Salah satu penyebab melemahnya rupiah thd dollar krn utang luar negeri korporasi meningkat. Data dr Bank Indonesia menyebutkan, sampai bulan oktober 2014 utang luar negeri korporasi sebesar 161,29 Milliar USD, naik 1,22% dr bulan sebelumnya yg telah mencapai 159,35 Miliar USD. Sedangkan utang luar negeri pemerintah mencapai 126,55 Miliar USD naik 0.9% dr bulan sebelumnya yg. sebesa r 125,41 USD. Secara total, utang luar negeri Indonesia pd bulan oktober mencapai 294,46 Miliar USD, swasta mencapai 54,8% yg 77,5% dikuasi oleh sektor keuangan, industi pengelolaan, pertambangan, listrik, gas, dan air. Posisi utang luar negeri Indonesia telah mencapai 31,2% thd Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Jauh lebih ketimbang negara2 lain spt India (23,5%), Brazil (21,6%), China (8,5%). Tetapi masih lebih baik dr Rusia (33,9%), Afrika Selatan (41,8%), dan Turki (52,9%).
Guna mencegah hal yg buruk, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia. 16/20/PBI/2014 ttg Penerapan Prinsip Kehati2an dlm Pengelolaan Utang Luar Negeri Kosporasi Non Bank. Aturan ini dikeluarkan agar korporasi yg memiliki Utang Luar Negeri (ULN) melakukan hedging atau lindung nilai spy tidak terpapar risiko melemahnya rupiah thd USD.
ULN korporasi pd saat melemah akan memperbesar utang dan bila tdk terlindungi akan menganggu kondisi keuangan korporasi yg bisa mengakibatkan kebangkrutan. Korporasi dg ULN dan memperoleh pendapatannya dlm rupiah akan terbebani kenaikan jumlah utang krn melemahnya rupiah thd USD.
Demi memperbesar likuiditas keuangannya, apalagi saat bunga rendah di negara asal modal. Semangat kapitalistik adl mencari keuntungan sebesar2nya, mk bl di negara asalnya keuntungan tdk sebesar di negara lain, modal akan dialirkan kemanapun yg memberi keuntungan terbesar. Salah satunya tentu sja ke Indonesia.
ULN korporasi pd saat melemah akan memperbesar utang dan bila tdk terlindungi akan menganggu kondisi keuangan korporasi yg bisa mengakibatkan kebangkrutan. Korporasi dg ULN dan memperoleh pendapatannya dlm rupiah akan terbebani kenaikan jumlah utang krn melemahnya rupiah thd USD.
Demi memperbesar likuiditas keuangannya, apalagi saat bunga rendah di negara asal modal. Semangat kapitalistik adl mencari keuntungan sebesar2nya, mk bl di negara asalnya keuntungan tdk sebesar di negara lain, modal akan dialirkan kemanapun yg memberi keuntungan terbesar. Salah satunya tentu sja ke Indonesia.
Tanpa perlu bekerja, pemodal cukup mengalirkan uang ke Industriawan lokal yg haus memperbesar usaha dan tentu saja keuntungannya. Maka, modalnya akan terus berkembang seiring kerja keras sang industriawan lokal mencari keuntung sebesar2nya utk diri sendiri dan tentu saja kuasa modal internasional yg hrs diberi keuntungan pula, bahkan mendpt lebih besar. Bahkan, dg melemahnya nilai tukar, uang sang pemodal akan bertambah dg sendirinya, sdgkan beban sang industriawan lokal memberat dg sendirinya.
Bila beban industriawan pengguna ULN memberat, siapa yg akan dikorbankan? Sbg langkah awal hrs dilakukan efisiensi biaya, tentu saja biaya upah tenaga kerja yg dpt dikelola. Selanjutnya, tentu saja memperdayai konsumen utk memperoleh pendptan sebesar2nya dr penjualan. Bila pendptan membesar dan biaya serta beban mengecil tentu saja akan menghasilkan laba yg besar. Laba yg besar diperlukan utk membayar ULN dan keuntungan bg dirinya sendiri.
Pd akhirnya, akibat melemahnya nilai tukar rupiah thd USD dan tingginya ULN korporasi akan mengorbankan rakyat pekerja krn efisiensi seefisien mungkin, selain itu tentu saja rakyat Indonesia krn keuntungan korporasi sebagian besar teralirkan ke luar negeri dan sisanya diniikmati segelintir industriawan dan pemodal lokal.
Omah Sumberjo saat malam nang mendung 21 Desember 2014...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar