saat ini segemen-segmen patahan bergerak ke
selatan, Padang di Sumatera Barat dan Jawa tinggal menunggu waktunya. Perkiraan besaran gempa yang akan terjadi di
Padang mencapai 8,9—9,1 SR. Besaran
gempa dapat diprediksi, tetapi kapan waktunya yang sulit dipreksi secara akurat
kecuali secara statistic. Segmen-segmen
yang saat ini sedang bergerak antara lain segmen Aceh—Lampung,
Banten—Banyuwangi, Bali—Timor, Maluku, dan Sulawesi.
Sejarah Katastrofi
Nusantara
Borobudur merupakan bangunan purba yang terkubur selama
kurang lebih 800 tahun dan baru diketemukan kembali pada tahun 1815 oleh
Raffles. Bagaimana tertimbunnya? Oleh
bencana apa? Harus dibuktikan dengan catatan-catatan sejarah. Catatan sejarah penting untuk mitigasi
bencana, khususnya bencana-bencana besar (katastrofi). Catatan sejarah dapat tersebar di prasasti
dan candi, seperti catatan yang ada di Candi Pawon. Catatan-catatan tentang katastrofi sebagai
bagian dari proses bumi dapat berupa (1)
quaternary coral growth (EQ Recorsd); (2)
paleotsunami Layer Stratigraphy (tsunami records); (3) volcanic sediment
statigraphy, banyak tercatat di (1)
historical notes (prasasti) seperti Negara Kertagama yang menceritakan
tentang erupsi Gunung Kelud di jaman Majapahit; (2) temple wall relief panels;
(3) wall painting; (4) stratigraphy of sediment buried (carbon dating).
Indonesia merupakan kawasan proses bumi yang masih aktif.
Berdasar seismotectonic map, Indonesia
(Nusantara) memiliki 129 Gunung Berapi Aktif yang saat ini 22 gunung bersatus
“waspada” dan 4 diantaranya sedang berstatus “awas”. Nusantara memiliki 95.000 km pantai yang
terancan tsunami. Bila ingin mengetahui
peta gunung berapi dan peta ancaman tsunami bisa mengakses ke US. Geological
Survey. Nusantara telah mengalami proses
bumi dalam bentuk katastrofi berkali-kali. Sebagai contoh dan bukti, catatan karbon
erupsi Toba yang terjadi pada 7.000 tahun SM tercatat sampai di Kutub Utara. Demikian juga dengan karbon erupsi Tambora
pada tahun 1815 tercatat di kaki Gunung Tambora.
Kebudayaan dan peradaban Nusantara berkembang dan selalu
“dihancurkan” dan “dikuburkan” oleh adanya katastrofi. Contoh, Borobudur begitu megah dikubur oleh
erupsi Gunung Merapi. Bangunan Borobudur
yang begitu simetris dan presisi yang diarsiteki oleh Gunadharma tertimbun oleh
Gunung Merapi pada tahun 1006 dengan Indeks Erupsi 6. Berbeda dengan Eropa dan Mesir yang keutuhan
bangunan-bangunan bersejarahnya tetap terjaga dan terpelihara sampai saat
ini. Eropa dan Mesir jauh dari Gunung
Berapi, Gempa, dan Tsunami. Sehingga,
perkembangan teknologi dapat berlanjut dan berkesinambungan secara terus menerus. Sedangkan Nusantara, kebudayaan dan
teknologinya dihancurkan beberapa kali oleh katastrofi, bersamaan dengan
peradaban dan catatan-catatan sejarahnya.
Seharusnya, peradaban, kebudayaan, dan teknologi nusantara cukup tinggi
dan maju bahkan sangat mungkin lebih maju ketimbang teknologi, kebudayaan, dan
peradaban yang ada di Eropa. Sebagai
contoh kecil saja, teknologi umpak, merupakan
teknologi purba untuk mengantisipasi gempa.
Rumah dibangun di atas umpak, menjadi rumaha tahan gempa. Local
traditional wisdom yang modernnya belum lama ditemukan untuk rumah tahan
gempa di Jepang dengan memanfaatkan per dan karet. Nusantara telah memilikinya ratusan tahun
yang lalu.
Sayangnya, penelitian dan pengungkapan teknologi,
kebudayaan, dan peradaban Nusantara hanya berhenti sampai menjadi komoditas
wisata. Kurangnya perhatian dari
Pemerintah ditingkahi dengan kurangnya tenaga ahli serta tentu saja pendanaan,
menjadikan penelitian apalagi pengangkatan kawasan peradaban purba terhenti
atau jalan di tempat dan bergeser menjadi kawasan wisata. Bukan saja tidak terungkap, situs-situs
bersejarah tersebut malah hancur karena eksploitasi wisata.
Manusia merupakan bagian dari ekosistem bumi. Katastrofi sebagai bagian dari proses bumi
secara berkala dan bersiklus menghapus peradaban yang ada pada masanya. Proses yang merupakan bagian dari siklus
bumi. Sebagai contoh, Dinosaurus musnah
pada 700 juta tahun yang lalu karena jatuhnya meteor yang merubah ekosistem
bumi secara ekstrim, batu meteor yang jatuh pada masa itu dapat diketemukann di
Yukatan, Meksiko. Di Nusantara, bencana
banjir bandang di Wasior, Papua merupakan siklus yang selalu berulang antara
50—100 tahun sekali. Sejarah manusia
ditentukan oleh proses geologi bumi.
Sejarah dan kebudayaan manusia tidaklah linier dan
sederhana, tetapi merupakan siklus dari proses bumi. Legenda dan mitos adalah penggambaran dari
catatan sejarah yang tidak mampu diterima logika manusia saat ini. Contoh, kemegahan Borobudur tidak akan dapat
diceritakan apalagi direkonstruksi dengan logika dan teknologi masa kini. Demikian pula dengan Stone Hang yang ada di Inggris.
Demikian pula dengan Cupumanik dari cerita Ramayana karangan Walmiki
pada abad ke 4.
Konsep Bencana
Katastrofi
Bentuk-bentuk bencana besar (katastrofi) dapat berupa
perubahan iklim yang drastic, gempa, letusan gunung berapi, tumbukan meteor,
tsunami, dan berbagai bencana lainnya.
Katastofi sebagai bagian dri proses bumi merupakan salah satu factor
yang memengaruhi peradaban manusia.
Sebagai salah satu contohnya, erupsi Toba pada 70.000 tahun SM
menyebabkan kerusakan besar di Nusantara dan setelah semua kembali normal
muncul tesis mengenai migrasi manusia dari Afrika ke Nusantara. Demikian pula dengan erupsi Maninjau pada
55.000 tahun SM yang ditingkahi oleh erupsi Gunung Sunda pada 50.000 tahun SM yang membentuk Bandung sebagai
Kaldera dan Gunung Tangkuban Perahu sebagai salah satu tepinya.
Pada 10.000 tahun SM, terjadi banjir besar dengan naikknya
muka air laut (sea level rise) yang
bila ditarik tahun sejarahnya dengan catatan agama dekat dengan jaman Nabi
Nuh. Sehingga, muncul thesis mengenai
Adam yang manusia pertama merupakan manusia pertama dari siklus terakhir. Menilik dari temuan Homo Sapiens yang berasal dari 150.000 tahun SM yang ditemukan di
Sanggiran, sebelum Adam telah ada manusia dari siklus sebelumnya.
Catatan tentang sejarah peradaban Nusantara hanya bisa
dilacak sampai abad ke 4 berupa Prasasti Kalingga. Sedangkan Manusia Sangiran teridentifikasi
ada di Jawa sejak 150.000 tahun SM.
Kemanakah catatan sejarah, budaya, teknologi, dan peradaban manusia
Nusantara? Catatan sejarah Nusantara
yang pada jaman purba disebut dengan Sunda
Land dengan North Sunda River malah
dikemukakan oleh pakar dari Eropa.
Mollen pada tahun 1937 memetakan aliran Sunda Land dan sungai-sungainya, menurutnya Sunda Land yang menyatu dari Thailand, Malaka, Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan merupakan kawasan padang rumput dadn hutan hujan yang sangat subur
dengan suhu 18—20 derajat celcius.
Sampai pada 10.000 tahun SM tenggelam oleh katastrofi naiknya muka air
laut sehingga dataran rendahnya terkubur di bawah laut, Laut Jawa, Selat
Karimata, Selat Malaka, dan Selat Sunda.
Pada 9.000 tahun SM air laut naik lagi, demikian pula pada 7.200 tahun
SM yang akhirnya memisahkan pulau-pulau di Nusantara. Kawasan yang sangat kaya dengan bahan-bahan
mineral seperti emas, lithium, lutil dan lain sebagainya. Pembuktian secara ilmiah dapat dilakukan
dengan menggunakan 3D Seismik yang memunculkan gambar-gambar sungai-sungai yang
ada di dasar Laut Jawa. Jejak peradaban
masa itu dapat ditelusuri dampau ke Teluk Thailand yang pada masa itu menjadi
bagian dari Sunda Land. Sungai Caudpraya yang membelah Thailand
merupakan bagian dari North Sunda Land
River. Terekam dengan menggunakan 3D
Seismik dan foto-foto satelit, bukan ada sungai tetapi Nampak adanya jaringan
irigasi yang tertata, bukti tingginya teknologi dan peradaban saat itu. Selain itu, catatan-catatan sejarah
katastrofi di Thailand yang dapat ditelusuri sampai 500 tahun SM menjadi
petunjuk sahi keberadaan Sunda Land.
Catatan sejarah lain tentang katastrofi dan peradaban di
Nusantara dapat ditelusuri di Banda Aceh pada catatan sejarah Kerajaan
Indrapura dan Indraparwa. Makam
Raja-Raja Indrapura dan Indraparwa yang berada di Banda Aceh, saat ini berada
di bawah permukaan laut dan semakin hari semakin tenggelan jauh. Turunnya tanah di Banda Aceh dikarenakan
tarikan (regangan) patahan Sumatera.
Pada tahun 1.200, Indrapuri dari Samudra Pasai membangun Masjid yang
menandakan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam. Masjid tersebut dibangun di atas bangunan
lain yang berbentuk candi peninggalan dari kerajaan sebelumnya, kerajaan Pra
Islam.
Catatan lain adalah Situs Batu Jaya yang ditemukan pada
tahun 1997. Di situs tersebut ada
catatan sejarah tentang tenggelamnya Jakarta oleh Banjir Bandang. Selain itu ada catatan lain tentang Gempa
Bumi yang terjadi pada tahun 1699 dikarenakan gerakan patahan yang ada di
Selatan Pulau Jawa. Catatan penting lain
tentu saja tentang erupsi Gunung Krakatau dan tsunami yang diakibatkannya pada
tahun 416 dan terulang lagi pada tahun 1883 dan meletus lagi pada tahun
1927. Situs Batu Jaya dengan Candi
Balandongan berjarak 14 KM dari pantai dan pernah terendam karena tsunami
akibat erupsi Gunung Krakatau pada tahun 416.
Masih ada candi lain lagi yang belum terteliti sampai saat ini.
Kanal Kerajaan Majapahit juga memberikan cerita yang lain
lagi. Kanal tersebut dibangun untuk sarana transportasi dan mengatasi
bencana. Terdapat lapisan-lapisan batu
bata dari jaman yang berbeda. Batu bata
laipsan teraras berasal dari abad keduabelas, dibangun dijaman Hayam
Wuruk. Lapisan kedua berasal dari abak
ketujuh dibangun dijaman Empu Sendok.
Lapisan terbawah berasal dari abad ketiga yang tidak diketahui siapa
yang membangunnya. Jadi, saat Raden
Wijaya membuka Alas Tarik untuk dijadikan lokasi pembangunan Kerajaan Majapahit
bukan tanpa sengaja. Pembangunan
Kerajaan Majapahit dilakukan di atas kerajaan lain yang terkubur oleh erupsi
Gunung Penanggungan. Buktinya lain
adalah Candi Kedaton yang ternyata dibangung di atas reruntuhan candi yang
lain.
Catatan lain tentang peradaban agung Nusantara yang terkubur
oleh katastrofi adalah Situs Gunung Padang.
Situs ini terletak di zona patahan Lembang – Cimandiri. Lokasinya tepat di tengah-tengah tapal kuda
bekas gunung purba yang meletus kurang lebih 1,5 juta SM. Di Gunung Padang, terdapat struktur bangunan
di luar situs saat ini. Bila dibandingkan
dengan Machu Pichu di Peru yang dibangun pada abad keempatbelas, masih lebih
besar dan lebih megah. Luasan Situs
Gunung Padang seluas 15 hektar yang artinya 10 kali dari luas Borobudur. Dibangun jauh kurang labih lima abad sebelum
masehi. Ditemukan adanya semen purba
diantara kolom-kolom batu berupa kerak logal yang setelah diteliti dengan
menggunakan jejak karbon.
Belajar dari
Peninggalan Peradaban dan Katastrofi
Belajar dari Candi Borobudur. Dibangun pada tahun 800 Masehi oleh
Smaratungga dari Dinaasti Syailendra dengan Gunadharma sebagai arsiteknya. Terkubur oleh erupsi Gunung Merapi dan
diketemukan kembali oleh Raffles pada tahun 1815. Dipugar kembali pada tahun 1973. Terdapat banyak relief dengan banyak kisah
dari berbagai tingkatan Borobudur, dan hanya sebagian yang dapat ditafsirkan
(relief tentang Sidharta Gautama, Mahabarata, dan Ramayana), tetapi banyak
relief yang tidak dapat ditafsir (manusia menggunakan helm dan bentuk piring
terbang). Bangunan sangat simetris dan
presisi dengan relief yang terukir halus.
Ternyata, Borobudur yang dibangun pada abad kedelapan tersebut dibangun
di atas bangunan lain. Hanya sekitar 10%
informasi tentang Borobudur yang terungkap sampai saat ini.
Belajar dari Situs Gunung Padang. Berumur 2.500 tahun (diperkirakan dibangun
pada tahun 500 SM). Terdapat struktur
batu dengan perekar semen puba.
Berdasara Carbon Dating,
diketahui ada bangunan lain di bawah Situs Gunung Padang. Terdapat gmbar tapak harimau dan gambar
kujang di bebatuan. Terdapat danau di
depan situs yang masuk ke Sungai Cimandiri dan bermuara di Pelabuhan Ratu. Kaki Situs kemungkinan tempat berlabuh
perahu. Bahkan, ada teknologi bantalan
pasir penahan getaran dyang diletakkan di bawah Situs Gunung Padang. Pasir setebal 30—40 CM yang diayak halus
dengan ukuran butiran yang sama, diletakkan dan ditata dengan sengaja.
Bebatuan dari Situs Gunung Padang berasal dari lelehan lava
(tubuh lava), membentuk columnar joints (tiang-tiang
batu atau lonjoran-lonjoran batu). Situs
Gunung Padang terdiri dari 4.000 pilar batu.
Bagaimana teknologi untuk
membangun dan menatanya? Strategi
pengungkapan dilakukan dengan pemugaran di luar pagar dan perlahan menuju
puncak (untuk sementara dimulai di permukaan), dari dasar sampai puncak. Pengungkapan bangunan di dalam, diungkap
kemudian.
Belajar hanya dari dua situs situ saja dapat disimpulkan
bahwa budaya, Ilmu pengetahuan, dan teknologi Nusantara sangat tinggi. Sayangnya, catatan sejarah, peradaban,
pengetahuan, dan teknologi adiluhung Nusantara tertimbun oleh katastrofi. Eksplorasi dilakukan untuk sekedar berbangga
diri semata tetapi untuk belajar tentang budaya, ilmu pengetahuan, dan
teknologi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini.
Belajar dari
Pengalaman-Pengalaman Lain
Katastrosi selalu berulang dan membentuk siklus. Terbukti dengan adanya bangunan-bangunan
besar nan megah yang teruruk dan tertimbun katastrofi. Harus dieksplorasi dan diekskavasi untuk
mengetahuai budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi masa lalu yang dimanfaatkan
untuk kesejahteraan rakyat pada saat ini.
Contohnya, Kerajaan Majapahit yang dibangun di atas reruntuhan kerajaan
sebelumnya yang dihancurkan oleh bencana alam.
Contoh lain keagungan budaya Nusantara adalah ditemukannya
topeng yang dibuat dari bahan semi konduktor di Jombang. Topeng yang berasal dari abad kelima ini
dibawa ke Jepang dan tidak diberitakan.
Adanya pihak-pihak tertentu yang tidak mau sejarah Nusantara terungkap.
Sejarah pertambangan juga mengungkap banyak cerita. Di
lokasi Tambang Newmont di Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat, ditemukan banyak
tembikar. Sudah dilaporkan ke Badan Arkeologi
Nasional, tetapi mendapat jawaban “tidak patut diteliti lebih lanjut”. Ternyata menurut sejarahnya, tambang tersebut
sudah ditambang sejak dahulu, sejak sebelum Gunung Tambora meletus pada tahun
1815. Demikian pula tambang pada abad
keempat, pada jaman Kalingga telah ada tambang-tambang besi yang dipergunakan
sebagai alat perang. Bahkan keris yang
bagus dibuat dari batu meteorit dan dibuat dengan tangan hampa. Legenda dan mitos disertai klenik menjadi
cara bagi manusia modern saat ini untuk merasionalisasi ketakmampuan
rosionalnya akan budaya, pengetahuan, dan teknologi masa lalu.
Candi Pari di Porong, merupakan candi penanda peristiwa
banjir lumpur pada masa lalu di kawasan Porong.
Manusia Nusantara belajar dari peristiwa alam pada sebuah kawasan. Pengeboran Lapindo tidak mempertimbangkan
fakta sejarah dan merasa menguasai teknologi terkini. Lapindo melakukan pengeboran di Porong bukan
tanpa pengetahuan tetapi terjebak pada underspect
dan penanganan yang tidak benar.
Situs Kaldera Mahameru (Brom0, Tengger, Semeru) belum
diteliti dan tidak ada referensi.
Semesterinya sangat menarik karena akan memunculkan penelitian baru
seperti ‘Arkeologi Vulalkanologi” atau “Arkeologi Geologi”.
Situs Gunung Padang tidak dapat diungkap dengan segera
karena adanya keberatan dari beberapa pihak.
Bukan saja karena kendala dengan budaya dan kepercayaan masyarakat Sunda
tetapi juga karena adanya pihak-pihak tertentu yang tidak ingin sejarah dan
budaya unggul Nusantara diungkap.
Terbukti dengan keraguan penguasa (pemerintah) untuk mengambil tindakan
dan keputusan. Khususnya ketaktegasan
menghadapi kepenting para Menteri yang saling menyandera. Sebagai contoh, Instruksi Presiden tidak
ditindaklanjuti oleh Menteri dan Dirjen, tetapi tidak ada tindakan keras dari Presiden. Team Mandiri benar-benar mandiri sehingga
terbebas dari sandera kepentingan dari pihak-pihak tertentu tersebut. Kedekatan dengan Andi Arif (Penasehat
Presiden Bidang Kebencanaan) dimanfaatkan untuk mempermudah perijinan dan
masalah administrasi. Birokrasi tidak
akan bekerja tanpa kepentinganya.
Pertarungan kepentingan bukan saja terjadi di lingkaran
penguasa (rezim) dan birokrasi saja, tetapi juga terjadi di lingkaran para ahli
geologi. Banyak ahli geologi dari luar
negeri yang datang meneliti dan ditolak karena tidak mau hasil penelitiann
diangkut ke luar negeri. Tetapi para
ahli geologi dalam negeri saling sikat atas temuan geologi dan mencoba untuk
menjatuhkan temuan dari kolega.
Mengacu pada Teori Konspirasi, banyak teknologi yang
dikuasai oleh USA dan Israel dengan tujuan-tujuan tertentu. Contohnya adalah Area 51, monopoli informasi dan teknologi untuk
kepentingan sendiri. Contoh yang lain,
banyak prasasti dan kitab lontar yang dibawa oleh Pemerintah Belanda ke Leiden
sejak jaman penjajahan dulu. Nusantara
telah kehilangan masa lalu dan sejarahnya.
Harus diungkap bukan untuk menjadi kawasan wisata semata tetapi untuk
membangun peradaban yang lebih baik di kemudian hari.
Hipotesis tenang Atlantis.
Paling cocok adalah Sunda Land yang
tenggelam karena naiknya muka air laut dan gunung meletus. Data dari Dani Hilman mendukung hipotesis
tersebut. Data lengkap tentang arkeologi
laut dimiliki oleh perusahaan-perusahaan minyak. Bisa dikumpulkan dan dielaborasi.
Sejak jaman purba, Jawa Timur berbentuk tapal kuda karena
bentukan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Berantas. Belanda membelokkan Sungai Bengawan Solo pada
abad kesembilan belas yang menjadi Ujung Pangkah. Ujung Galuh (Surabaya) menjadi hilang. Pelabuhan Kambang Putih di Pati, Pelabuhan
Muria, Lasem, dan Tuban mendangkal sehingga pelabuhan di Utara Jawa selalu
bergeser ke timur. Di Indonesia hanya
ada 2 orang ahli tentang pelabuhan purba, tetapi karena keterbatasan dana,
tidak banyak penelitian yang berhasil diungkap.
Penambangan pasir besi di selatan Jawa Timur seperti di
Jember, Lumajang, Malang, dan Blitar akan memperparah ancaman tsunami dari Laut
Indonesia. Kerentanan terhadap Tsunami
akan meningkat karena hilangnya gumuk (bukit) pasir. Ancaman terhadap lingkungan dan alam mengancam
keamanan manusia. Kondisi Pulau Jawa,
selatan terus menerus naik tetapi sisi utara terus menerus turun. Ancaman terhadap masuknya iar laut semakin
meningkat diiringi dengan naiknya muka air laut akibat global warming. Salah satu
contoh nyata perubahan permukaan Pulau Jawa adalah berbeloknya Sungai Bengawan
Solo Purba yang dulunya bermuara di selatan Pulau Jawa menjadi bermuara di
utara Pulau Jawa.
Siklus bumi bersifat dinamis. Di Indonesia saja ada 129 gunung berapi aktif
dan 22 berstatus waspada dengan 4 berstatus awas pada saat ini. Mitigasi bencana ke masyarakat kurang dan
kurang tahunya pemerintah terhadap ancaman bencana gunung berapi. Selain kematian dan rusaknya infrastuktur
serta ekonomi, gunung berapi akan berampak pada hilangnya kerifan local.
Global warming adalah
proses alami, tetapi campur tangan manusia memperparahnya. Saat ini kita berada di sklus terakhir global warming berdasar data dari 200
tahun terakhir. Setelahnya manusia dan
bumi akan menghadapi global cooling,
sebagai siklus dinamis bumi.
Keberadaan Gunung Wukir di Karang Ploso dan Gunung Katu di
Pakis Aji mirip punden berundak.
Berdasar peta geologi, kedua gunung tersebut merupakan bentukan magma
gunug berapi. Tetapi perlu penelitian
lebih lanjut karena bentuknya tidak berubah.
Ekplorasi dan penelitian dilakukan berdasarkan kecurigaan dan harus
dibuktikan.
Sejarah Nusa Tenggara Timur dikumpulkan dari syair dan
catatan mantra yang sayangnya dihancurkan oleh Gereka karena alas an mengancam
iman. Geologi adalah sejarah bumi,
hubungannya sangat kuat dengan sejarah manusia.
Di Flores ada situs-situs megaliltik dapat menjadi awal penelitian untuk
membuka tabir sejarah. Pulau Timor
memiliki batuan yang sama dengan Australia sampai ke Pulau Seram, Pulau Kei,
dan Papua. Memiliki landas kontinen yang
sama. Selat Timor merupakan selat yang
kaya akan minyak, cadangan minyak di Selat Timor saat ini sama dengan seluruh
cadangan seluruh Indonesia saat ini.
Sangat dikejar oleh Australia.
Sejarah adalah milik pemenang. Penulis sejarah sesuai kebutuhan rezim yang
berkuasa. Contoh: Sejarah Ken Arok yang
berbeda antara Pararaton dan Prasasti Kediri.
Sejarah manusia dan bumi membentuk sejarah budaya dan teknologi
manusia. Sejarah geologi membentuk
peradaban. Kraton (batuan yang paling
tua) yang ada di Victoria (Australia), Saudi Arabia, Afrika merupakan batuan yang
tidak bergerak karena aktvitas buminya berhenti. Indonesia adalah kawasan yang proses buminya
masih terus bergerak. Australia akan
membentur Pulau Jawa dan Nusa Tenggara kurang lebih pada 50 juta tahun
lagi. Benturan dua lempeng akan
membentuk kawasan baru, seperti lempeng India dan membentu Asia menciptakan
Pegunungan Himalaya.
Penutup
Babad Kediri yang ditulis pada tahun 1832 merupakan tulisan
yang dipesan oleh Pemerintah Kolonial Belanda setelah Perang Jawa
(Diponegoro). Caranya adalah membuat
seseorang kesurupan roh masa lalu dan dari omongan dan ocehannya ditulis
sebagai Babad Kediri. Tetapi ada
misteri-misteri yang terungkap pula. Di Gumarah
(Gurah pada saat ini) ditemukan Patung Totok Kerot, patung seorang raksaksa
perempuan yang ingin melamar Prabu Jayabaya.
Patung ditemukan pada tahun 1981 dengan deskripsi yang sama persis
dengan yang diceritakan di Babad Kediri.
Patung Totok Kerot terbenam dan tertutup erupsi beberapakali, Patung
yang terbukti secara ilmiah dibuat pada abab kesebelas.
Nusantara seharusnya memiliki peradaban yang tinggi, karena
merupakan kawasan hunian manusia sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Tetapi Nusantara mengalamai 4 kali Glasilasi
atau Katastropi. Dibuktikan dengan
adanya homo sapiens yang telah
menghuni Jawa. Sayangnya, sejarah
panjang Nusantara belum diajarkan selain itu pencarian sejarahpun belum
selesai. Ada masih banyak bukti sejarah
dan peradaban Nusantara yang belum terungkap dan masih tertimbun tanah. Sejarah menanti untuk diungkap.
Pagi yang mendung di pojok barat Malang
03 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar