Katastrofi atau bencana besar akan memengaruhi bahkan menentukan jalan sejarah dan peradaban manusia. Nusantara sebagai kawasan yang memiliki 129 gunung berapi aktif sekaligus berada di antara 3 patahan dan dengan garis pantainya yang panjang merupakan kawasan yang seringkali dilanda katastrofi. Sehingga, sejarah dan peradaban nusantara bukan saja dipengaruhi tetapi juga ditentukan oleh katastrofi. Tambora dan Krakatau merupakan contoh sejarah yang masih dapat dilacak, bahkan semburan Lumpur Lapindo adalah bukti sejarah terkini, belum lagi Toba, Kaldera Bromo, dan berbagai kawasan lain merupakan jejak-jejak sejarah yang belum terungkap sampai saat ini.
Sabtu malam (17/5/14) yang tak lagi dingin
di Kota Malang, di sebuah warung di depan Lapangan Rampal, di sebuah warung
yang bernama Warung Kelir, berkumpul beberapa puluh orang untuk sekedar
menikmati kopi atau the atau hidangan lain, dan tentu saja menanti hidangan
utama yang bertajuk Katastrofi Geologi di Indonesia yang diracik dan disajikan
oleh Dr. Andang Bachtiar. Sesajian yang
bukan hanya berat tetapi menyehatkan, bukan menyehatkan badan tetapi
menyehatkan pikiran dan paradigma para tetamu yang hadir dan menikmatinya. Sebuah sajaan menu tentang katastrofi geologi
atau bencana-bencana besar yang membentuk sejarah dan peradaban manusia dengan
cara memporak-porandakan permukaan bumi melalui gempa, letusan gunung, dan
berbagai peristiwa alam besar lainnya.
Sam Andang yang asli Malang merupakan salah satu pakar gelologi yang
dimiliki Indonesia, terbukti dengan jabatan sebagai Ketua Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI) yang pernah disandangnya pada tahun 2000—2005 dan tentu saja
berbagai karya besar beliau baik berupa pemikiran atas kasus Lumpur Lapindo dan
berbagai penelitian mandiri beliau di Gunung Padang dan berbagai lokasi
lainnya.
Sajian menu diskusi yang dipandu oleh Mas
Adjie, seorang komikus pergerakan di Kota Malang, diawali dengan penyampaian
biodata Sam Andang yang sebenarnya sangat panjang tetapi cukup disingkat dengan
satu kata “hebat”. Pakar Geologi yang
rambutnya sudah berwarna perak, ternyata adalah putra dari mantan salah seorang
Rektor IKIP Malang, salah seorang yang cukup legendaris sebagai pakar sastra di
Kota Malang. Mengawali sajianya dari
ketertarikannya masuk Jurusan di Geologi dulu hanya karena anak-anak Geologi
gondrong-gondrong, bermain gitar seharian, dan jarang mandi, persis seperti
kelakukan anak-anak seni dan sastra yang ingin dimasukinya tetapi ditentang oleh
sang ayah. Dari sekesar suka
kesehariannya, Sam Andang menjadi cinta berat pada geologi, karena Ilmu Geologi
bagi beliau merupakan gabungan antara sejarah, seni, dan teknik. Sejalan juga dengan petuah bapaknya, “memilih
suatu bidang ilmu apapun, pelajari dan kuasai dengan sekuat tenaga, pasti akan
bermanfaat di suatu hari kelak.”
Sajian menu utama oleh Sam Andang dimulai
dengan menceritakan studi kasus tentang semburan Lumpur Lapindo di Porong. Pengeboran yang mengalami blow out pada tanggal 29 Mei 2006
dikarenakan oleh kesalahan pengeboran seperti penempatan rig pengeboran yang tidak benar dan prosedur pengeboran yang tidak
benar. Lumpur Lapindo benar-benar
kesalahan manusia bukan bencana alam.
Sebagai pakar Geologi dan Konsultan Independen, Sam Andang tahu benar
adanya kesalahan pengeboran. Bahkan
bersama Rudi Rubiandini melakukan penelitian independen yang menghasilkan
simpulan bahwa semburan Lumpur Lapindo adalah kesalahan manusia. Khusus kasus Lumpur Lapindo , dengan sengaja di stigma sebagai bencana alam agar dapat dialihkan penangannya kepada
Pemerintah dan didanai oleh Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN). Lumpur Lapindo bergeser dari bencana yang
disebabkan oleh manusia menjadi bencana alam, permasalahan ekonomi dan social
bergeser menjadi permasalahan politik. Sayangnya,
karena Rudi Rubiandini memilih masuk dalam pusaran akhirnya terhisap dan
dihabisi. Sedangkan Sam Andang memilih
untuk tetap di luar pusaran dan bersikap independen. Sehingga tetap aman dan
dapat terus membantu Walhi maupun YLBHI untuk meluruskan sejarah Lumpur Lapindo
berdasar fakta dan keilmuan.
Sam Andang pernah diminta oleh Presiden
untuk turut bersumpang saran untuk penyelesaian Lumpur Lapindo. Tetapi masalah
lain muncul, ada scenario menyembunyikan fakta karena akusisi data sangat
susah. Belum lagi rekomendasi
dimentahkan oleh pakar-pakar geologi
(bayaran) yang dimiliki oleh Lapindo Brantas. Berdasar data seismic yang dimiliki sejak
tahun 2006, semburan Lumpur Lapindo belum akan berhenti sampai 30 tahun. Artiya, paling cepat semburan Lumpur Lapindo
tidak akan berhenti sampai tahun 2036.
Semburan Lumpur Lapindo menjadi meluas tidak seperti blow out di Sumur Porong 1 yang dapat
ditangani hanya dalam baktu 3 minggu karena operator pengeboran (Lapindo Brantas)
under spec (melakukan pengeboran
dengan serampangan dan tidak sesuai prosedur keamanan) serta tidak menangani
dengan benar. Walaupun sejarah telah
mencatat bahwa Porong adalah daerah delta yang pernah tergenang lumpur, seperti
yang digambakan di Candi Pari di Porong, tetap saja ekplorasi gas
diteruskan. Walau teknologi telah maju,
seharusnya catatan sejarah tetap harus diperhatikan sehingga pekerjaan dapat
dilakukan secara hati-hati. Tetapi
bukannya bekerja dengan hati-hati malah dilakukan dengan serampangan dan
menyalahi prosedur serta aturan, akibatnya rakyat Porong dan Tanggulangin
menjadi korban langsung.
Nusantara
adalah Kawasan Proses Bumi Aktif
Sam Andang, bersama kawan-kawan seide
membentuk Team Terpadu Riset Mandiri, sebuah team yang bekerja secara mandiri
dengan melakukan penelitian tentang kemungkinan ancaman bencana. Tim yang terbentuk dan bekerja sejak tahun
2009 ini meneliti tentang “Katastrofi Purba”, bencana-bencana hebat yang
menentukan jalannya sejarah dan peradaban nusantara. Mengawali dengan sebuah pernyataan, “Bumi
diberntik dari Proses Bencana”, Sam Andang menjelaskan mengenai proses alami
bumi, khususnya proses yang terjadi di Bhumi Nusantara. Indonesia atau Nusantara, memiliki 129 gunung
berapi aktif, 95.000 KM pantai yang pernah terkena tsunami, banyaknya patahan
yang menyebar di sepanjang Pulau Jawa, Sumatera, dan pulau-pulau lainnya. Indonesia (nusantara) ini adalah kawasan
proses gelologi bumi yang aktif. Sulit
diprediksi secara jelas tetapi dapat diperkirakan dengan bantuan statistic
kebencanaan. Sebagai contoh, Borobudur
yang dibangun (terakhir) pada abad kedepalan masehi, sebenarnya bukan bangunan
baru tetapi renovasi. Menurut penetlian,
Candi yang digali dan dipugar oleh Raffles pada tahun 1800an, merupakan candi
yang tertimbun oleh material vilkanik dari Gunung Merapi dengan Indeks Erupsi
Vulkanik 6 pada tahun 1006, bandingkan dengan erupsi Gunung Merapi pada tahun
2010 yang “hanya” memikik Indeks Erupsi Vulkanik 4.
Sayangnya, catatan-catatan sejarah
katastropi yang terjadi di Nusantara hanya dapat dilacak sampai abad keempat
saja. Catatan-Catatan sejarah Nusantara yang biasa tertulis pada prasasti,
candi, dan berbagai bangunan atau media lain tidak dapat diketemukan. BIlapun ada, dapat dipastikan telah tertimbun
oleh katastrofi atau sebagian telah diangkut ke Ledien, Belanda saat Nusantara
dikuasai oleh VOC dan kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda. Catatan sejarah berupa Prasasti
yang tertua yang dapat ditelurusi berakhir pada abab ke 4, yaitu Prasasti
Kalingga dan Sima. Sedangkan perioda
yang lebih tua seperti jejak abad ke 0 sampai abad 8 SM, palagi sampai abad 30
SM, dipastikan belum ada catatan dan jejak sejarah yang dapat ditelusuri. Seperti catatan tentang Tambora, baru
diketemukan 6 tahun yang lalu, padahal letusan Tambora pada tahun 1816 telah
mengubur 3 kerajaan. Bagaimana dengan
Kaldera Bromo, Rinjani, Gede Panggrango, Toba?
Sejarah dan peradaban Nusantara terkubur dan kehilangan jejak masa
lalunya. Bilapun ada, sebagian telah
dihapus oleh Imperialis yang pernah menguasai Nusantara seperti Belanda dan
Inggris. Nusantara seharusnya menyimpan sejarah yang besar dan agung.
Permasalahan ketiadaaan catatan sejarah
katastrofi di Nusantara sedikit banyak telah dapat dilacak dengan menggunakan Carbon Dating. Metoda yang menggunakan teknik membalik
radio aktif dari sisa-sisa katastrofi di masa lalu. Walaupun tidak menghasilkan data yang
bersifat menyeluruh, tetapi paling tidak waktu peristiwa, jenis dan besarnya
katastrofi dapat diperkirakan dengan akurat.
Sedangkan pengungkapan peradaban di kawasan tersebut akan membutuhkan
waktu dan biaya yang lebih besar lagi karena harus dilakukan pengangkatan
(ekskavasi) besar-besarannya. Selain
masalah biaya, ekskavasi harus berhadapan dengan masalah-masalah lain. Contoh Kasus, Gunung Padang di Cianjur yang
mulai marak sejak tahun 2012, penelitian yang awalnya hanya untuk melakukan
kalibrasi alat yang akan dipergunakan untuk penelitian di Aceh pada November
2011. Gunung Padang diplih karena
merupakan situs megalitikum terstruktur.
Alat yang bernama Super String
V.8, menemukan rongga (ruang) dan bangunan lain di bawah situs Gunung
Padang. Tempat eksperimen yang menjadi
situs temuan.
Katastrofi bukannya sebuah lubang hitam
yang misterius yang tidak dapat diprediksi.
Katastofi dapat dijelaskan secara ilmiah dan dapat pula dilakukan
perkiraan yang bersifat ilmiah pula.
Walau tempat dan tanggal yang tepat akan sangat sulit ditetapkan secara
gamblang. Kasus Tsunami Aceh pada
Desember 2004 misalnya, Dani Hilman seorang Pakar Geologi pernah memprediksi
tentang kemungkinan adanya Gempa dan Tusami Aceh pada November 2004. Dani
Hilman memprediksinya berdasar gerakan segmen-segmen patahan di Sumatera. Saat ini segemen-segmen patahan bergerak ke
selatan, Padang di Sumatera Barat dan Jawa tinggal menunggu waktunya. Perkiraan besaran gempa yang akan terjadi di
Padang mencapai 8,9—9,1 SR. Besaran
gempa dapat diprediksi, tetapi kapan waktunya yang sulit dipreksi secara akurat
kecuali secara statistic. Segmen-segmen
yang saat ini sedang bergerak antara lain segmen Aceh—Lampung,
Banten—Banyuwangi, Bali—Timor, Maluku, dan Sulawesi.
Sejarah
Katastrofi Nusantara
Borobudur merupakan bangunan purba yang
terkubur selama kurang lebih 800 tahun dan baru diketemukan kembali pada tahun
1815 oleh Raffles. Bagaimana
tertimbunnya? Oleh bencana apa? Harus dibuktikan dengan catatan-catatan
sejarah. Catatan sejarah penting untuk
mitigasi bencana, khususnya bencana-bencana besar (katastrofi). Catatan sejarah dapat tersebar di prasasti
dan candi, seperti catatan yang ada di Candi Pawon. Catatan-catatan tentang katastrofi sebagai
bagian dari proses bumi dapat berupa (1)
quaternary coral growth (EQ Recorsd); (2)
paleotsunami Layer Stratigraphy (tsunami records); (3) volcanic sediment
statigraphy, banyak tercatat di (1)
historical notes (prasasti) seperti Negara Kertagama yang menceritakan
tentang erupsi Gunung Kelud di jaman Majapahit; (2) temple wall relief panels;
(3) wall painting; (4) stratigraphy of sediment buried (carbon dating).
Indonesia merupakan kawasan proses bumi
yang masih aktif. Berdasar seismotectonic
map, Indonesia (Nusantara) memiliki 129 Gunung Berapi Aktif yang saat ini
22 gunung bersatus “waspada” dan 4 diantaranya sedang berstatus “awas”. Nusantara memiliki 95.000 km pantai yang
terancan tsunami. Bila ingin mengetahui
peta gunung berapi dan peta ancaman tsunami bisa mengakses ke US. Geological
Survey. Nusantara telah mengalami proses
bumi dalam bentuk katastrofi berkali-kali. Sebagai contoh dan bukti, catatan karbon
erupsi Toba yang terjadi pada 7.000 tahun SM tercatat sampai di Kutub Utara. Demikian juga dengan karbon erupsi Tambora
pada tahun 1815 tercatat di kaki Gunung Tambora.
Kebudayaan dan peradaban Nusantara
berkembang dan selalu “dihancurkan” dan “dikuburkan” oleh adanya
katastrofi. Contoh, Borobudur begitu
megah dikubur oleh erupsi Gunung Merapi.
Bangunan Borobudur yang begitu simetris dan presisi yang diarsiteki oleh
Gunadharma tertimbun oleh Gunung Merapi pada tahun 1006 dengan Indeks Erupsi 6. Berbeda dengan Eropa dan Mesir yang keutuhan
bangunan-bangunan bersejarahnya tetap terjaga dan terpelihara sampai saat
ini. Eropa dan Mesir jauh dari Gunung
Berapi, Gempa, dan Tsunami. Sehingga,
perkembangan teknologi dapat berlanjut dan berkesinambungan secara terus
menerus. Sedangkan Nusantara, kebudayaan
dan teknologinya dihancurkan beberapa kali oleh katastrofi, bersamaan dengan
peradaban dan catatan-catatan sejarahnya.
Seharusnya, peradaban, kebudayaan, dan teknologi nusantara cukup tinggi
dan maju bahkan sangat mungkin lebih maju ketimbang teknologi, kebudayaan, dan
peradaban yang ada di Eropa. Sebagai
contoh kecil saja, teknologi umpak, merupakan
teknologi purba untuk mengantisipasi gempa.
Rumah dibangun di atas umpak, menjadi rumaha tahan gempa. Local
traditional wisdom yang modernnya belum lama ditemukan untuk rumah tahan
gempa di Jepang dengan memanfaatkan per dan karet. Nusantara telah memilikinya ratusan tahun
yang lalu.
Sayangnya, penelitian dan pengungkapan
teknologi, kebudayaan, dan peradaban Nusantara hanya berhenti sampai menjadi
komoditas wisata. Kurangnya perhatian
dari Pemerintah ditingkahi dengan kurangnya tenaga ahli serta tentu saja
pendanaan, menjadikan penelitian apalagi pengangkatan kawasan peradaban purba
terhenti atau jalan di tempat dan bergeser menjadi kawasan wisata. Bukan saja tidak terungkap, situs-situs
bersejarah tersebut malah hancur karena eksploitasi wisata.
Manusia merupakan bagian dari ekosistem
bumi. Katastrofi sebagai bagian dari
proses bumi secara berkala dan bersiklus menghapus peradaban yang ada pada
masanya. Proses yang merupakan bagian
dari siklus bumi. Sebagai contoh,
Dinosaurus musnah pada 700 juta tahun yang lalu karena jatuhnya meteor yang
merubah ekosistem bumi secara ekstrim, batu meteor yang jatuh pada masa itu
dapat diketemukann di Yukatan, Meksiko.
Di Nusantara, bencana banjir bandang di Wasior, Papua merupakan siklus
yang selalu berulang antara 50—100 tahun sekali. Sejarah manusia ditentukan oleh proses
geologi bumi.
Sejarah dan kebudayaan manusia tidaklah linier dan sederhana, tetapi merupakan siklus dari proses bumi. Legenda dan mitos adalah penggambaran dari catatan sejarah yang tidak mampu diterima logika manusia saat ini. Contoh, kemegahan Borobudur tidak akan dapat diceritakan apalagi direkonstruksi dengan logika dan teknologi masa kini. Demikian pula dengan Stone Hang yang ada di Inggris. Demikian pula dengan Cupumanik dari cerita Ramayana karangan Walmiki pada abad ke 4.
Konsep
Bencana Katastrofi
Bentuk-bentuk bencana besar (katastrofi)
dapat berupa perubahan iklim yang drastic, gempa, letusan gunung berapi,
tumbukan meteor, tsunami, dan berbagai bencana lainnya. Katastofi sebagai bagian dri proses bumi
merupakan salah satu factor yang memengaruhi peradaban manusia. Sebagai salah satu contohnya, erupsi Toba
pada 70.000 tahun SM menyebabkan kerusakan besar di Nusantara dan setelah semua
kembali normal muncul tesis mengenai migrasi manusia dari Afrika ke Nusantara. Demikian pula dengan erupsi Maninjau pada
55.000 tahun SM yang ditingkahi oleh erupsi Gunung Sunda pada 50.000 tahun SM yang membentuk Bandung sebagai
Kaldera dan Gunung Tangkuban Perahu sebagai salah satu tepinya.
Pada 10.000 tahun SM, terjadi banjir besar
dengan naikknya muka air laut (sea level
rise) yang bila ditarik tahun sejarahnya dengan catatan agama dekat dengan
jaman Nabi Nuh. Sehingga, muncul thesis
mengenai Adam yang manusia pertama merupakan manusia pertama dari siklus
terakhir. Menilik dari temuan Homo Sapiens yang berasal dari 150.000
tahun SM yang ditemukan di Sanggiran, sebelum Adam telah ada manusia dari
siklus sebelumnya.
Catatan tentang sejarah peradaban Nusantara
hanya bisa dilacak sampai abad ke 4 berupa Prasasti Kalingga. Sedangkan Manusia Sangiran teridentifikasi
ada di Jawa sejak 150.000 tahun SM.
Kemanakah catatan sejarah, budaya, teknologi, dan peradaban manusia
Nusantara? Catatan sejarah Nusantara
yang pada jaman purba disebut dengan Sunda
Land dengan North Sunda River malah
dikemukakan oleh pakar dari Eropa.
Mollen pada tahun 1937 memetakan aliran Sunda Land dan sungai-sungainya, menurutnya Sunda Land yang menyatu dari Thailand, Malaka, Sumatera, Jawa, dan
Kalimantan merupakan kawasan padang rumput dadn hutan hujan yang sangat subur
dengan suhu 18—20 derajat celcius.
Sampai pada 10.000 tahun SM tenggelam oleh katastrofi naiknya muka air
laut sehingga dataran rendahnya terkubur di bawah laut, Laut Jawa, Selat
Karimata, Selat Malaka, dan Selat Sunda.
Pada 9.000 tahun SM air laut naik lagi, demikian pula pada 7.200 tahun
SM yang akhirnya memisahkan pulau-pulau di Nusantara. Kawasan yang sangat kaya dengan bahan-bahan
mineral seperti emas, lithium, lutil dan lain sebagainya. Pembuktian secara ilmiah dapat dilakukan
dengan menggunakan 3D Seismik yang memunculkan gambar-gambar sungai-sungai yang
ada di dasar Laut Jawa. Jejak peradaban
masa itu dapat ditelusuri dampau ke Teluk Thailand yang pada masa itu menjadi
bagian dari Sunda Land. Sungai Caudpraya yang membelah Thailand
merupakan bagian dari North Sunda Land
River. Terekam dengan menggunakan 3D
Seismik dan foto-foto satelit, bukan ada sungai tetapi Nampak adanya jaringan
irigasi yang tertata, bukti tingginya teknologi dan peradaban saat itu. Selain itu, catatan-catatan sejarah
katastrofi di Thailand yang dapat ditelusuri sampai 500 tahun SM menjadi
petunjuk sahi keberadaan Sunda Land.
Catatan sejarah lain tentang katastrofi dan
peradaban di Nusantara dapat ditelusuri di Banda Aceh pada catatan sejarah
Kerajaan Indrapura dan Indraparwa. Makam
Raja-Raja Indrapura dan Indraparwa yang berada di Banda Aceh, saat ini berada
di bawah permukaan laut dan semakin hari semakin tenggelan jauh. Turunnya tanah di Banda Aceh dikarenakan
tarikan (regangan) patahan Sumatera.
Pada tahun 1.200, Indrapuri dari Samudra Pasai membangun Masjid yang
menandakan Samudra Pasai sebagai Kerajaan Islam. Masjid tersebut dibangun di atas bangunan
lain yang berbentuk candi peninggalan dari kerajaan sebelumnya, kerajaan Pra
Islam.
Catatan lain adalah Situs Batu Jaya yang
ditemukan pada tahun 1997. Di situs
tersebut ada catatan sejarah tentang tenggelamnya Jakarta oleh Banjir
Bandang. Selain itu ada catatan lain
tentang Gempa Bumi yang terjadi pada tahun 1699 dikarenakan gerakan patahan
yang ada di Selatan Pulau Jawa. Catatan
penting lain tentu saja tentang erupsi Gunung Krakatau dan tsunami yang
diakibatkannya pada tahun 416 dan terulang lagi pada tahun 1883 dan meletus
lagi pada tahun 1927. Situs Batu Jaya
dengan Candi Balandongan berjarak 14 KM dari pantai dan pernah terendam karena
tsunami akibat erupsi Gunung Krakatau pada tahun 416. Masih ada candi lain lagi yang belum
terteliti sampai saat ini.
Kanal Kerajaan Majapahit juga memberikan
cerita yang lain lagi. Kanal tersebut
dibangun untuk sarana transportasi dan
mengatasi bencana. Terdapat
lapisan-lapisan batu bata dari jaman yang berbeda. Batu bata laipsan teraras berasal dari abad
keduabelas, dibangun dijaman Hayam Wuruk.
Lapisan kedua berasal dari abak ketujuh dibangun dijaman Empu Sendok. Lapisan terbawah berasal dari abad ketiga
yang tidak diketahui siapa yang membangunnya.
Jadi, saat Raden Wijaya membuka Alas Tarik untuk dijadikan lokasi
pembangunan Kerajaan Majapahit bukan tanpa sengaja. Pembangunan Kerajaan Majapahit dilakukan di
atas kerajaan lain yang terkubur oleh erupsi Gunung Penanggungan. Buktinya lain adalah Candi Kedaton yang
ternyata dibangung di atas reruntuhan candi yang lain.
Catatan lain tentang peradaban agung
Nusantara yang terkubur oleh katastrofi adalah Situs Gunung Padang. Situs ini terletak di zona patahan Lembang –
Cimandiri. Lokasinya tepat di tengah-tengah
tapal kuda bekas gunung purba yang meletus kurang lebih 1,5 juta SM. Di Gunung Padang, terdapat struktur bangunan
di luar situs saat ini. Bila
dibandingkan dengan Machu Pichu di Peru yang dibangun pada abad keempatbelas,
masih lebih besar dan lebih megah.
Luasan Situs Gunung Padang seluas 15 hektar yang artinya 10 kali dari
luas Borobudur. Dibangun jauh kurang
labih lima abad sebelum masehi.
Ditemukan adanya semen purba diantara kolom-kolom batu berupa kerak
logal yang setelah diteliti dengan menggunakan jejak karbon.
Belajar dari Peninggalan Peradaban dan Katastrofi
Belajar dari Candi Borobudur. Dibangun pada tahun 800 Masehi oleh
Smaratungga dari Dinaasti Syailendra dengan Gunadharma sebagai arsiteknya. Terkubur oleh erupsi Gunung Merapi dan
diketemukan kembali oleh Raffles pada tahun 1815. Dipugar kembali pada tahun 1973. Terdapat banyak relief dengan banyak kisah
dari berbagai tingkatan Borobudur, dan hanya sebagian yang dapat ditafsirkan
(relief tentang Sidharta Gautama, Mahabarata, dan Ramayana), tetapi banyak
relief yang tidak dapat ditafsir (manusia menggunakan helm dan bentuk piring
terbang). Bangunan sangat simetris dan
presisi dengan relief yang terukir halus.
Ternyata, Borobudur yang dibangun pada abad kedelapan tersebut dibangun
di atas bangunan lain. Hanya sekitar 10%
informasi tentang Borobudur yang terungkap sampai saat ini.
Belajar dari Situs Gunung Padang. Berumur 2.500 tahun (diperkirakan dibangun
pada tahun 500 SM). Terdapat struktur
batu dengan perekar semen puba.
Berdasara Carbon Dating,
diketahui ada bangunan lain di bawah Situs Gunung Padang. Terdapat gmbar tapak harimau dan gambar
kujang di bebatuan. Terdapat danau di
depan situs yang masuk ke Sungai Cimandiri dan bermuara di Pelabuhan Ratu. Kaki Situs kemungkinan tempat berlabuh
perahu. Bahkan, ada teknologi bantalan
pasir penahan getaran dyang diletakkan di bawah Situs Gunung Padang. Pasir setebal 30—40 CM yang diayak halus
dengan ukuran butiran yang sama, diletakkan dan ditata dengan sengaja.
Bebatuan dari Situs Gunung Padang berasal
dari lelehan lava (tubuh lava), membentuk columnar
joints (tiang-tiang batu atau lonjoran-lonjoran batu). Situs Gunung Padang terdiri dari 4.000 pilar
batu. Bagaimana teknologi untuk membangun dan menatanya? Strategi pengungkapan dilakukan dengan
pemugaran di luar pagar dan perlahan menuju puncak (untuk sementara dimulai di
permukaan), dari dasar sampai puncak.
Pengungkapan bangunan di dalam, diungkap kemudian.
Belajar hanya dari dua situs situ saja
dapat disimpulkan bahwa budaya, Ilmu pengetahuan, dan teknologi Nusantara
sangat tinggi. Sayangnya, catatan
sejarah, peradaban, pengetahuan, dan teknologi adiluhung Nusantara tertimbun
oleh katastrofi. Eksplorasi dilakukan
untuk sekedar berbangga diri semata tetapi untuk belajar tentang budaya, ilmu
pengetahuan, dan teknologi bagi kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini.
Belajar
dari Pengalaman-Pengalaman Lain
Katastrosi selalu berulang dan membentuk
siklus. Terbukti dengan adanya
bangunan-bangunan besar nan megah yang teruruk dan tertimbun katastrofi. Harus dieksplorasi dan diekskavasi untuk
mengetahuai budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi masa lalu yang dimanfaatkan
untuk kesejahteraan rakyat pada saat ini.
Contohnya, Kerajaan Majapahit yang dibangun di atas reruntuhan kerajaan
sebelumnya yang dihancurkan oleh bencana alam.
Contoh lain keagungan budaya Nusantara
adalah ditemukannya topeng yang dibuat dari bahan semi konduktor di
Jombang. Topeng yang berasal dari abad
kelima ini dibawa ke Jepang dan tidak diberitakan. Adanya pihak-pihak tertentu yang tidak mau
sejarah Nusantara terungkap.
Sejarah pertambangan juga mengungkap banyak
cerita. Di lokasi Tambang Newmont di Batu Hijau, Nusa Tenggara Barat, ditemukan
banyak tembikar. Sudah dilaporkan ke
Badan Arkeologi Nasional, tetapi mendapat jawaban “tidak patut diteliti lebih
lanjut”. Ternyata menurut sejarahnya,
tambang tersebut sudah ditambang sejak dahulu, sejak sebelum Gunung Tambora
meletus pada tahun 1815. Demikian pula
tambang pada abad keempat, pada jaman Kalingga telah ada tambang-tambang besi
yang dipergunakan sebagai alat perang.
Bahkan keris yang bagus dibuat dari batu meteorit dan dibuat dengan
tangan hampa. Legenda dan mitos disertai
klenik menjadi cara bagi manusia modern saat ini untuk merasionalisasi
ketakmampuan rosionalnya akan budaya, pengetahuan, dan teknologi masa lalu.
Candi Pari di Porong, merupakan candi
penanda peristiwa banjir lumpur pada masa lalu di kawasan Porong. Manusia Nusantara belajar dari peristiwa alam
pada sebuah kawasan. Pengeboran Lapindo
tidak mempertimbangkan fakta sejarah dan merasa menguasai teknologi terkini. Lapindo melakukan pengeboran di Porong bukan
tanpa pengetahuan tetapi terjebak pada underspect
dan penanganan yang tidak benar.
Situs Kaldera Mahameru (Brom0, Tengger,
Semeru) belum diteliti dan tidak ada referensi.
Semesterinya sangat menarik karena akan memunculkan penelitian baru
seperti ‘Arkeologi Vulalkanologi” atau “Arkeologi Geologi”.
Situs Gunung Padang tidak dapat diungkap
dengan segera karena adanya keberatan dari beberapa pihak. Bukan saja karena kendala dengan budaya dan
kepercayaan masyarakat Sunda tetapi juga karena adanya pihak-pihak tertentu
yang tidak ingin sejarah dan budaya unggul Nusantara diungkap. Terbukti dengan keraguan penguasa
(pemerintah) untuk mengambil tindakan dan keputusan. Khususnya ketaktegasan menghadapi kepenting
para Menteri yang saling menyandera.
Sebagai contoh, Instruksi Presiden tidak ditindaklanjuti oleh Menteri
dan Dirjen, tetapi tidak ada tindakan keras dari Presiden. Team Mandiri benar-benar mandiri sehingga
terbebas dari sandera kepentingan dari pihak-pihak tertentu tersebut. Kedekatan dengan Andi Arif (Penasehat
Presiden Bidang Kebencanaan) dimanfaatkan untuk mempermudah perijinan dan
masalah administrasi. Birokrasi tidak
akan bekerja tanpa kepentinganya.
Pertarungan kepentingan bukan saja terjadi
di lingkaran penguasa (rezim) dan birokrasi saja, tetapi juga terjadi di
lingkaran para ahli geologi. Banyak ahli
geologi dari luar negeri yang datang meneliti dan ditolak karena tidak mau
hasil penelitiann diangkut ke luar negeri.
Tetapi para ahli geologi dalam negeri saling sikat atas temuan geologi
dan mencoba untuk menjatuhkan temuan dari kolega.
Mengacu pada Teori Konspirasi, banyak
teknologi yang dikuasai oleh USA dan Israel dengan tujuan-tujuan tertentu. Contohnya adalah Area 51, monopoli informasi dan teknologi untuk
kepentingan sendiri. Contoh yang lain,
banyak prasasti dan kitab lontar yang dibawa oleh Pemerintah Belanda ke Leiden
sejak jaman penjajahan dulu. Nusantara
telah kehilangan masa lalu dan sejarahnya.
Harus diungkap bukan untuk menjadi kawasan wisata semata tetapi untuk
membangun peradaban yang lebih baik di kemudian hari.
Hipotesis tenang Atlantis. Paling cocok adalah Sunda Land yang tenggelam karena naiknya muka air laut dan gunung
meletus. Data dari Dani Hilman mendukung
hipotesis tersebut. Data lengkap tentang
arkeologi laut dimiliki oleh perusahaan-perusahaan minyak. Bisa dikumpulkan dan dielaborasi.
Sejak jaman purba, Jawa Timur berbentuk
tapal kuda karena bentukan Sungai Bengawan Solo dan Sungai Berantas. Belanda membelokkan Sungai Bengawan Solo pada
abad kesembilan belas yang menjadi Ujung Pangkah. Ujung Galuh (Surabaya) menjadi hilang. Pelabuhan Kambang Putih di Pati, Pelabuhan
Muria, Lasem, dan Tuban mendangkal sehingga pelabuhan di Utara Jawa selalu
bergeser ke timur. Di Indonesia hanya
ada 2 orang ahli tentang pelabuhan purba, tetapi karena keterbatasan dana,
tidak banyak penelitian yang berhasil diungkap.
Penambangan pasir besi di selatan Jawa
Timur seperti di Jember, Lumajang, Malang, dan Blitar akan memperparah ancaman
tsunami dari Laut Indonesia. Kerentanan
terhadap Tsunami akan meningkat karena hilangnya gumuk (bukit) pasir. Ancaman terhadap lingkungan dan alam
mengancam keamanan manusia. Kondisi
Pulau Jawa, selatan terus menerus naik tetapi sisi utara terus menerus
turun. Ancaman terhadap masuknya iar
laut semakin meningkat diiringi dengan naiknya muka air laut akibat global warming. Salah satu contoh nyata perubahan permukaan
Pulau Jawa adalah berbeloknya Sungai Bengawan Solo Purba yang dulunya bermuara
di selatan Pulau Jawa menjadi bermuara di utara Pulau Jawa.
Siklus bumi bersifat dinamis. Di Indonesia saja ada 129 gunung berapi aktif
dan 22 berstatus waspada dengan 4 berstatus awas pada saat ini. Mitigasi bencana ke masyarakat kurang dan
kurang tahunya pemerintah terhadap ancaman bencana gunung berapi. Selain kematian dan rusaknya infrastuktur
serta ekonomi, gunung berapi akan berampak pada hilangnya kerifan local.
Global
warming adalah proses alami, tetapi campur tangan
manusia memperparahnya. Saat ini kita
berada di sklus terakhir global warming
berdasar data dari 200 tahun terakhir.
Setelahnya manusia dan bumi akan menghadapi global cooling, sebagai siklus dinamis bumi.
Keberadaan Gunung Wukir di Karang Ploso dan
Gunung Katu di Pakis Aji mirip punden berundak.
Berdasar peta geologi, kedua gunung tersebut merupakan bentukan magma
gunug berapi. Tetapi perlu penelitian
lebih lanjut karena bentuknya tidak berubah.
Ekplorasi dan penelitian dilakukan berdasarkan kecurigaan dan harus
dibuktikan.
Sejarah Nusa Tenggara Timur dikumpulkan
dari syair dan catatan mantra yang sayangnya dihancurkan oleh Gereka karena
alas an mengancam iman. Geologi adalah
sejarah bumi, hubungannya sangat kuat dengan sejarah manusia. Di Flores ada situs-situs megaliltik dapat
menjadi awal penelitian untuk membuka tabir sejarah. Pulau Timor memiliki batuan yang sama dengan
Australia sampai ke Pulau Seram, Pulau Kei, dan Papua. Memiliki landas kontinen yang sama. Selat Timor merupakan selat yang kaya akan
minyak, cadangan minyak di Selat Timor saat ini sama dengan seluruh cadangan
seluruh Indonesia saat ini. Sangat
dikejar oleh Australia.
Sejarah adalah milik pemenang. Penulis sejarah sesuai kebutuhan rezim yang
berkuasa. Contoh: Sejarah Ken Arok yang
berbeda antara Pararaton dan Prasasti Kediri.
Sejarah manusia dan bumi membentuk sejarah budaya dan teknologi
manusia. Sejarah geologi membentuk
peradaban. Kraton (batuan yang paling
tua) yang ada di Victoria (Australia), Saudi Arabia, Afrika merupakan batuan
yang tidak bergerak karena aktvitas buminya berhenti. Indonesia adalah kawasan yang proses buminya
masih terus bergerak. Australia akan
membentur Pulau Jawa dan Nusa Tenggara kurang lebih pada 50 juta tahun
lagi. Benturan dua lempeng akan
membentuk kawasan baru, seperti lempeng India dan membentu Asia menciptakan
Pegunungan Himalaya.
Penutup
Babad Kediri yang ditulis pada tahun 1832
merupakan tulisan yang dipesan oleh Pemerintah Kolonial Belanda setelah Perang
Jawa (Diponegoro). Caranya adalah
membuat seseorang kesurupan roh masa lalu dan dari omongan dan ocehannya
ditulis sebagai Babad Kediri. Tetapi ada
misteri-misteri yang terungkap pula. Di
Gumarah (Gurah pada saat ini) ditemukan Patung Totok Kerot, patung seorang
raksaksa perempuan yang ingin melamar Prabu Jayabaya. Patung ditemukan pada tahun 1981 dengan
deskripsi yang sama persis dengan yang diceritakan di Babad Kediri. Patung Totok Kerot terbenam dan tertutup
erupsi beberapakali, Patung yang terbukti secara ilmiah dibuat pada abab
kesebelas.
Nusantara seharusnya memiliki peradaban
yang tinggi, karena merupakan kawasan hunian manusia sejak 1,5 juta tahun yang
lalu. Tetapi Nusantara mengalamai 4 kali
Glasilasi atau Katastropi. Dibuktikan
dengan adanya homo sapiens yang telah
menghuni Jawa. Sayangnya, sejarah
panjang Nusantara belum diajarkan selain itu pencarian sejarahpun belum
selesai. Ada masih banyak bukti sejarah
dan peradaban Nusantara yang belum terungkap dan masih tertimbun tanah. Sejarah menanti untuk diungkap.
Pagi yang mendung di pojok barat Malang
03 Juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar