Latar Belakang
Bencana
letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan diikuti oleh serangkaian
letusan lain dan puncaknya pada tanggal 5 November 2010, telah mengakibatkan
jatuhnya korban jiwa, kehilangan hak milik serta dampak buruk terhadap
kelangsungan mata pencaharian penduduk yang terkena dampaknya. Data BNPB (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana) per 22 November melaporkan dampak kerugian
akibat letusan Gunung Merapi sebagai berikut:
KABUPATEN/ |
JUMLAH
JIWA |
RUMAH
RUSAK |
BANGUNAN
PUBLIK |
|||||||
MENING-GAL |
RAWAT
INAP |
IDP |
BRT |
SDG |
RGN |
SEKO-LAH |
PASAR |
PUSKES- MAS |
PUSTU |
|
TEMANGGUNG |
|
|
2,486 |
|
|
|
|
|
|
|
MAGELANG |
43 |
115 |
508,413 |
119 |
158 |
296 |
|
|
|
|
BOYOLALI |
10 |
37 |
2,109 |
|
|
|
|
|
|
|
KLATEN |
29 |
79 |
24,000 |
|
|
|
|
|
|
|
SLEMAN |
227 |
236 |
86,939 |
2346 |
|
|
217 |
7 |
10 |
5 |
|
|
|
4,923 |
|
|
|
|
|
|
|
BANTUL |
|
|
19,651 |
|
|
|
|
|
|
|
KULONPROGO |
|
|
2,333 |
|
|
|
|
|
|
|
GUNUNGKIDUL |
|
|
6,630 |
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL |
309 |
467 |
657,484 |
2.465 |
158 |
296 |
217 |
7 |
10 |
5 |
Disamping korban jiwa dan infrastruktur,
dilaporkan pula dampak langsung kerugian di sektor pertanian dan peternakan
senilai Rp 247 miliar.
Mempertimbangkan
skala korban dan dampak kerugian akibat erupsi Merapi yang besar dan keterbatasan kemampuan pemerintah serta
lembaga-lembaga/pihak lain untuk menjawab semua kebutuhan masyarakat yang
terkena dampak, maka JRS (Jesuit Refugee
Service) sebagai lembaga yang berkantor pusat di wilayah bencana,
memutuskan untuk melakukan kegiatan tanggap darurat selama 2 bulan, dengan
prioritas pada pemenuhan kebutuhan dasar mendesak bagi mereka yang kurang atau
tidak mendapat perhatian dari pihak lain.
Tujuan
umum kegiatan tanggap darurat adalah menyediakan kebutuhan dasar makanan dan
non-makanan bagi 3000 pengungsi di wilayah Provinsi
(1)
Memberi bantuan dasar makanan dan
non-makanan bagi 3.000 pengungsi di 4 Kabupaten (Magelang, Boyolali, Klaten dan
Sleman), terdiri dari 2000 orang dewasa dan 1000 orang dari kelompok rentan
(ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak-anak balita, dan lansia),
(2)
Memastikan bahwa hak-hak pengungsi dan
masyarakat yang terkena dampak bencana diperlakukan sesuai dengan
Prinsip-prinsip Panduan Pengungsi internal, Hak-hak asasi manusia, Hukum dan
Panduan kemanusiaan Internasional.
Waktu, Tempat, dan Penyelenggara
Waktu: 13 November—01 Desember 2010
Tempat: Posko Logistik Muntilan dan Blabak
– Magelang – Jawa Tengah
Penyelenggara: Jesuit Refugee Servive (JRS)
dan Conggregasi Misi (CM)
Rincian Kegiatan
Pra Pemberangkatan (13—17 November 2010)
Sebelum dilakukan pemberangkatan rombongan
relawan dari Universitas Ma Chung dilakukan Pra Survei yang dilakukan oleh
Daniel S. Stephanus. Pra-survei
dilakukan dengan melakukan aktivitas kerelawanan pada Gereja Kristus Penebus –
Magelang atas permintaan Gereja yang bersangkutan untuk mengelola posko yang
akan dibuka. Selain menata Posko GKP
dilakukan pula aktivitas assessment dan distribusi untuk mengetahui informasi
lengkap kondisi lereng Merapi, kondisi pengungsian, dan tugas yang akan
dilaksanakan oleh Tim Relawan UMC.
Sekaligus dilakukan kontak dengan Posko Jezuit Refugee Service (JRS) –
Conggregasi Missi (CM) yang akan menjadi lokasi posko dari Tim Relawan UMC.
Aktivitas distribusi dan survei dilakukan
pada:
1. Pos Pengungsi Balai Desa
Banyuroto – Kecamatan Sawangan, dengan jumlah pengungsi 1.215 jiwa, 3 kali
distribusi.
2. Pos Pengungsi Desa
Ketundan – Kecamatan Pakis, dengan jumlah pengungsi 947 Jiwa, 2 kali
distribusi.
3. Pos Pengungsi Desa Pogalan
– Kecamatan Pakis, dengan jumlah pengungsi 225 jiwa, 2 kali distribusi.
4. Pos Pengungsi Desa Giyanti
– Kecamatan Candimulyo, dengan jumlah pengungsi 209 jiwa, 1 kali distribusi.
Aktivitas komunikasi, diskusi, dan
penyiapan untuk kedatangan Team Relawan UMC Gelombang Pertama dilakukan di
Posko JRS – CM di Museum Paroki Muntilan – Kecamatan Muntilan – Magelang. Komunikasi dan diskusi dilakukan untuk
pemantapan dan up-date informasi
terakhir baik mengenai Posko maupun kondisi erupsi merapi dan pengungsian.
Gelombang 1 (19—23 November 2010)
Tim relawan terdiri dari William Chung,
Pungky Andriyani, Reza, Tanuarto Simatupang, Wisnu, Trianom Suryandharu.
Ketika tim relawan datang di lokasi posko,
kondisi posko sedang dalam tahap ‘opname stock’. Artinya, posko tidak menerima
kiriman barang bantuan dari pihak luar. Akan tetapi lebih fokus pada pembagian
atau distribusi barang bantuan yang ada. Hal ini dilakukan karena posko akan
mengalami perpindahan ke daerah Blabak.
Menurut beberapa informasi yang didapat
sebelum pemberangkatan, kedatangan barang bantuan seolah-olah tidak mengenal
waktu. Kapanpun, jam berapapun, barang bisa datang sewaktu-waktu. Belum lagi
proses survei dan pengambilan data, untuk menentukan kebutuhan barang yang akan
diberikan kepada pengungsi. Dengan demikian, terbayanglah tingkat kesibukannya.
Ketika tim relawan kloter I datang,
ternyata tahapnya sedang mengalami penurunan aktivitas. Oleh karena itu,
dikhususkan pada survei dan pendataan kebutuhan, serta merapikan pelbagai
catatan administrasi keluar-masuknya barang bantuan.
Tim datang di Museum Van Lith Paroki
Muntilan, Sabtu, 20 November 2010, pukul 04.30. Istirahat sebentar, kemudian
ada brifing sebentar oleh Ibu Taka Gani, Koordinator Posko Jezuit Refugee
Service (JRS). Perkenalan singkat dengan lembaga JRS, diteruskan dengan
koordinasi pembagian tempat survei dan assessment. Tim relawan dari UMC segera
bergabung dengan relawan lainnya yang ada di posko.
Kegiatan hari I ini, tim melakukan
distribusi dan assessment. Tim relawan dari UMC yang kebetulan banyak yang
memiliki ketrampilansebagai sopir, akhirnya mereka dipecah menjadi tiga tim.
Masing-masing menjadi sopir. Seorang di antaranya, Pungky, diminta lebih
konsentrasi membantu di bidang administrasi.
Minggu, 21/11, posko sedang reses. Ibu Taka
malah meminta posko di-‘break’ dulu. Dia minta para relawan tidak banyak
melalukan aktivitas dulu, malah kalau perlu istirahat dan jalan-jalan, mengingat
kejenuhan dan keletihan dari relawan yang selama ini ada di sana.
Esok harinya, Senin, 22/11, aktivitas
kembali normal. Artinya, pagi koordinasi, dilanjutkan persiapan barang bantuan
untuk dikirimkan. Setelah pengiriman (distribusi), aktivitasdilanjutkan dengan
penggalian kebutuhan (assessment) ke daerah lainnya.
Senin, 22/11, sore hari, setelah selesai
beraktivitas seharian, teman-teman di posko melihat anak-anak pengungsi yang
beraktivitas. Ada dua orang relawan dari luar yang sedang mengajak anak-anak
itu menggambar dan bermain. Akhirnya, teman-teman relawan terlibat kegiatan
menggambar bersama dan bermain sepak bola.
Selasa, 23/11, sebelum kembali ke Malang,
tim menyempatkan diri melakukan distribusi bantuan. Kali ini ke daerah Desa
Jumoyo, Kecamatan Salam (korban terdampak), dan Dusun Dadapwangi, Desa
Banyuadem, Kecamatan Srumbung. Di lokasi yang terakhir ini, desa terletak agak
masuk ke dalam. Sekitar 25 km dari jalan raya. Kondisi jalan bebatuan
(makadam). Di kanan kiri jalan, Nampak suasana desa yang luluh-lantak.
Nampaknya, desa ini merupakan sentra perkebunan buah salak. Banyak tanaman
salak yang daunnya tumbang tertimpa abu.
Tanaman ini rusak, menurut warga setempat,
butuh waktu 2-3 tahun lagi agar tanaman itu bisa berbuah lagi. Menjelang pulang,
setelah selesai menurunkan bantuan, tim relawan diberikan sedikit oleh-oleh,
yaitu satu glansing buah salak. Menurut mereka, Merapi kebetulan saja meletus
persis saat tanaman salak sedang berbuah. Bahkan, buahnya sebagian besar sudah
siap panen. Nah, jadi termasuk buah salak yang diberikan kepada tim relawan ini
memang merupakan buah panen terakhir. Setidaknya, akan panen lagi dua tahun
mendatang.
Tim diminta menerima buah salak tersebut,
sebagai bagian dari ucapan terima kasih mereka. Mereka merasa tidak sendirian
menghadapi musibah ini. Lebih dari itu, mereka sudah merasa memiliki saudara.
Bahkan pula, mereka sudah merasa cukup dibantu. Oleh karena itu, hanya buah
salak inilah yang menjadi ungkapan mereka.
Selasa sore, tim relawan UMC berangkat
pulang ke Malang. Pada 25/11, diadakan pertemuan evaluasi dan berbagi
pengalaman dari tim relawan kloter I, sekaligus transfer data dan informasi
terakhir ke tim relawan kloter II.
Gelombang 2 (26 November—01 Desember 2010)
Tim Relawan yang terdiri dari Pak Jayadani
(Team Leader), Daniel SS (Akuntansi), Alfius (SI), Meidi (SI), Crsitian (SI),
Ajeng (Manajemen), Aldino (Manajemen), Risky (Manajemen), Edo (Manajemen), Gita
(Bahasa Inggris).
Berangkat dari Kampus UMC pada tanggal 26
November 2010 malam.
Aktivitas hari pertama (27 November 2010),
melakukan perhitungan barang dan penataan gudang karena Posko dari Museum Paroki
Muntilan pindah ke Blabak, Mungkid, Magelang.
Aktivitas pengklasifikasian barang berdasar kelompok dan jenis, serta
pencatatan dilakukan untuk mempermudah pencatatan dan pengambilan untuk
pendistribusian.
Aktivitas hari kedua (28 November 2010),
dilakukan distribusi dan assessment.
Distribusi dilakukan pada Pos Pengungsi Balai Desa Kadiluwih – Kecamatan
Salam dengan pengungsi yang berasal dari Desa Tegalrandu – Kecamatan
Srumbung. Selanjutnya dilakukan
assessment ke Pos Pengungsian Dusun Keron – Desa Korowagan – Kecamatan
Sawangan.
Aktivitas hari ketiga (29 November 2010),
dilakukan assessment ke Pos Pengungsian Paroki Santo Petrus – Kecamatan
Borobudur, Dusun Remame – Desa Jumoyo – Kecamatan Salam (korban terdampak), dan
Dusun Dadapwangi – Desa Banyuadem – Kecamatan Srumbung (pengungi yang telah
kembali / returnee).
Aktivitas hari keempat (30 November 2010),
dilakukan satu kali distribusi ke Pos Pengungsi Dusun Keron – Desa Korowagan –
Kecamatan Sawangan. Aktivitas dilanjutkan untuk melakukan pemilahan (sortir)
baju pantas pakai berdasar jenis pakaian (pria-wanita - Dewasa-anak-anak) untuk mempermudah
distribusi dan penataan gudang khusus pakaian.
Aktivitas hari kelima (01 Desember 2010),
melakukan distribusi ke Pos Pengungsi Paroki Santo Petrus – Borobudur dan Dusun
Dadapwangi – Desa Banyuadem – Kecamatan Srumbung. Pada waktu kepulangan ke Posko Induk,
berkesempatan menjadi saksi mata keganasan Banjir Bandang Lahar Dingin yang
menerpa Sungai Pabelan – Muntilan.
Akibat dari banjir bandang ini, jalan raya Jogja-Magelang ditutup selama
4 jam karena Jembatan Pabelan dalam kondisi kritis dan menunggu banjir lewat.
01 Desember 2010 malam, walaupun dalam
kondisi masih lelah dipaksakan diri untuk pulang karena pada keesokan harinya
harus masuk kuliah dan kembali beraktivitas seperti biasa.
Ringkasan Materi
Aktivitas kerelawanan ini dilakukan hanya untuk
aktivitas tanggap darurat (emergency
response) dengan mengambil peran sebagai Pos Logistik yang akan menjadi
penyedia logistic bagi Pos-Pos Pengungsian yang tersebar di Kabupaten
Magelang. Terdiri dari Kecamatan
Muntilan, Borobudur, Salam, Srumbung, Dukun, Sawangan, Pakis, dan Candi
Mulyo. Aktivitas Pos Logistik terdiri
dari aktivitas:
1.
Administrasi dan Database
Divisi ini
bertugas untuk mengumpulkan dan menyimpan data baik yang terkait dengan data
donator, relawan, jumlah barang yang diterima, jumlah barang yang
didistribusikan, pos pengungsi yang dilayani, data pengungsi pada masing-masing
pos yang dilayani, dan berbagai aktivitas dokumentasi data lainnya.
2.
Gudang dan Persediaan Barang
Divisi ini
bertugas untuk mencatat barang masuk dan barang keluar sesuai dengan jenis dan
item barang. Mengklasifikasi dan
mengelompokkan sesuai kelompok barang seperti beras, pakaian, obat-obatan, mie
instan, air mineral daln barang-barang lain berdasar merk, isi, dan
klasifikasi-klasifikasi lainnya.
Bertugas pula untuk menyiapkan barang-barang yang akan didistribusikan
sesuai permintaan dari Divisi Assessment.
3.
Assessment
Divisi ini
bertugas untuk melakukan pengamatan (survey)
dan penilaian (assessment) terhadap
kondisi dan kebutuhan pos pengungsian yang akan diberi bantuan logistik. Assessment didasarkan pada proposal, telefon,
dan informasi lain yang masuk atau berdasar temuan dari tim assessment
sendiri. Pengamatan dan penilaian ini
akan dijadikan dasar bagi jenis dan jumlah barang yang akan disalurkan. Divisi ini bertugas pula mendata jumlah
pengungsi dan mobilitas pengungsi dari waktu ke waktu berdasar dusun-desa-kecamatan
asal dan basis demografi. Diupayakan
pula untuk memperoleh informasi-informasi lain yang signifikan seperti pos
pengungsian lain yang mungkin belum terlayani oleh posko logistic, potensi
konflik dan potensi kerentanan lainnya.
4.
Distribusi
Divisi ini
bertugas untuk mengirimkan logistic pada pos pengungsian seperti yang telah
dipersiapkan oleh Divisi Gudang dan Logistik atas permintaan Divisi
Assessment. Selain mengirimkan sampai
pada lokasi yang dituju, divisi ini berusaha pula untuk menggali informasi
seputar pos pengungsian yang dituju sebagai bahan pelengkap bagi Divisi
Assessment.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Aktivitas kerelawanan menjadi aktivitas
penting untuk menginternalisasi nilai-nilai Ma Chung, bukan hanya menumbuhkan
berbela rasa, bukan hanya mempertajam empati, tetapi mempertegas kemampuan
untuk berkarya nyata bagi masyarakat yang membutuhkan. Aktivitas kerelawanan bukan hanya aktivitas
fisik semata tetapi pembelajaran dan pelatihan untuk kerjasama tim, manajerial,
organisasi, kepemimpinan, dan menjadi motivator melalui aktivitas trauma healing.
Aktivitas kerelawanan membutuhkan kemampuan
dan keahlian dalam penggalian data, penyusunan basis data (data base), analisis kebutuhan, analisis sosial, pemetaan, dan
pengambilan keputusan berdasar kondisi lapangan. Kemampuan dan keahlian yang akan berguna bagi
mahasiswa UMC untuk lebih siap menghadapi dunia nyata baik saat ini sebagai
mahasiswa dan nantinya sebagai apapun setelah lulus nanti. Kemampuan analisis
kritis yang terasah bukan hanya di bangku kuliah dari berbagai buku semata,
tetapi kemampuan praktis berbasis pengalaman nyata.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas
kerelawanan memenuhi nilai Tri Dharma Perguruan Tinggi. Proses Belajar dan Mengajar berbasis keilmuan
dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas lapangan layaknya kelas
praktikum. Pada saat tanggap darurat mahasiswa
Manajemen dan Akuntansi akan memperoleh banyak pengalaman praktik dalam
manajemen posko, karena operasional posko layaknya sebuah perusahaan retail
walau tanpa proses jual beli. Mahasiswa Sistem Informasi dan Teknik Informatika
akan memperoleh pembelajaran untuk menyusun data base, website, program
logistik, dan berbagai produk-produk teknologi informasi yang berguna bagi posko
dan pemangku kepentingan lain serta masyarakat secara umum.
Setelah masa tanggap darurat berlalu dan
masuk pada masa rehabililtasi, mahasiswa akuntansi dan manajemen dapat
berkontribusi nyata dengan melakukan pendampingan ekonomi dan bisnis. Mahasiswa
Bahasa Inggris bisa mengajar anak-anak usia sekolah sembari memotivasi mereka
untuk terus kuat bertahan memiliki pengharapan. Mahasiswa Teknik Industri
memberi pelatihan dan pendampingan produksi berbasis sumber daya alam
setempat. Mahasiswa Sistem Informasi dan
Teknik Informatika bisa terus bekerja sebagai penyedia informasi bagi semua
pemangku kepentingan. Bukankah
aktivitas-aktivitas tersebut merupakan aktivitas pengabdian pada masyarakat yang
sebenar-benarnya? Aktivitas kongkrit
sembari belajar untuk berbela rasa, bukan aktivitas artifisial yang hanya
dilakukan di kampus.
Bagaimana dengan Peneliltian? Bukankah
semua proses kerelawanan dapat dituliskan dalam bentuk tulisan ilmiah? Bukankah
semua aktivitas kerelawanan adalah proses perumusan masalah, berbasis keilmuan
(teori), dan analisis terhadap data, serta penarikan kesimpulan? Bukankah
aktivitas kerelawanan adalah aktivitas penelitian yang berbasis pada
permasalahan nyata di masyarakat terkini dan bukan penelitian yang masalahnya
hanya berbasis teori dan dicari-cari?
Mencermati dinamika tersebut, kami
mengusulkan:
1.
Aktivitas Kerelawanan secara
substansial sebenarnya memiliki kesamaan visi dengan kegiatan bakti sosial yang
seringkali dilakukan, baik lewat Program Studi (Prodi) maupun Lembaga
Kemahasiswaan (LK). Ke depan, dibutuhkan kerja sama antar-lini
(lintas-direktorat, lintas-prodi), khusus menyangkut kegiatan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan bisa lebih terpadu dan tepat sasaran.
2.
Kerja samatersebut bisa
diwujudkan dalam bentuk pemberian motivasi kepada para mahasiswa sebagai calon
relawan, maupun dukungan dalam bentuk kebijakan perijinan tidak turut dalam
perkuliahan, sesuai dengan prosentase ketidakhadiran. Bahkan, layak pula
dipertimbangkan, dukungan materiil/anggaran sebagai bentuk kepedulian (masuk
dalam pos pengabdian masyarakat sesuai anggaran yang memiliki keberpihakan).
3. Besar kemungkinan Aktivitas Kerelawanan pada masa-masa mendatang dapat menjadi bagian dari Prorgam Pengabdian pada Masyarakat atau Praktik Kerja Lapangan dan bahkan menjadi salah satu bentuk Tugas Akhir? Bila menilik unsur-unsur Tri Dharma yang dipenuhi oleh Aktivitas Kerelawanan dan kesesuaian dengan Visi Ma Chung tidak ada alasan untuk tidak menjadikannya sebagai bagian dari PPM/PKL dan Tugas Akhir Kuliah di Universitas Ma Chung.
DiDisusun oleh:
D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar