Tertegun menerima SMS dan surel berupa undangan dari
kawan-kawan staf Profauna. Undangan dengan bunyi, “ Hari Minggu 1 Juni 2014, di
PWEC Adventure, Pukul 10.00,
Peluncuran New Proafuna”. New Profauna?
Profauna Baru? Ada apalagi gerangan? Kok tiba-tiba ada Profauna Baru? Bukannya
setiap tahun, bahkan beberapa kali dalam setahun selalu ada yang baru di
Profauna. Entah supporter baru, entah volunteer
baru, entah program baru, banyak hal yang selalu baru. Apalagi ini yang baru? Selalu ada kejutan dan selalu ada sesuatu
yang baru dan segar di Profauna.
Kutanya sana dan sini, bukan hanya sesama supporter, kutanya pula para staff, bahkan kutanya langsung pada Pak
Rosek, Sang Pendiri dan Komandan (Founder
and Chairman) Profauna. Semua diam membisu, cuman jawaban “ada dech”
atau “nanti saja disaksikan sendiri” yang kuterima. Rasa penasaran semakin membuncah, keinginan
untuk tahu sesuatu yang baru yang sering kali kusaksikan semakin meninggi. Sampai saat harinya tiba.
Di hari itu, Hari Minggu, 1 Juni 2014, pagi-pagi sudah
kuterima SMS dari Niar. “Pak nanti pasti datang khan? Ditunggu kehadirannya
paling lambat pukul 10.30 untuk menyampaikan sepatah dua patah kata
sambutam.” Lho? Kok sedemikian penting
dan resmi? Ada apa siang nanti di PWEC? Sesuatu yang penting pasti akan
terjadi, sesuatu yang fenomenal pastinya.
Kupastikan pada Niar, pukul 10.00 aku sudah sampai sampai di PWEC.
Pukul 09.00 aku tunggangi Si Kuda Biru, tunggangan lama yang
kembali pulang setelah melanglang buana selama 3 tahun menjelajah Gunung
Lemongan, menjadi kawan bagi relawan-relawan Laskar Hijau. Belum pukul 10.00, kami sudah sampai di PWEC,
dan suasana telah ramai riuh rendah oleh percakapan. Bukan hanya kawan-kawan staff Profauna dan PWEC tetapi ada banyak undangan, baik
kawan-kawan wartawan, ada kawan-kawan Lembaga Swadaya Masyarakat, ada berbagai
kawan dari berbagai komunitas.
Launching New Profauna
Tepat pukul 10.30, acara dimulai oleh mbak Heni, kawan lama
di Profauna yang sekarang berkarya sebagai staff
di PWEC Adventure. Setelah pembukaan, sedikit pengantar
mengenai susunan acara Launching New
Profauna dimulai. Ternyata, aku tertuduh untuk menjadi pembuka
untuk menyampikan kesan-kesan selama menjadi supporter Profauna.
Kehadiranku mewakili kawan-kawan supporter
Malang Raya dan sebagai Advisory
Board Profauna. Dan setelahnya ada
banyak kawan dari berbagai chapter bahkan
Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, juga wartawan
dari Alinasi Jurnalis Independen (AJI) Malang yang selama ini menjadi rekan
sekerja Profauna.
Pada kesan pesan yang kusampaikan, setelah lebih dari
sebelas tahun menjadi supporter Profauna,
tidak ada yang perlu dikagetkan dengen sesuatu yang baru. Walau, ada program, kegiatan, dan segala
sesuatu yang baru, Profauna tidak akan berubah, Profauna akan tetap konsisten. Ya!!! Konsisten itulah kekuatan
Profauna. Konsisten berjuang untuk satwa
dan alam Indonesia. Konsisten untuk tetap menjadi lembaga berbasis kerelawanan
dan bukan pencari donor. Konsisten untuk
terus mendedukasi masyarakat dimanapun berada.
Konsisten untuk mengadvokasi tindakan criminal perusak alam. Bahkan konsisten menjadi perawat ternak di
lokasi bencana saat yang lain hanya memperhatikan manusianya saja. Konsisten…. Itulah kekuatan terbesar
profauna. Konsisten bukan hanya dalam
perkataan tetapi juga dalam perbuatan nyata demi lestarinya alam Indonesia. Tetapi,
tak pelak acara launching new profauna
tetap memunculkan tanda Tanya dan penasaran, karena kali ini dengan sengaja ada
yang dirahasiakan dan terkesan misterius.
Pada kesan-kesan lain yang diungkapkan oleh mBak Ida Nurmala
dari Chaptetr Sidoarjo. Mbak Ida
menyampaikan hal yang senada, tetapi bilau menekankan pada peran edukasi
konservasi alam yang sangat kencang di Profauna. Beliau mengatakan “edukasi konservasi menjadi
inspirasi bagi saya sebagai seorang guru.
Walau saya sering diolok-olok sebagai orang gila oleh teman-teman guru
yang lain, saya tetap melakukan edukasi konservasi. Karena saya percaya edukasi konservasi
penting bagi kehidupan anak cucu kita.”
Selain itu, mbak Ida terkesan oleh Profauna yang melakukan kegiatan yang
di luar nalar kebiasaan orang kebanyakan.
Bukan saja edukasi dan advokasi saja, tetapi juga sampai turun ke daerah
bencana untuk menolong ternak warga.
Bukan karena kurang kerjaan, tetapi berfikir jauh ke depan, memikirkan
kehidupan para korban bencana setelah kembali pulang. Pemikiran yang di luar kotak, “thinking out
of the box”. Ujarnya. “Profauna berfikir
dan bekerja bukan semata untuk lestarinya alam saja tetapi juga untuk
kelangsungan kehidupan, dan saya bangga menjadi supporter Profauna”. Ujar mbak ida menutup kesan-kesannya.
Selanjutnya adalah kesan-kesan dari Mas Ronry, mewakili Chapter Surabaya. Mas Ronny yang merupakan salah seorang staf
peneliti di Kebun Raya Purwodadi menyatakan, bahwa bergabung dengan Profauna
memperluas ilmu dan jejaring karena selaras dengan pekerjaan dan hobinya. Sebagai peneliti beliau mengatakan, “peneliti
melakukan riset yang laporannya berhenti sampai di meja dan tersimpan rapi di
rak, tetapi Profauna melakukan aksi nyata konservasi.” Mas Ronny menutup
kesan-kesannya dengan sebuah pernyataan, “sebuah sinergi yang hebat untuk
lestarinya alam, ada peneliti dan ada yang melakukan aksi nyata konservasi,
layaknya yang dilakukan oleh Profauna.”
Kesan-kesan selanjutnya disampaikan oleh Mas Didik, Direktur
dari Songa Rafting. Mas Didik menyatakan
bahwa lembaganya walau bergerak di bidang wisata alam dan petualangan hanya
bertujuan untuk mencari keuntungan semata, sekaligus menyalurkan hobi dan
kesenangan. “Tetapi, setelah saya
bertemu dengan Pak Rosek dan berdiskusi panjang lebar dan kemudian bergabung
dengan Profauna, serasa saya menemukan hidayah.” Hidayah yang dimaksud adalah
pentingnya menjaga kelestarian alam, karena bila alam lestari bisnis yang
dijalankannya juga akan terjaga kelangsungannya. Selain itu, tentu saja perusahaannya akan
memiliki visi dan misi yang jauh lebih hebat, bukan sekedar menjual petualangan
tetapi menyebarkan kesadaran tentang pelestarian alam. Sembari menutup penyampaian kesan-kesanya,
mas Didik mengatakan, “setelah bergabung dengan Profauna, perusahaan yang
dibangun menjadi perusahaan meluas visi dan misinya. Menjadi Perusahaan yang
bertanggung jawab pada karyawan (profit),
masyarakat (people), dan alam (planet)”. Sebuah pernyataan yang selaras dengan
pemikiran Sustainable Business: People,
Planet, and Profit.
Selanjutnya tampil Pak Agung Revolusi dari Departemen
Perikanan dan Kelautan. Pak Agung
mengatakan bawah Profauna berbeda dengan yang organisasi lingkungan yang
lain. Profauna tidak anti Pemerintah dan
bahkan bekerja sama dengan Pemerintah dalam menjaga kelestarian alam. Selain itu, Profauna juga berperan aktif
dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya masyarakat di sekitar
kawasan konservasi. “Profauna seringkali bekerja bersama dan membantu Pemerintah,
dalam menjaga kelestarian kawasan konservasi.
Tetapi, Profauna tetap kritis terhadap Pemerintah bila terjadi kebijakan
yang bertentangan dengan prinsip kelestarian alam.” Tegas Pak Agung. Kebijakan organisasi yang tidak enggan
bermitra dengan Pemerintah tetapi tidak kehilangan sikap kritis terhadap segala
bentuk kebijakan ataupun program Pemerintah yang menyalahi prinsip konservasi
alam.
Selanjutnya Ezza menyampaikan kesan-kesannya. Ezza adalah seorang supporter dari Kota Batu yang masih berstatus mahasiswa. Ezza mengatakan, bahwa bergabung dengan
Profauna memberikan pengetahuan lain selain yang diterima di bangku
kuliah. “Bahkan, pengetahuan dan
pengalaman yang saya dapatkan di lapangan jauh lebih banyak dan lebih luas
ketimbang yang saya terima di bangku kuliah,” tegas Ezza. Ternyata, bukan sekedar hobi tersalurkan,
bukan hanya idealism yang tetap terjaga, bergabung dengan Profauna memberikan
pengalaman dan pengetahuan yang luas.
Pengalaman berorganisasi, pengalaman melakukan aksi nyata, dan bahkan
pengalaman spiritual untuk menjaga lestarinya alam.
Berbagai kesan telah banyak disampaikan oleh beberapa orang
yang memiliki pengalaman baik sebagai supporter
maupun rekanan. Dengan latar belakang yang beragam bukan saja banyak kesan
yang disampaikan, tetapi banyak perspektif yang bisa digali dan dibagikan pada
seluruh peserta. Selain memperkaya
pengetahuan dan pengalaman, untaian kata dalam kesan-kesan ini menjadi untaian
mutiara yang indah tentang kayanya pengetahuan dan pengalaman saat bergabung dengan
Profauna. Sebuah untaian mutiara pengalaman
yang indah yang menjadi penyemangat bagi para supporter, staff, dan rekanan untuk terus bekerja sama dan bekerja
bersama-sama Profauna. Bukan untuk
kemegahan pribadi tetapi demi lestarinya alam Indonesia.
New Profauna
Tiga saatnya peluncuran New
Profauna, diawali dengan penjelasan dari Rosek Nursahid, Pendiri sekaligus
PImpinan Profauna saat ini. Rosek
mengawali dengan cerita masa lalu, awal muasal Profauna yang berawal dari
kelompok studi yang bernama Konservasi Satwa Bagi Kehidupan (KSBK)pada tahun
1994 yang terus bermetamorfosis menjadi Profauna pada tahun 2003. Dijelaskan pula, “hasil dari rapat kerja pada
bulan Maret dan perenungan selama di Kalimantan pada saat Ride for Borneo kemarin, Profauna akan berubah, benar-benar
berubah, lahir baru sebagai New Profauna.” Semakin menjadikan penasaran saja. Apa yang baru, benar-benar baru dari Profauna
hari ini.
Sebagai pengabtar, Rosek menjabarkan hasil dari rapat
kerja., Rapat yang dihadiri oleh para staff dan beberapa anggota advisory board, menghasilkan visi dan
misi baru, visi dan misi yang lebih luas.
Profauna baru nanti bukan hanya memfokuskan pada advokasi dan edukasi
perlindungan satwa liar saja, tetapi sudah melebar menjadi perlindungan pada
satwa liar, hutan sebagai habitat satwa liar, dan pemberdayaan masyrakat
sekitar hutan. Walau bukan sesuatu yang
sangat baru, tetapi menjadi baru karena isu hutan dan masyarakat hutan bukan
semata sebagai isu pendamping dari isu besar konservasi satwa liar. Saat ini, isu satwa liar beriring bersama dan
mendapat perhatian yang sama besarnya dengan isu konservasi hutan yang
merupakan habitat satwa liar dan isu pemberdayaan masyarakat seputar hutan
sebagai “pagar” pertama dan utama dari konservasi hutan dan satwa liar.
Selebrasi New Profauna
diawali dengan pembukaan selubung logo yang terbingkai dalam sebuah
pigura. Nampak tulisan PROFAUNA tetap
tertampang, tetapi logo Lutung Jawa yang selama ini dikenal berganti menjadi 3
gambar yang merangkai satu dengan yang lain.
Gambar Lutung Jawa tetap ada, walau tidak duduk, tetapi dengan pose
berjalan ada ditengah-tengah, diapit oleh gambar pohon paku-pakuan dan gambar
pepohonan nan rimbun, dua gambar mengenai hutan yang lestari. DIbawah tulisan PROFAUNA tertampang tulisan
lain “Protection of Forest & Fauna”,
inilah New Profauna yang
dimaksud. Bila selama ini ProFauna identic
dengan keberpihakan pada satwa liar, New
Profauna jelas-jelas menyatakan keberpihakan yang lebih luas, berpihak dan
membela hutan dan satwa liar.
Setelah menjelaskan arti dari logo baru dan kata-kata yang
menjadi singkatan dari PROFAUNA bukan lagi ProFauna, Rosek menjelaskan “PROFAUNA
saat ini memiliki kepanjangan, Protection
of Forest and Fauna.” Dijelaskan
lebih lanjut, PROFAUNA adalah lembaga Non Profit berjaringan internasional yang
bergerak di bidang pelindungan hutan dan satwa liar. Kegiatan PROFAUNA bersifat Non Politis dan
Non Kekerasan. Bidang kegiatan PROFAUNA
meliputi kampanye, pendidikan, investigasi, advokasi, dan pendampingan
masyarakat. Sebenarnya tidak ada yang
berubah dari PROFAUNA, konsisten dengan nilai dan metoda aktivitas yang selama
ini telah ada. Sebenarnya tidak ada yang
baru, dalam esensi dan nilai, hanya kepanjangan baru, logo baru, dan
kepanjangan yang benar-benar baru ada.
PROFAUNA yang baru, hanya berganti baju dan berganti penampilan, tetapi
visi, misi, tujuan, dan metoda perjuangan tetaplah sama dengan perluasan
cakupan kerja. Karena Isu satwa liar
tidak akan dapat dipisahkan lagi dengan isu kelestarian hutan dan masyarakat
sekitar hutan serta masyarakat luas tentunya.
Tentu saja perubahan logo dan adanya kepanjangan baru yang
menandakan keluasan cakupan kerja PROFAUNA yang semakin meluas memunculkan
konsekuensi baru yang lebih luas tentunya.
Fokus kegiatan dan kebijakan PROFAUNA berkembang menjadi lebih luas dan
kompleks, pekerjaan yang semakin besar dan semakin berat menanti. Terdiri dari:
1.
Combating
Wildlife Crime. Perdagangan illegal satwa
liar menjadi ancaman paling serius bagi kelestarian satwa liar di alam setelah
deforestasi. Perdagangan satwa liar
selain melanggar hukum, juga sarat dengan kekejaman terhadap satwa.
2.
Protect
the Forest. Deforestasi yang begitu
cepat di Indonesia, mendorong PROFAUNA untuk turut bekerja untuk melestarikan
hutan yang tersisa dengan melibatkan partisipasi masyarakat local.
3.
Against
Wildlife Abuse. PROFAUNA percaya
bahwa tidak sepatutnya satwa liar dieksploitas untuk kepentingan pertunjukan,
satwa peliharaan untuk hobby, dan perburuan.
Satwa liar seharusnya berada di alam bebas untuk menjalankan fungsinya
sebagai bagian dari keseimbangan ekosistem.
4.
Ranger. PROFAUNA membentuk tim relawan untuk
menjaga hutan dan mencegah perburuan satwa liar di kawasan konservasi alam yang
disebut Ranger PROFAUNA. PROFAUNA juga
mendukung kelompok-kelompok masyarakat lain yang berinisiatif membentuk Ranger
untuk menjaga hutan dan alam di daerah masing-masing secara mandiri.
5.
Support
Local Community. PROFAUNA percaya
bahwa uoaya pelestarian hutan dan satwa liar itu akan lebh efektif jika
melibatkan masyatakat local. Untu itu,
PROFAUNA mendorong keterlibatan masyarakat local dan juga mendukungnya melalui
pendanaan, pelatihan, dan pendampingan.
6.
Grassroots
Movement. PROFAUNA percaya bahwa
setiap orang memunyai tanggung jawab untuk melestarikan hutan dan satwa
liar. PROFAUNA memberui kesempatan pada
setiap orang yang peduli terhadap pelestarian hutan dan satwa liar untuk bergabung
menjadi Supporter PROFAUNA.
“PROFAUNA memberi kesempatan kepada masyarakat luas yang
peduli pelestaian hutan dan satwa liar Indonesia untuk bergabung menjadi Supporter PROFAUNA. Saat ini Supporter
PROFAUNA tersebar luas di seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri dengan
latar belakang yang berbeda ada pelajar, mahasiswa, guru, dosen, usahawan,
pegawai negeri sipil, aktivis LSM, seniman, selebritis, hingga ibu rumah
tangga.” Kata Rosek. “Satwa liar dan hutan tidak bisa bicara, namun kita bisa
bicara dan berbuat untuk mereka. Saatnya
kita semua membantu satwa liar dan hutan Indonesia beraksi bersama sebagai Supporter PROFAUNA, sekarang juga!”
Tukas Rosek mengakhiri pemaparannya.
Pendantanganan Nota
Kesepahaman (MoU)
Setelah peluncuran New
PROFAUNA, acara selanjutnya adalah penandatangan Nota Kesepahaman (MoU)
antara PROFAUNA dengan dua lembaga masyarakat (civil society) atau komunitas masyarakat yang bekerja untuk menjaga
lestarinya alam di daerah masing-masing.
Dua lembaga tersebut mewakili juga cakupan kerja PROFAUNA, yang pertama
adalah LASKAR HIJAU, merupakan organisasi kerelawanan dari rakyat di kaki
Gunung Lemongan, Klakah, Lumajang yang bekerja untuk melakukan reforestasi. Sedangkan yang kedua adalah, POKMASWAS
(Kelompok Masyarakat Pengawas) Gatra Alam Lestari Desa Sitiarjo, Kecamatan
Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang yang bekerja untuk pelestarian pesisir
dan penyu di kawasan Pantai Sendang Biru dan sekitarnya.
Laskar Hijau yang aktif melakukan penghutahanan kembali
Gunung Lemongan telah bekerja sejak tahun 2008.
Lembaga Kerelawanan Penghutanan ini didirikan dan dipimpin oleh A’ak Abdullah
Al-Kudus, pemuda local yang peduli terhadap pengundulan dan ancaman longsor
serta penurunan debit air di sejumlah Ranu di kaki Gunung Lemongan. Laskar Hijau bekerja sama dan bekerja bersama
PROFAUNA untuk Program Ranger Hutan
Lemongan, bukan saja mencegah perburuan satwa liar yang sudah jamak di kaki
Gunung Lemongan tetapi juga untuk mencegah pencurian kayu dan perusakan hutan
dan alam Gunung Lemongan lainnya. Selain
itu, PROFAUNA akan membantu segala bentuk edukasi untuk masyarakat sekitar
Hutan Lemongan serta advokasi terhadap kebijakan-kebijakan (Perhutani dan
Pemkab Lumajang) yang bertentangan dengan Perundangan dan Peraturan tentang
Pelestarian Alam. Kerja sama yang bukan
semata memenuhi visi, misi, dan tujuan kedua lembaga tetapi untuk kelestarian
hutan, satwa liar, dan kehidupan di kaki Gunung Lemongan.
Kelompok Masyarakat Pengawas (PokMasWas) Gatra Alam Lestari
merupakan kelompok masyarakat local Pantai Sendang Biru dan sekitarnya, pantai
yang masuk Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumber Manjing Wetan, Kabupaten Malang,
yang bekerja untuk menjaga lestarinya pesisir pantai selatan serta konservasi
penyu. PokMasWas Gatra Alam Lestari
telah cukup lama bekerja untuk melestarikan penyu, menjaga lestarinya terumbu
karang, dan ekosistem laut di pantai selatan, khususnya Pantai Sendang Biru dan
sekitarnya. PokMasWas bekerja sama dan
bekerja bersama dengan PROFAUNA terkait dengan konservasi penyu serta edukasi
kepada masyarakat di Pantai Selatan Malang untuk menjaga lestarinya penyu demi
kehidupan yang lestari. Selain itu,
berbagai bentuk kerja sama yang lain juga telah disepakati bersama antara
PROFAUNA dan PokMAsWas Gatra Alam Lestari.
Seremoni Penanaman
Pohon Sukun di Takakura
Pada akhir acara launching
New PROFAUNA kali ini, setelah pemaparan dan berbagi cerita tentang Ride For Borneo oleh Rosek Nursahid,
dilakukan penanaman pohon sebagai symbol awal baru dari PROFAUNA dan awal
kerjasama dengan Laskar Hijau dan PokMasWas Gatra Alam Lestari. Pohon yang
ditanam di lahan Takakura PWEC Adventure, seakan menjadi symbol bagi
ketiga lembaga dan para insan yang ada di dalamnya untuk bersepakat, menanamkan
kecintaan akan hutan, laut, dan satwa liar Indonesia. Kecintaan yang bukan hanya dimiliki sendiri,
tetapi kecintaan yang akan selalu ditularkan pada siapapun, kapanpun, dan
dimanapun berada. Bukan hanya melalui
kata-kata tetapi juga dalam perbuatan dan tentu saja tindakan nyata.
Acara yang sacral tetapi dibalut dengan suasana nyaman, akrab,
dan penuh kekeluargaan ini diakhiri dengan melakukan foto bersama. Pengambilan foto yang bukan untuk tampil bagi
diri sendiri, tetapi sebagai pengikat persaudaraan dalam aksi nyata menjaga
lestarinya satwa, hutan, dan alam liar Indonesia. Foto yang suatu saat menjadi pengingat bahwa
kita pernah bersepakat untuk berkarya dan bekerja secara nyata untuk menjaga
lestarinya satwa, hutan, dan alam liar Indonesia. Semangat baru telah dikumandangkan, tantangan
yang lebih besar Nampak jelas di depan mata, dan karya serta aksi nyata yang
lebih hebat akan dikerjakan.
PROFAUNA….. MAJU….!!!
Kawasan Tidar di Perbatasan Kota dan Kabupaten Malang,
Pagi menjelang siang, 16 Juni 2014
Daniel S. Stephanus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar