Senin, 16 Juni 2014

THE NEW PROFAUNA



Tertegun menerima SMS dan surel berupa undangan dari kawan-kawan staf Profauna. Undangan dengan bunyi, “ Hari Minggu 1 Juni 2014, di PWEC Adventure, Pukul 10.00, Peluncuran New Proafuna”.  New Profauna? Profauna Baru? Ada apalagi gerangan? Kok tiba-tiba ada Profauna Baru? Bukannya setiap tahun, bahkan beberapa kali dalam setahun selalu ada yang baru di Profauna.  Entah supporter baru, entah volunteer baru, entah program baru, banyak hal yang selalu baru.  Apalagi ini yang baru?  Selalu ada kejutan dan selalu ada sesuatu yang baru dan segar di Profauna.
Kutanya sana dan sini, bukan hanya sesama supporter, kutanya pula para staff, bahkan kutanya langsung pada Pak Rosek, Sang Pendiri dan Komandan (Founder and Chairman)  Profauna.  Semua diam membisu, cuman jawaban “ada dech” atau “nanti saja disaksikan sendiri” yang kuterima.  Rasa penasaran semakin membuncah, keinginan untuk tahu sesuatu yang baru yang sering kali kusaksikan semakin meninggi.  Sampai saat harinya tiba.
Di hari itu, Hari Minggu, 1 Juni 2014, pagi-pagi sudah kuterima SMS dari Niar. “Pak nanti pasti datang khan? Ditunggu kehadirannya paling lambat pukul 10.30 untuk menyampaikan sepatah dua patah kata sambutam.”  Lho? Kok sedemikian penting dan resmi? Ada apa siang nanti di PWEC? Sesuatu yang penting pasti akan terjadi, sesuatu yang fenomenal pastinya.  Kupastikan pada Niar, pukul 10.00 aku sudah sampai sampai di PWEC. 
Pukul 09.00 aku tunggangi Si Kuda Biru, tunggangan lama yang kembali pulang setelah melanglang buana selama 3 tahun menjelajah Gunung Lemongan, menjadi kawan bagi relawan-relawan Laskar Hijau.  Belum pukul 10.00, kami sudah sampai di PWEC, dan suasana telah ramai riuh rendah oleh percakapan.  Bukan hanya kawan-kawan staff Profauna dan PWEC tetapi ada banyak undangan, baik kawan-kawan wartawan, ada kawan-kawan Lembaga Swadaya Masyarakat, ada berbagai kawan dari berbagai komunitas.

Launching New Profauna
Tepat pukul 10.30, acara dimulai oleh mbak Heni, kawan lama di Profauna yang sekarang berkarya sebagai staff di PWEC Adventure.  Setelah pembukaan, sedikit pengantar mengenai susunan acara Launching New Profauna dimulai.   Ternyata, aku tertuduh untuk menjadi pembuka untuk menyampikan kesan-kesan selama menjadi supporter Profauna.  Kehadiranku mewakili kawan-kawan supporter Malang Raya dan sebagai Advisory Board Profauna.  Dan setelahnya ada banyak kawan dari berbagai chapter bahkan Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, juga wartawan dari Alinasi Jurnalis Independen (AJI) Malang yang selama ini menjadi rekan sekerja Profauna.
Pada kesan pesan yang kusampaikan, setelah lebih dari sebelas tahun menjadi supporter Profauna, tidak ada yang perlu dikagetkan dengen sesuatu yang baru.  Walau, ada program, kegiatan, dan segala sesuatu yang baru, Profauna tidak akan berubah, Profauna akan  tetap konsisten.  Ya!!! Konsisten itulah kekuatan Profauna.  Konsisten berjuang untuk satwa dan alam Indonesia. Konsisten untuk tetap menjadi lembaga berbasis kerelawanan dan bukan pencari donor.  Konsisten untuk terus mendedukasi masyarakat dimanapun berada.  Konsisten untuk mengadvokasi tindakan criminal perusak alam.  Bahkan konsisten menjadi perawat ternak di lokasi bencana saat yang lain hanya memperhatikan manusianya saja.  Konsisten…. Itulah kekuatan terbesar profauna.  Konsisten bukan hanya dalam perkataan tetapi juga dalam perbuatan nyata demi lestarinya alam Indonesia. Tetapi, tak pelak acara launching new profauna tetap memunculkan tanda Tanya dan penasaran, karena kali ini dengan sengaja ada yang dirahasiakan dan terkesan misterius.
Pada kesan-kesan lain yang diungkapkan oleh mBak Ida Nurmala dari Chaptetr Sidoarjo.  Mbak Ida menyampaikan hal yang senada, tetapi bilau menekankan pada peran edukasi konservasi alam yang sangat kencang di Profauna.  Beliau mengatakan “edukasi konservasi menjadi inspirasi bagi saya sebagai seorang guru.  Walau saya sering diolok-olok sebagai orang gila oleh teman-teman guru yang lain, saya tetap melakukan edukasi konservasi.  Karena saya percaya edukasi konservasi penting bagi kehidupan anak cucu kita.”  Selain itu, mbak Ida terkesan oleh Profauna yang melakukan kegiatan yang di luar nalar kebiasaan orang kebanyakan.  Bukan saja edukasi dan advokasi saja, tetapi juga sampai turun ke daerah bencana untuk menolong ternak warga.  Bukan karena kurang kerjaan, tetapi berfikir jauh ke depan, memikirkan kehidupan para korban bencana setelah kembali pulang.  Pemikiran yang di luar kotak, “thinking out of the box”. Ujarnya.  “Profauna berfikir dan bekerja bukan semata untuk lestarinya alam saja tetapi juga untuk kelangsungan kehidupan, dan saya bangga menjadi supporter Profauna”. Ujar mbak ida menutup kesan-kesannya.
Selanjutnya adalah kesan-kesan dari Mas Ronry, mewakili Chapter Surabaya.  Mas Ronny yang merupakan salah seorang staf peneliti di Kebun Raya Purwodadi menyatakan, bahwa bergabung dengan Profauna memperluas ilmu dan jejaring karena selaras dengan pekerjaan dan hobinya.  Sebagai peneliti beliau mengatakan, “peneliti melakukan riset yang laporannya berhenti sampai di meja dan tersimpan rapi di rak, tetapi Profauna melakukan aksi nyata konservasi.” Mas Ronny menutup kesan-kesannya dengan sebuah pernyataan, “sebuah sinergi yang hebat untuk lestarinya alam, ada peneliti dan ada yang melakukan aksi nyata konservasi, layaknya yang dilakukan oleh Profauna.”
Kesan-kesan selanjutnya disampaikan oleh Mas Didik, Direktur dari Songa Rafting.  Mas Didik menyatakan bahwa lembaganya walau bergerak di bidang wisata alam dan petualangan hanya bertujuan untuk mencari keuntungan semata, sekaligus menyalurkan hobi dan kesenangan.  “Tetapi, setelah saya bertemu dengan Pak Rosek dan berdiskusi panjang lebar dan kemudian bergabung dengan Profauna, serasa saya menemukan hidayah.” Hidayah yang dimaksud adalah pentingnya menjaga kelestarian alam, karena bila alam lestari bisnis yang dijalankannya juga akan terjaga kelangsungannya.  Selain itu, tentu saja perusahaannya akan memiliki visi dan misi yang jauh lebih hebat, bukan sekedar menjual petualangan tetapi menyebarkan kesadaran tentang pelestarian alam.  Sembari menutup penyampaian kesan-kesanya, mas Didik mengatakan, “setelah bergabung dengan Profauna, perusahaan yang dibangun menjadi perusahaan meluas visi dan misinya. Menjadi Perusahaan yang bertanggung jawab pada karyawan (profit), masyarakat (people), dan alam (planet)”.  Sebuah pernyataan yang selaras dengan pemikiran Sustainable Business: People, Planet, and Profit.
Selanjutnya tampil Pak Agung Revolusi dari Departemen Perikanan dan Kelautan.  Pak Agung mengatakan bawah Profauna berbeda dengan yang organisasi lingkungan yang lain.  Profauna tidak anti Pemerintah dan bahkan bekerja sama dengan Pemerintah dalam menjaga kelestarian alam.  Selain itu, Profauna juga berperan aktif dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar kawasan konservasi. “Profauna seringkali bekerja bersama dan membantu Pemerintah, dalam menjaga kelestarian kawasan konservasi.  Tetapi, Profauna tetap kritis terhadap Pemerintah bila terjadi kebijakan yang bertentangan dengan prinsip kelestarian alam.” Tegas Pak Agung.  Kebijakan organisasi yang tidak enggan bermitra dengan Pemerintah tetapi tidak kehilangan sikap kritis terhadap segala bentuk kebijakan ataupun program Pemerintah yang menyalahi prinsip konservasi alam.
Selanjutnya Ezza menyampaikan kesan-kesannya.  Ezza adalah seorang supporter dari Kota Batu yang masih berstatus mahasiswa.  Ezza mengatakan, bahwa bergabung dengan Profauna memberikan pengetahuan lain selain yang diterima di bangku kuliah.  “Bahkan, pengetahuan dan pengalaman yang saya dapatkan di lapangan jauh lebih banyak dan lebih luas ketimbang yang saya terima di bangku kuliah,” tegas Ezza.  Ternyata, bukan sekedar hobi tersalurkan, bukan hanya idealism yang tetap terjaga, bergabung dengan Profauna memberikan pengalaman dan pengetahuan yang luas.  Pengalaman berorganisasi, pengalaman melakukan aksi nyata, dan bahkan pengalaman spiritual untuk menjaga lestarinya alam.
Berbagai kesan telah banyak disampaikan oleh beberapa orang yang memiliki pengalaman baik sebagai supporter maupun rekanan. Dengan latar belakang yang beragam bukan saja banyak kesan yang disampaikan, tetapi banyak perspektif yang bisa digali dan dibagikan pada seluruh peserta.  Selain memperkaya pengetahuan dan pengalaman, untaian kata dalam kesan-kesan ini menjadi untaian mutiara yang indah tentang kayanya pengetahuan dan pengalaman saat bergabung dengan Profauna.  Sebuah untaian mutiara pengalaman yang indah yang menjadi penyemangat bagi para supporter, staff, dan rekanan untuk terus bekerja sama dan bekerja bersama-sama Profauna.  Bukan untuk kemegahan pribadi tetapi demi lestarinya alam Indonesia.

New Profauna
Tiga saatnya peluncuran New Profauna, diawali dengan penjelasan dari Rosek Nursahid, Pendiri sekaligus PImpinan Profauna saat ini.  Rosek mengawali dengan cerita masa lalu, awal muasal Profauna yang berawal dari kelompok studi yang bernama Konservasi Satwa Bagi Kehidupan (KSBK)pada tahun 1994 yang terus bermetamorfosis menjadi Profauna pada tahun 2003.  Dijelaskan pula, “hasil dari rapat kerja pada bulan Maret dan perenungan selama di Kalimantan pada saat Ride for Borneo kemarin, Profauna akan berubah, benar-benar berubah, lahir baru sebagai New Profauna.”  Semakin menjadikan penasaran saja.  Apa yang baru, benar-benar baru dari Profauna hari ini.
Sebagai pengabtar, Rosek menjabarkan hasil dari rapat kerja., Rapat yang dihadiri oleh para staff dan beberapa anggota advisory board, menghasilkan visi dan misi baru, visi dan misi yang lebih luas.  Profauna baru nanti bukan hanya memfokuskan pada advokasi dan edukasi perlindungan satwa liar saja, tetapi sudah melebar menjadi perlindungan pada satwa liar, hutan sebagai habitat satwa liar, dan pemberdayaan masyrakat sekitar hutan.  Walau bukan sesuatu yang sangat baru, tetapi menjadi baru karena isu hutan dan masyarakat hutan bukan semata sebagai isu pendamping dari isu besar konservasi satwa liar.  Saat ini, isu satwa liar beriring bersama dan mendapat perhatian yang sama besarnya dengan isu konservasi hutan yang merupakan habitat satwa liar dan isu pemberdayaan masyarakat seputar hutan sebagai “pagar” pertama dan utama dari konservasi hutan dan satwa liar.
Selebrasi New Profauna diawali dengan pembukaan selubung logo yang terbingkai dalam sebuah pigura.  Nampak tulisan PROFAUNA tetap tertampang, tetapi logo Lutung Jawa yang selama ini dikenal berganti menjadi 3 gambar yang merangkai satu dengan yang lain.  Gambar Lutung Jawa tetap ada, walau tidak duduk, tetapi dengan pose berjalan ada ditengah-tengah, diapit oleh gambar pohon paku-pakuan dan gambar pepohonan nan rimbun, dua gambar mengenai hutan yang lestari.  DIbawah tulisan PROFAUNA tertampang tulisan lain “Protection of Forest & Fauna”, inilah New Profauna yang dimaksud.  Bila selama ini ProFauna identic dengan keberpihakan pada satwa liar, New Profauna jelas-jelas menyatakan keberpihakan yang lebih luas, berpihak dan membela hutan dan satwa liar.
Setelah menjelaskan arti dari logo baru dan kata-kata yang menjadi singkatan dari PROFAUNA bukan lagi ProFauna, Rosek menjelaskan “PROFAUNA saat ini memiliki kepanjangan, Protection of Forest and Fauna.”   Dijelaskan lebih lanjut, PROFAUNA adalah lembaga Non Profit berjaringan internasional yang bergerak di bidang pelindungan hutan dan satwa liar.  Kegiatan PROFAUNA bersifat Non Politis dan Non Kekerasan.  Bidang kegiatan PROFAUNA meliputi kampanye, pendidikan, investigasi, advokasi, dan pendampingan masyarakat.  Sebenarnya tidak ada yang berubah dari PROFAUNA, konsisten dengan nilai dan metoda aktivitas yang selama ini telah ada.  Sebenarnya tidak ada yang baru, dalam esensi dan nilai, hanya kepanjangan baru, logo baru, dan kepanjangan yang benar-benar baru ada.  PROFAUNA yang baru, hanya berganti baju dan berganti penampilan, tetapi visi, misi, tujuan, dan metoda perjuangan tetaplah sama dengan perluasan cakupan kerja.  Karena Isu satwa liar tidak akan dapat dipisahkan lagi dengan isu kelestarian hutan dan masyarakat sekitar hutan serta masyarakat luas tentunya.
Tentu saja perubahan logo dan adanya kepanjangan baru yang menandakan keluasan cakupan kerja  PROFAUNA yang semakin meluas memunculkan konsekuensi baru yang lebih luas tentunya.  Fokus kegiatan dan kebijakan PROFAUNA berkembang menjadi lebih luas dan kompleks, pekerjaan yang semakin besar dan semakin berat menanti.  Terdiri dari:
1.       Combating Wildlife Crime.  Perdagangan illegal satwa liar menjadi ancaman paling serius bagi kelestarian satwa liar di alam setelah deforestasi.  Perdagangan satwa liar selain melanggar hukum, juga sarat dengan kekejaman terhadap satwa.
2.       Protect the Forest.  Deforestasi yang begitu cepat di Indonesia, mendorong PROFAUNA untuk turut bekerja untuk melestarikan hutan yang tersisa dengan melibatkan partisipasi masyarakat local.
3.       Against Wildlife Abuse.  PROFAUNA percaya bahwa tidak sepatutnya satwa liar dieksploitas untuk kepentingan pertunjukan, satwa peliharaan untuk hobby, dan perburuan.  Satwa liar seharusnya berada di alam bebas untuk menjalankan fungsinya sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem.
4.       Ranger.  PROFAUNA membentuk tim relawan untuk menjaga hutan dan mencegah perburuan satwa liar di kawasan konservasi alam yang disebut Ranger PROFAUNA.  PROFAUNA juga mendukung kelompok-kelompok masyarakat lain yang berinisiatif membentuk Ranger untuk menjaga hutan dan alam di daerah masing-masing secara mandiri.
5.       Support Local Community.  PROFAUNA percaya bahwa uoaya pelestarian hutan dan satwa liar itu akan lebh efektif jika melibatkan masyatakat local.  Untu itu, PROFAUNA mendorong keterlibatan masyarakat local dan juga mendukungnya melalui pendanaan, pelatihan, dan pendampingan.
6.       Grassroots Movement.  PROFAUNA percaya bahwa setiap orang memunyai tanggung jawab untuk melestarikan hutan dan satwa liar.  PROFAUNA memberui kesempatan pada setiap orang yang peduli terhadap pelestarian hutan dan satwa liar untuk bergabung menjadi Supporter PROFAUNA.
“PROFAUNA memberi kesempatan kepada masyarakat luas yang peduli pelestaian hutan dan satwa liar Indonesia untuk bergabung menjadi Supporter PROFAUNA.  Saat ini Supporter PROFAUNA tersebar luas di seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri dengan latar belakang yang berbeda ada pelajar, mahasiswa, guru, dosen, usahawan, pegawai negeri sipil, aktivis LSM, seniman, selebritis, hingga ibu rumah tangga.” Kata Rosek. “Satwa liar dan hutan tidak bisa bicara, namun kita bisa bicara dan berbuat untuk mereka.  Saatnya kita semua membantu satwa liar dan hutan Indonesia beraksi bersama sebagai Supporter PROFAUNA, sekarang juga!” Tukas Rosek mengakhiri pemaparannya.

Pendantanganan Nota Kesepahaman (MoU)
Setelah peluncuran New PROFAUNA, acara selanjutnya adalah penandatangan Nota Kesepahaman (MoU) antara PROFAUNA dengan dua lembaga masyarakat (civil society) atau komunitas masyarakat yang bekerja untuk menjaga lestarinya alam di daerah masing-masing.  Dua lembaga tersebut mewakili juga cakupan kerja PROFAUNA, yang pertama adalah LASKAR HIJAU, merupakan organisasi kerelawanan dari rakyat di kaki Gunung Lemongan, Klakah, Lumajang yang bekerja untuk melakukan reforestasi.   Sedangkan yang kedua adalah, POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) Gatra Alam Lestari Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang yang bekerja untuk pelestarian pesisir dan penyu di kawasan Pantai Sendang Biru dan sekitarnya.
Laskar Hijau yang aktif melakukan penghutahanan kembali Gunung Lemongan telah bekerja sejak tahun 2008.  Lembaga Kerelawanan Penghutanan ini didirikan dan dipimpin oleh A’ak Abdullah Al-Kudus, pemuda local yang peduli terhadap pengundulan dan ancaman longsor serta penurunan debit air di sejumlah Ranu di kaki Gunung Lemongan.  Laskar Hijau bekerja sama dan bekerja bersama PROFAUNA  untuk Program Ranger Hutan Lemongan, bukan saja mencegah perburuan satwa liar yang sudah jamak di kaki Gunung Lemongan tetapi juga untuk mencegah pencurian kayu dan perusakan hutan dan alam Gunung Lemongan lainnya.  Selain itu, PROFAUNA akan membantu segala bentuk edukasi untuk masyarakat sekitar Hutan Lemongan serta advokasi terhadap kebijakan-kebijakan (Perhutani dan Pemkab Lumajang) yang bertentangan dengan Perundangan dan Peraturan tentang Pelestarian Alam.  Kerja sama yang bukan semata memenuhi visi, misi, dan tujuan kedua lembaga tetapi untuk kelestarian hutan, satwa liar, dan kehidupan di kaki Gunung Lemongan.
Kelompok Masyarakat Pengawas (PokMasWas) Gatra Alam Lestari merupakan kelompok masyarakat local Pantai Sendang Biru dan sekitarnya, pantai yang masuk Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang, yang bekerja untuk menjaga lestarinya pesisir pantai selatan serta konservasi penyu.  PokMasWas Gatra Alam Lestari telah cukup lama bekerja untuk melestarikan penyu, menjaga lestarinya terumbu karang, dan ekosistem laut di pantai selatan, khususnya Pantai Sendang Biru dan sekitarnya.  PokMasWas bekerja sama dan bekerja bersama dengan PROFAUNA terkait dengan konservasi penyu serta edukasi kepada masyarakat di Pantai Selatan Malang untuk menjaga lestarinya penyu demi kehidupan yang lestari.  Selain itu, berbagai bentuk kerja sama yang lain juga telah disepakati bersama antara PROFAUNA dan PokMAsWas Gatra Alam Lestari.

Seremoni Penanaman Pohon Sukun di Takakura
Pada akhir acara launching New PROFAUNA kali ini, setelah pemaparan dan berbagi cerita tentang Ride For Borneo oleh Rosek Nursahid, dilakukan penanaman pohon sebagai symbol awal baru dari PROFAUNA dan awal kerjasama dengan Laskar Hijau dan PokMasWas Gatra Alam Lestari.  Pohon yang  ditanam di lahan Takakura PWEC Adventure, seakan menjadi symbol bagi ketiga lembaga dan para insan yang ada di dalamnya untuk bersepakat, menanamkan kecintaan akan hutan, laut, dan satwa liar Indonesia.  Kecintaan yang bukan hanya dimiliki sendiri, tetapi kecintaan yang akan selalu ditularkan pada siapapun, kapanpun, dan dimanapun berada.  Bukan hanya melalui kata-kata tetapi juga dalam perbuatan dan tentu saja tindakan nyata.
Acara yang sacral tetapi dibalut dengan suasana nyaman, akrab, dan penuh kekeluargaan ini diakhiri dengan melakukan foto bersama.  Pengambilan foto yang bukan untuk tampil bagi diri sendiri, tetapi sebagai pengikat persaudaraan dalam aksi nyata menjaga lestarinya satwa, hutan, dan alam liar Indonesia.  Foto yang suatu saat menjadi pengingat bahwa kita pernah bersepakat untuk berkarya dan bekerja secara nyata untuk menjaga lestarinya satwa, hutan, dan alam liar Indonesia.  Semangat baru telah dikumandangkan, tantangan yang lebih besar Nampak jelas di depan mata, dan karya serta aksi nyata yang lebih hebat akan dikerjakan.
PROFAUNA….. MAJU….!!!

Kawasan Tidar di Perbatasan Kota dan Kabupaten Malang,
Pagi menjelang siang, 16 Juni 2014
Daniel S. Stephanus  

Tidak ada komentar: