INSTITUT PENDIDIKAN THEOLOGIA “BALEWIYATA” MALANG, 05 AGUSTUS 2010
Latar Belakang
Berdasar
Analisis SWOT PKP IV GKJW, Pendeta sebagai salah satu pengembang
jabatan-jabatan khusus dalam gereja mengalami kemandegan pengembangan wawasan,
ilmu, dan ketrampilan. Kemandegan itu
mengakibatkan ketidakpuasan dan frustasi jemaat dan Pendeta sendiri, terutama
dalam pengembangan pelayanan gerejawi.
Kesibukan dan
rutinitas di Jemaat dan di Majelis Daerah, menyebakan Pendeta kekurangan
kesempatan khusus untuk duduk tenang, merenung, dan menata kembali panggilannya,
serta merencanakan pelayanan selanjutnya.
Kurangnya kesempatakan untuk memutakhirkan (update) ketajaman wawasan teologis formal dan teologis actual
menjadikan kegiatan pelatihan ini begitu penting, Pelatihan Pendeta Berbela
Rasa.
Tujuan
pelatihan ini adalah untuk menjadikan Pendeta GKJW semakin mantap (madhep mantep) dan bersemangat dalam
berbela rasa, khususnya pelayanan dan pembelaan pada jemaat yang berkesusahan
dalam hidup dan turut berjuang untuk memperbaiki kehidupan secara bersama. Setiap Pendeta diharapkan memiliki tindakan
nyata khusus (focus action) pribadi
dalam berbela rasa berupa Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang kongkret dan
tertuangkan dalam bentuk Proposal Pendeta Berbela Rasa.
Waktu, Tempat, dan Penyelenggara
Pelatihan Pendeta GKJW Berbela Rasa
(Gelombang Ketiga) dilaksanakan Oleh Institu Pendidikan Theologi Balewiyata
Malang pada 02—06 Agustus 2010 di IPTh. Balewiyata, Jl. S. Supriadi 18
Malang. Khusus untuk pelatihan
penyusunan Proposal dan Fundraising dilaksanakan pada 05 Agustus 2010.
Rincian Kegiatan
05 Agustus 2010
08.00—10.00 – Sharing dan diskusi hasil live
in.
10.00—12.00 – Penyusunan hasil diskusi dan perumusan Rencana Tindak
Lanjut untuk Jemaat setempat dan Rekomendasi bagi Majelis Agung GKJW melalui
IPTh. Balewiyata.
12.00—14.00 – Makan Siang dan Istirahat.
14.00—16.00 – Menyusun Data Diri dan Analisis Sosial Jemaat
masing-masing.
16.00—18.00 – Presentasi Materi Penyusunan Proposal dan Strategi
Pendanaan (Fundraising).
18.00—19.00 – Mandi dan Makan Malam.
19.00—22.00 – Workshop Penyusunan Proposal Rencana Tindak Lanjut
Berbasis Data Diri dan Analisis Sosial Jemaat dan Strategi Pendanaan.
Ringkasan Materi
Sharing
dan Refleksi Live In di Desa Peniwen, Kabupaten Malang – Kasus Pertanian
Organik
Dasar Pelayanan dan Rencana Aksi (RTL): JBIC – Justice, Peace, and Integrity of Creation (Keadilan, Perdamaian,
dan Kesatuan Ciptaan).
Identifikasi Masalah: Mandegnya produksi beras organic.
Penebab: Pendamping (Yayasan Pembangunan Pedesaan – YPP Malang)
lepas tangan dan keluar dari Desa Peniwen begitu saja.
Akibat: (1) keterbatasan akses pasar, (2) tidak terorganisir, (3)
tidak ada budaya mencari pasar.
Akar Masalah: (1) Sumberdaya Manusia kurang kompeten, (2) organisasi
rakyat lemah, (3) jejaring pasar dan rekanan lemah.
Sikap Pendita: (1) Prihatin tetapi kurang peduli, (2) kurang
interaksi langsung dengan jemaat, (3) kurang pemahaman terhadap permasalahan
mendasar.
Refleksi:
1.
Peran perempuan tidak bisa
dipandang sebelah mata (gender equality).
2.
Perlu adanya karya bersama
antar pemangku kepentingan (stakeholders).
3.
Perlu kerelaan berkorban dan
berkomitmen dari pemimpin umat dan pemimpin masyarakat.
4.
Perlunya penanaman visi
“Pelestaarian dan Keutuhan Ciptaan”.
5.
Perlu adanya pendampingan berkelanjutan
dan kejelasan visi.
6.
Internalisasi kepedulian
(belarasa) pada sesama dan alam.
7.
Perlu berjejaring untuk
mengatasi keterbatasan dan kekurangan.
8.
Fungsi pemimpin umat sebagai
konseptot – motivator – organisator – pelaku.
9.
Peran dan fungsi (organisasi)
gereja untuk mencari jejaring dan berjejaring.
10.
Gereja membangun kembali
jejaring dan komunikasi antara rakyat (korban) dan pemangku pemangku
kepentingan (stakeholders).
11.
Perlu adanya apresiasi terhadap
rakyat pelaku dan korban.
12.
Rencana strategis jangka panjang
dan berkelanjutan.
13. Fungsi gembala sebagai pemimpin umat untuk mengetahui kelebihan dan
masalah umat dan medan gembalaan, memahami ancaman dan peluang dari luar
kandang, memberdayakan dan mengedukasi umat secara kontekstual, dan memantapkan
peran-peran pendukung.
Pokok-Pokok Masalah:
1.
Budaya patriarki yang
menyebabkan bias gender.
2.
Alam diperlakukan hanya sebagai
obyek dan komoditas belaka.
3.
Nilai-nilai yang terlanjur
melekat dan tertanam di alam bawah sadar.
4. Keterbatasan kemampuan dan kapasitas.
Rencana Tindak Lanjut (RTL):
1.
Reaktualisasi system dan supporting system.
2.
Peningkatan kesadasaran dan
kapasistas.
3.
Membangun jejaring social
4.
Membangun kerangka nilai-nilai.
5.
Membangun komunikasi dan
kesatuan umat dengan gereja (dan Majelis Agung).
6.
Membentuk (rekonstruksi)
tatanan baru dengan meminimalkan dampak dan pengorbanan.
7. Kontekstualisasi teologi dan pelayanan gereja.
Catatan:
1.
Paradigma keutuhan dan
pelestarian ciptaan telah terinternalisasi dengan baik.
2.
Mediator dan mitra jemaat
peniwen dan jemaat lain.
3.
Pemanfaatan lahan-lahan jemaat
secara masif.
4. Membangun kesadaran bersama antar jemaat dan kelancaran komunikasi
mulai dari Majelis Jemaat – Majelis Daerah – Majelis Agung.
Rekomendasi Untuk MaJelis Agung:
1.
Penyebaran informasi (pertanian
organic) dan penyadaran pada umat.
2.
Produksi untuk kebutuhan local
dan jaringan antar gereja (Integrity of Creation).
3.
Mencari mitra pemasaran melalui
jejaring antar gereja dan antar jemaat, khususnya jemaat perkotaan (Justice).
4.
Membangkitkan kembali
kelompok-kelompok tani organis oleh gereja-gereja local yang berbasis pertanian
(peace).
5.
Membangun jaringan social
dengan pemangku kepentingan (stakeholders)
(peace).
6.
Kemandirian jemaat untuk
berproduksi – distribusi – pasar dengan membentuk pasar bersama dan usaha
bersama (koperasi dan social enterprise)
(justice and peace).
7. Ikonisasi (social branding)
pada Pasamuan Peniwen sebagai sentra produksi dan pendidikan pertanian organic.
Proposal Aksi Untuk Jemaat
Asal: Pertanian Organik di Pasamuan Jatiwaringin
Program: Menuju Pertanian Organik
SWOT:
-
Sulitnya merubah paradigm
prakmatisme,
-
peternakan (sapi) sebagai
sumber pupuk dan pestisida tidak mencukupi,
-
tidak adanya modal awal.
-
kemampuan perawatan dan
perlakuan mudah,
-
sewa sawah yang murah dan lahan
pertanian yang luas.
Rencana Tindak Lanjut:
Sosialisasi melalui Proyek Percontohan:
·
membuat demplot sebagai
percontohan,
·
mencari sumber dana awal,
·
berjejaring dengan Desa
Peniwen,
·
membangun jaringan pasar.
Solusi Alternatif:
·
memulai pertenakan dengan
kambing dan kemudian sapi,
·
merubah paradigm petani secara
perlahan.
·
pemanfaatan biomasa (sisa
pertanian) dan sampah rumah untuk pupuk,
·
penanaman tanaman pupuk seperti
kelorwono,
·
mengakses modal awal dari
pinjaman silang.
Menyusun Matrikulasi
Program (Rencana Strategis)
Menyusun rencana berkelanjutan dan berkesinambungan yang ditulis
dalam bentuk proposal.
Syarat-syarat:
1.
Data (potensi dan masalah) dan
analisis (SWOT dan Analisi Sosial)
2.
Rerangka pendampingan dengan
membentuk komunitas basis
3.
Membangun kesadaran bersama
dengan berbagai pertemuan (diskusi), berbagai pelatihan, dan membentuk proyek
percontohan.
4.
Membangkitkan kepedulian
bersama dan kesadaran pada kehidupan yang berkelanjutan dengan melakukan aksi
penanaman organic langsung yang disertai dangan pelatihan-pelatihan teknis
(penanaman, pembuatan pupuk, manajemen keuangan dan pasar).
5.
Membangun kesadaran lewat
budaya dan kesenian local sebagai sarana penanaman nilai (kearifan dan
kebijaksanaan local – local genius and
local wisdom).
6.
Membangun jejaring social dan
kerja seperti konsultan produksi, pasca produksi, dan pasar.
Kesimpulan
Konstekstualisasi pelayanan dan peran
pemimpin umat guna mengatasi permasalahan dan pengembangan potensi jemaat
setempat untuk pembangunan yang berkelanjuta (sustainable development) menuju kemandirian umat.
Dasar atau pilar pembangunan berkelanjutan
yang dipergunakan adalah Justice, Peace,
and Integrity of Creation (JIBC) yang dijabarkan sebagai berikut:
1.
Ekonomi Berkeadilan (Economic Justice) à Justice
·
Ekonomi solidaritas (Solidarity Economy)
·
Pasar Sosial (Social Market)
·
Badan Usaha Bersama (Social Enterprise)
2.
Perdagangan yang Adil (Fair Trade) à Justice
and Peace
·
Hak-Hak Pekerja (Workers or Labor Rights)
·
Pendidikan dan Penyadaran Pasar
(Market Education and Awareness)
3.
Kesetaraan Gender (Gender Equality) à Justice and Peace
·
Kesadaran Gender (Gender Awareness)
4. Perspective Lingkungan (Environmental
Perspective) à Integrity of Creation
·
Dampak Perubahan Lingkungan (Climate Change Impact)
·
Manajemen Kebencanaan (Disaster Management)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar