Rabu, 20 Desember 2017

Catatan dari THE 3rd ANNUAL MALANG INTERNATIONAL PEACE CONFERENCE (AMIPEC): VOICING PEACE



THE 3rd ANNUAL MALANG INTERNATIONAL PEACE CONFERENCE (AMIPEC): VOICING PEACE
UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT (UNIRA) MALANG, 4—5 AGUSTUS 2017

PEMBUKAAN – PENDOPO KABUPATEN MALANG, 04 AGUSTUS 2017
Pidato Penyambutan oleh Wakil Bupati Malang
AMIPEC diselenggarakan untuk menjaga perdamaian dan pembangunan bangsa serta dunia.  Potensi Kabupaten Malang dengan garis pantai sepanjang 135 kilometer, hutan seluas 81.000 hektar, luas wilayah 3.503 KM2, penduduk berjmlah kurang lebih 2.560.000 jiwa pada tahun 2016, serta kemajemukan yang tinggi. Komposisi umat beragama,  muslim 95%, Kristen & Katolik 4,3%, dan lain-lain 0,7%.  Masjid berjumlah 2.355, Gereja berjumlah 291, dan Pura & Vihara berjumlah 139.
Islam yang menjadi panutan di Kabupaten Malang adalah Islam Nusantara.  Islam yang moderat dan cinta damai ditambah dengan pemahaman tentang keberagaman yang tinggi.
Di Kabupaten Malang, konflik sosial bukan ancaman tetapi tetap harus diwaspadai.  Konflik sosial terjadi diawali dengan maalah ketimpangan ekonomi yang berkembang ke masalah politik serta disangkutpautkan dengan isu agama.
AMIPEC adalah sarana sumbang saran untuk menjaga perdamaian baik di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia, dan bahkan dunia.  Sesuai dengan 4 Pilar Kebangsaan (1) Pancasila sebagai Dasar Negara; (2) UUD1945 sebagai Dasar Hukum; (3) Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); dan (4) Bhinneka Tunggal Ika.

KONFERENSI – KAMPUS UNIRA MALANG, 05 AGUSTUS 2017
Pidato Pembukaan oleh Rektor UNIRA Malang (Bp. Hasan Abadi)
AMIPEC merupakan agenda tahunan untuk menyuarakan perdamaian.  Merupakan prakarsa perdamaian untuk seluruh umat (Khayra Ummah).  Menyuarakan perdamaian melalui (1) peace education (spiritualitas, kearifan lokal, dan pendidikan yang berkualitas); (2) social enterprise; (3) green education.
AMIPEC merupakan usaha untuk membangun perdamaian dalam keberagaman. di tingkat akar rumput (grassroot).  Usaha membangun kekuatan  untuk menjaga perdamaian melalui kasih antar sesama.  Usaha untuk mencegah konflik elit (politik dan agama) yang akan dapat bergeser menjadi konflik horisontal.
AMIPEC menyuarakan perdamaian seperti cacing tanah yang bekerja menyuburkan tanah tanpa perlu naik ke permukaan.  Bagai embun yang turun tiap pagi, walau kering oleh panas matahari tetapi tetap terus turun membasahi bumi setiap pagi. Bekerja berdasar “Perjanjian Agung” Indonesia, yaitu Pancasila.
Agama harusnya memperat perdamaian sebagaimana fungsinya untuk menciptaka perdamaian.  Agama bukan seharusnya dipergunakan untuk menghancurkan perdamaian.
UNIRA hadir sebagai small campus with great spirit.  Selain menyelenggarakan AMIPEC, UNIRA memiliki Progam Magister Peace Education yang telah memiliki kurang lebih 100 mahasiswa.  UNIRA berusaha untuk menyuarakan perdamaian di setiap kesempatan, dimanapun berada, dan kepada siapapun.

Sambutan Perwakilan Asosiasi Dosen Republik Indonesia (ADRI) (Dr. Meitasari)
ADRI merupakan asosiasi yang mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mendukung dosen yang akan melakukan studi lanjut, seperti Ph.D. by Research.  Mendukung link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).  Saat ini mengelolah 27 jurnal internasional dan sedang sedang melakukan usaha untuk menandatangai nota kesepahaman (MoU) dengan lembaga terindeks yang diakui oleh DIKTI).

Keynotes Speakers
Moderator: Dimas (UNIRA)
Is Islam a Religion of Peace or Terrorism? (Prof. Dr. M. Ali – California University & UIN Jakarta)
Pandangan barat menganggap Islam sebagai agama teroris.  Islam diasosiasikan dengan Arab.  Padahal Islam adalah agama universal.
Survey di Amerika Serikat pada tahun 2011 menyatakan bahwa Islam is more likely to encourage violence.  Angka persepsi yang mencapai angka 40% dan cenderung naik dari tahun ke tahun.  Hal ini terjadi karena faktor stigma dari sejarah dan diperparah dengan peristiwa 911.  Peristiwa yang menjadi pembejaran yang paling tampak (manifest).
Harus dilakukan gerakan untuk menjawab (counter), bahwa Islam adalah Salam, yang artinya adalah damai.
Source of Peace (Ibrahim Kalin): (1) peace is a substantive value; (2) the spiritual metaphysical context. Al Salam, God as Peace. ; (3) the philosophical context.  Evil and the best of all possible worlds; (4) the political – legal context. Law and its vicissitudes; (5) the socio – cultural context. Confirmation, coexistence, and peace.A
Agama mendidik manusia untuk berbuat baik. Menjadi jahat atau baik adalah pilihan manusia.
Nonviolence & peace buliding in Islam (Abu Nimer): (1) pursuit of justice; (2) social empowerment through doing good (Khayir & Ihsan); (3) universality and human dignity; (4) equality; (5) etc.
The meaning of Islam is Salaam, peace.
Muslims say Islam are (1) balance and moderate (wasathun & tawazun); (2) holistik (kaafah); (3) universal (al-alamin); (4) tolerance (tasawuh); (5) constructive and not distructive (muslihun).
“My mercy embraces of all things (Quran 7:156)”
Rahmat untuk semua manusia dan seluruh makhluk serta seluruh bumi.
The law of mercy, upon Himself (Quran 6:12)
Al-Rahman (God of Mercy)
109:5 – Agamamu, agamanu. Agamaku, agamaku. Tidak boleh memaksa orang lain menjadi Islam.
17:70 – Seluruh manusia (anak Adam) adalah baik.
16:125 – Beautiful teaching.  Tidak memaksa dan menang sendiri.
5: 82 – Regarding to Christians
4:86 – Memberi salam dengan lebih baik.
49:13 – To know each other (taaruf)
Al-Hajj:40 – Menghormati tempat-tempat ibadah agama lain.
3:64 – Common grand, common good.
Don’t stop building peace, until we rest in peace.
Al – Rumi (1273) said “The lamps are different, but the light is the same.”
But, why intolerance happeng? (1) power or politics; (2) human condition (greed, egoism, etc.); (3) exclusive interpetation.
Conclusion: (1) Islam is religion of peace; (2) reach and detailed framework for non violence adn peace building; (3) perceived & real imperiallism by the perceived and real enemies non muslims well as muslims; (4) education of multiculturalism and tolerance; (5) Tidak ada alasan untuk hidup bila semua manusia adalah sama.  Syukuri perbedaan sebagai rahmat.

People of Peace: Anthropological Perspective of Peace (Prof. Dr. Magdy Behran – Tucson University & UIN Yogyakarta)
Why do we talking about peace?  Because we failed educate about peace.  We talking about peace, democracy, and unity but we failed to practice it.  We can forced peace but we should practice peace.
Peace making is a lifetime obligations: (1) peace based on justice; (2) peace building perceive by intervention; (3) intervention of (i) culture intervention – understanding each other; (ii) peace approach – process and steps of action, in line with cultural context, peace is education and culture (lifetime); (iii) peace attentional – organicly grown; (iv) majority viewed & minority viewed.  Different viewed because of their experiences.  Organicly grown by understanding perspective.
Organicly grwon peace from local wisdom.  Do not copying the concept of peace from another country perspective.  Contextualization!
Peace grown start from ourself, from ourself and social context
Catatan Moderator:
pemberdayaan untuk membangun perdamaian: (1) membangun budaya perdamaian dan membangun perdamaian lewat budaya; (2) transkulturasi antara mayoritas dan minoritas; (3) menginisasi perdamaian di tingkat lokal untuk membangun perdamaian di tingkat global.

Connecting Hearts for Our Common Futures and Peacefull World (Tim Young - China Economic Daily and Jakarta Foreign Coresspondents Club)
China Government looking for information about others countries from journalist. The countries like USA, India, Japan, Russia, and Indonesia.  From China Economic Daily, China Government looking for information about economics potential.
The information from Indonesia coresspondents: (1) the Indonesia view about China; and (20 the counterpart from young Indonesia about china.  One another understanding to build a equal relationship for future.
Note: Oppo and Xiomi are Chinese brand but 95% contents are local, Made In Indonesia.
Is business Indonesia and China is good friend? Note from social issues: (1) people welfare; (2) gender equality; (3) young generation.  Creating peace together as the two big countries in Asia.  Cross culture understanding Indonesia and China.  Peace growing day bay day from little things.
Everyone have their own perspective to building peace. But, we should giving space to build of peace together.
  
Kindness is Limitless (Iqbal Hariadi – kitabisa.com)
Kita bisa adalah situs crowd funding yang berdiri tahun 2013. Diawali oleh penggalangan dana dan distribusi untuk dhuafa.  Bergerak di bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan.  Sampai saat ini telah mengelola dana kurang lebih sebesar IDR124Milyar, berasal dari kurang lebih 300.000 donatur, bekerja di kurang lebih 100 kota, dengan kurang lebih 5.000 proyek.
Mendapat inspirasi dari Rumah Perubahan dari Prof. Dr. Reynald Khasali.  Dengan motto, “kebaikan tidak terbatas.”
Contoh beberapa proyek yang telah dikerjakan:
1.       Fasiltas air bersih di Pulau Madu, Sulawesi Selatan.  Kebutuhan dana kurang lebih IDR200juta untuk membangun fasilitas destilasi air laut untuk dijadikan air tawar.
2.       Bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) menggalang dana untuk membangun akses air bersih dan Posyandu di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.  Dengan program “Spiderman goes to Posyandu”. Kebutuhan dana kurang lebih IDR500Juta yang diperoleh dari donatur dengan beraneka ragam latar balakang.
3.       Bantuan untuk musibah Banjir Bandang di Garut dan Sumedang, Jawa Barat.  Dengan Program Udunan (urunan) for disaster relief in Garut & Sumedang.  Berhasil mengumpulkan donasi IDR700juta untuk Garut dan IDR300juta untuk Sumedang.  Dana disalurkan untuk rekonstruksi rumah.  Donasi dipeoleh dari kurang lebih 3.000 donatur dengan berbagai latar belakang.
Orang Indonesia mudah dipantik kebaikannya.  Kebaikan adalah akar dari perdamaian.  Kebaikan tidak dibatasi oleh agama, ras, dan tempat.
Kitabisa.com juga turut berkampanye dan membantu proyek-proyek konservasi satwa dan hutan.
Peace, love, and smile have a huge chance of getting viral, spreaded from other to another people.

Diskusi
Latar belakang persepsi Islam sebagai agama kekerasan adalah ketidaktahuan dan minimnya kesempatan belajar tentang Islam yang sesungguhnya.  Peran media sangat penting untuk mengampanyekan nilai-nilai Islam, khususnya sebagai agama perdamaian.  Juga peran pendidikan dalam membangun perdamaian dan mencegah radikalisme.  Perlu praktik keberagamaan yang substantif juga karitatif secara bersamaan.
Prof. Dr. M. Ali: Kekurangtahuan masyarakat barat tentang Islam, sama dengan ketidaktahuan dan salah persepsinya orang Islam terhadap barat dan agama lain.  Hal ini dikarenakan oleh kita tidak hidup dalam tradisi dan tidak belajar dengan baik satu dengan yang lain.  Media massa terkadang menjadi pemicu, karena bagi media “bad news is a good news”. Politik oplah seringkali menjadikan media meluakan etika dan dampak.  Penggunaan kata Jihad, Islam, Mujahidin, dan bahkan Allah the Greatest dalam gerakan radikalisme dan teorisme menjadi kampanye hitam.  Hanya sebagian kecil umat Islam yang radikal dari kurang lebih 1,7Milyar umat. Kampanye bahwa Islam dipahami berbeda-beda dan adanya faktor politik dan kekuasaan yang menungangi menjadikan kitab suci sebagai teks yang ditafsir beragam serta berbagai konteks.  Berkampanye bukan hanya mengetahui teks saja tetapi harus tahu untuk menjadi manusia.  Create friendship dengan yang berlawanan pendapat sangatlah penting.  Small things but makes different.
Tim Young: Every media company, event the neutral, think about profit.  Dependind to the journalist and what they write and publish.  The journalist could spreading the positive content, with the attractive content for media or spreading the news personally.  The philosophy and the perspective of the media is different to change.  So, produce the alternative media to counter the major media.  Depending to ourself to do.
Prof. Dr. Magdy Behran: We learn the text but we difficult to practice the text.  Some of people make the different perspective for their own goal.  Educated the people about peace massively with text and practices.  The Starfish phylosophy.  Educated with the cntext of peace.
 Iqbal Hariadi: Trend terkini adalah (1) filantropis – jejaring peduli sosial dan (2) eksistensi diri (slef esteem with exposure).  Adapatasi gerakan dengan mengendarai trend untuk memperbesar gerakan.  Best practise: (1) Clear – kejelasan masalah sosial yang akan diselesaikan.  Semakin spesifik (fokus), semakin baik; (2) Sederhana tetapi menginspirasi; (3) Berjejaring dan kolaborasi.  Masing-masing bekerja sesuai kebisaan masing-masing tetapi dalam satu kesatuan tujuan; (4) Rajin untuk berbagi kegiatan (self campaign) dan utamakan akuntabilitas serta transparansi.

Closing Statement
Prof. Dr. M. Aly: Islam menjadi multi tafsir karena banyak latar belakang yang mendasari.  Islam adalah agama damai tetapi ada pihak-pihak yang menafsirkan berbeda karena tujuan dan latar belakang tersendiri.  Perdamaian adalah pilihan dan jalan hidup.  Kita harus mampu menunjukkan damai dalam sikap dan tindakan kita sehari-hari.
Prof. Dr. Magdy Bahren: Peace grow organicly.  We should become the agent of peace.  Peace came from our self, our family, and the community.  Be a role model of peace building.
Tim Young: Build the peace form ourself and do it together.
Iqbal Hariadi: Kebaikan ada dalam diri kita dan harus terus bertumbuh.  Perdamaian bukan teori tetapi adalah praktik yang harus dilatihkan terus menerus.  Aksi nyata membangun perdamaian setiap hari dengan kebaikan-kebaikan keseharian.

Panel Session
Bungaku, Bunga Mawar (Unmer Malang)
Bunga adalah bunga bank yang berpotensi melukai karena riba.  Konsekuensi dari pinjaman untuk kemendesakan yang berubah orientasi untuk gaya hidup.  Risiko tak terbayar semakin tinggi, sehingga bungapun juga semakin tinggi.  Bank titil merajalela dan menawarkan pinjaman dari rumah ke rumah.
Sebagai contoh, berutang sebesar Rp1.000.000 mendapat hanya Rp800.000 tetapi total pembayaran sebesar Rp1.300.000 yang dibayar 10 kali dan tanpa bukti transaksi.
Faktor-faktor penyebabnya adalah akses ke bank yang terbatas dan gaya hidup konsumstif.
Sebagai akibatnya adalah lingkaran setan utang, ketergantungan pada bank titil, mudah dimanfaatkan oleh rentenir (yang menggunakan atribut agama), menurunnya kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya angka kemiskinan.
Solusinya adalah: program bantuan (dana bergulir), CSR & TJSL sektor swasta, bekerjasama dengan bank untuk penyaluran dana, mendorong semakin banyaknya bank syaraiah, mendorong filantropi (individu dan lembaga).

Kepuasan Pelanggan Berbasis Kinerja Koperasi dengan Pendekatan Importance Performance Analysis (Universitas Widya Gama Malang)
Fenomena: Survery penurunan tren kinerja koperasi berprestasi di Jawa Timur.  Pada tahun 2016—2017, jumlah koperasi di Jawa Timur naik sebesar 49,12% tetapi tenaga kerja hanya naik sebesar 2,65% dan peningkatan volume usaha hanya sebesar 3,95%.
Jumlah koperasi bertambah banyak tetapi kinerja menurun.  Permalahannya adalah persepsi dan harapan pelanggan.  Sehingga, harus diatasi dengan keberlanjutan upaya capaian kepuasan pelanggan.  Serta intelectual capital atau sumberdaya manusia yang memadai.  Salah satau jalan untuk meningkatkan kapasitas sumbedaya manusia adalah dengan Trans Global Leadership (Loyd, 2001).
Hipotesisnya adalah kepuasan pelanggan melalui optimalisasi sumberdaya manusia dengan organizational citizenship behavior (OCB).  Sumberdaya manusia diharapkan bekerja lebih dari job discription-nya dan melakukan pelayanan lebih untuk memuaskan pelanggan.
Tujuannya adalah rekomendasi yang tepat guna dengan menggunakan metode analisis importance performance.  Hasil yang didapatkan adalah (1) quality of worklife; (2) organizational citizenship behavior
Simpulannya adalah (1) QWL & OCB merupakan variabel yang sangat penting, walau belum terlaksana; (2) transglobal leadership sangat penting dan sudah diterapkan.

Anteseden Perilaku Pembelian Produk Ramah Lingkungan di Kota Ambon
Latar belakangnya adalah (1) kesadaran konsumen terhadap keseimbangan dan kelestarian lingkungan yang semakin tinggi; (2) pemasar memanfaatkan isu-isu lingkungan; (3) kesenjangan informasi tentang produk-produk hijau; (4) maraknya produk-produk hikau (bioproduct) (OECD, 2009) – non toxic, dapat didaur ulang, tidak mengakibatkan bio degradasi, kemasan ramah lingkungan, dan defrimental lingkungan rendah.
Karakteristik konsumen (Shrum, et al., 1995) yang (1) bertindak hati-hati, (2) pengumpul informasi; (3) trend setter; (4) setia pada produk.
Variabel penelitian (1) nilai konsumen hijau (Y1); (2) perilaku pembeli (Y2); (3) pengetahuan tentang produk hijau (X1); (4) perhatian terhadap isu lingkungan (X2).
Tujuan dan hiotesis (1) pengaruh pengetahuan tentang produk hijau terhadap nilai konsumen hijau; (2) perhatian terhadap isu lingkungan terhadap nilai konsumen hijau; (3) pengetahuan tentang produk hijau terhadap perilaku konsumen; (4) perhatian terhadap isu lingkungan terhadap perilaku konsumen.
Metode kuantitatif dengan analisis jalur.  Simpulan yang diperoleh (1) pengetahuan dan karakteristik pembeli signifikan; (2) konsumsi produk hijau signifikan.

Pemahaman Hadits Secara Faktual dan Kontekstual untuk Pemahaman yang Moderat (Aswaja)
Fenomena ekstrimisme agama menjadi radikal (kanan) atau liberal (kiri).  Aswaja adalah pemahaman tentang agama Islam yang moderat.
Tiga karakteristik dalam memahami Hadits (1) komprehensif – kontekstual sepanjang jaman; (2) seimbang – sambung antara akal dan kalbu, tubuh dan jiwa, dunia dan akhirat; (3) memudahkan – mempermudah dan bukan mempersulit.
Kaidah-kaidah dalam memahami Hadits:
1.       Sesuai dengan petunjuk Al Quran sebagai ruh dan eksistensi Islam.
2.       Menghimpun Hadits-Hadits yang bertema sama.
3.       Penggabungan antara Hadits-Hadits yang bertentangan (pentarjihan).
4.       Memahami latar belakang Hadits dengan konteks dan tujuannya.
5.       Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan tujuan yang tetap.
6.       Membedakan antara ungkapan yang hakiki dan majas dalam Hadits.
7.       Membedakan antara alam gaib dan alam nyata.
8.       Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam kalimat Hadits.  Konotasi berubah-ubah dari waktu ke waktu.
9.       Memahami Hadits seperti yang dipahami oleh para Sahabat Rasul.
10.   Merujuk pada kitab-kitab yang berisi penjelasan dan keterangan tentang teks Hadits.   

Tidak ada komentar: