Senin, 06 Maret 2023

PELATIHAN PENDETA GEREKA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) “BERBELA RASA” – FUNDRAISING DAN PENULISAN PROPOSAL

INSTITUT PENDIDIKAN THEOLOGIA “BALEWIYATA” MALANG, 05 AGUSTUS 2010

Latar Belakang

Berdasar Analisis SWOT PKP IV GKJW, Pendeta sebagai salah satu pengembang jabatan-jabatan khusus dalam gereja mengalami kemandegan pengembangan wawasan, ilmu, dan ketrampilan.  Kemandegan itu mengakibatkan ketidakpuasan dan frustasi jemaat dan Pendeta sendiri, terutama dalam pengembangan pelayanan gerejawi.

Kesibukan dan rutinitas di Jemaat dan di Majelis Daerah, menyebakan Pendeta kekurangan kesempatan khusus untuk duduk tenang, merenung, dan menata kembali panggilannya, serta merencanakan pelayanan selanjutnya.  Kurangnya kesempatakan untuk memutakhirkan (update) ketajaman wawasan teologis formal dan teologis actual menjadikan kegiatan pelatihan ini begitu penting, Pelatihan Pendeta Berbela Rasa.

Tujuan pelatihan ini adalah untuk menjadikan Pendeta GKJW semakin mantap (madhep mantep) dan bersemangat dalam berbela rasa, khususnya pelayanan dan pembelaan pada jemaat yang berkesusahan dalam hidup dan turut berjuang untuk memperbaiki kehidupan secara bersama.  Setiap Pendeta diharapkan memiliki tindakan nyata khusus (focus action) pribadi dalam berbela rasa berupa Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang kongkret dan tertuangkan dalam bentuk Proposal Pendeta Berbela Rasa.

 

Waktu, Tempat, dan  Penyelenggara

Pelatihan Pendeta GKJW Berbela Rasa (Gelombang Ketiga) dilaksanakan Oleh Institu Pendidikan Theologi Balewiyata Malang pada 02—06 Agustus 2010 di IPTh. Balewiyata, Jl. S. Supriadi 18 Malang.  Khusus untuk pelatihan penyusunan Proposal dan Fundraising dilaksanakan pada 05 Agustus 2010.

 


 

Rincian Kegiatan

05 Agustus 2010

08.00—10.00 – Sharing dan diskusi hasil live in.

10.00—12.00 – Penyusunan hasil diskusi dan perumusan Rencana Tindak Lanjut untuk Jemaat setempat dan Rekomendasi bagi Majelis Agung GKJW melalui IPTh. Balewiyata.

12.00—14.00 – Makan Siang dan Istirahat.

14.00—16.00 – Menyusun Data Diri dan Analisis Sosial Jemaat masing-masing.

16.00—18.00 – Presentasi Materi Penyusunan Proposal dan Strategi Pendanaan (Fundraising).

18.00—19.00 – Mandi dan Makan Malam.

19.00—22.00 – Workshop Penyusunan Proposal Rencana Tindak Lanjut Berbasis Data Diri dan Analisis Sosial Jemaat dan Strategi Pendanaan.

 

                                   

Ringkasan Materi

Sharing dan Refleksi Live In di Desa Peniwen, Kabupaten Malang – Kasus Pertanian Organik

Dasar Pelayanan dan Rencana Aksi (RTL): JBIC – Justice, Peace, and Integrity of Creation (Keadilan, Perdamaian, dan Kesatuan Ciptaan).

Identifikasi Masalah: Mandegnya produksi beras organic.

Penebab: Pendamping (Yayasan Pembangunan Pedesaan – YPP Malang) lepas tangan dan keluar dari Desa Peniwen begitu saja.

Akibat: (1) keterbatasan akses pasar, (2) tidak terorganisir, (3) tidak ada budaya mencari pasar.

Akar Masalah: (1) Sumberdaya Manusia kurang kompeten, (2) organisasi rakyat lemah, (3) jejaring pasar dan rekanan lemah.

Sikap Pendita: (1) Prihatin tetapi kurang peduli, (2) kurang interaksi langsung dengan jemaat, (3) kurang pemahaman terhadap permasalahan mendasar.

Refleksi:

1.       Peran perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata (gender equality).

2.       Perlu adanya karya bersama antar pemangku kepentingan (stakeholders).

3.       Perlu kerelaan berkorban dan berkomitmen dari pemimpin umat dan pemimpin masyarakat.

4.       Perlunya penanaman visi “Pelestaarian dan Keutuhan Ciptaan”.

5.       Perlu adanya pendampingan berkelanjutan dan kejelasan visi.

6.       Internalisasi kepedulian (belarasa) pada sesama dan alam.

7.       Perlu berjejaring untuk mengatasi keterbatasan dan kekurangan.

8.       Fungsi pemimpin umat sebagai konseptot – motivator – organisator – pelaku.

9.       Peran dan fungsi (organisasi) gereja untuk mencari jejaring dan berjejaring.

10.   Gereja membangun kembali jejaring dan komunikasi antara rakyat (korban) dan pemangku pemangku kepentingan (stakeholders).

11.   Perlu adanya apresiasi terhadap rakyat pelaku dan korban.

12.   Rencana strategis jangka panjang dan berkelanjutan.

13.   Fungsi gembala sebagai pemimpin umat untuk mengetahui kelebihan dan masalah umat dan medan gembalaan, memahami ancaman dan peluang dari luar kandang, memberdayakan dan mengedukasi umat secara kontekstual, dan memantapkan peran-peran pendukung.

Pokok-Pokok Masalah:

1.       Budaya patriarki yang menyebabkan bias gender.

2.       Alam diperlakukan hanya sebagai obyek dan komoditas belaka.

3.       Nilai-nilai yang terlanjur melekat dan tertanam di alam bawah sadar.

4.       Keterbatasan kemampuan dan kapasitas.

Rencana Tindak Lanjut (RTL):

1.       Reaktualisasi system dan supporting system.

2.       Peningkatan kesadasaran dan kapasistas.

3.       Membangun jejaring social

4.       Membangun kerangka nilai-nilai.

5.       Membangun komunikasi dan kesatuan umat dengan gereja (dan Majelis Agung).

6.       Membentuk (rekonstruksi) tatanan baru dengan meminimalkan dampak dan pengorbanan.

7.       Kontekstualisasi teologi dan pelayanan gereja.

Catatan:

1.       Paradigma keutuhan dan pelestarian ciptaan telah terinternalisasi dengan baik.

2.       Mediator dan mitra jemaat peniwen dan jemaat lain.

3.       Pemanfaatan lahan-lahan jemaat secara masif.

4.       Membangun kesadaran bersama antar jemaat dan kelancaran komunikasi mulai dari Majelis Jemaat – Majelis Daerah – Majelis Agung.

Rekomendasi Untuk MaJelis Agung:

1.       Penyebaran informasi (pertanian organic) dan penyadaran pada umat.

2.       Produksi untuk kebutuhan local dan jaringan antar gereja (Integrity of Creation).

3.       Mencari mitra pemasaran melalui jejaring antar gereja dan antar jemaat, khususnya jemaat perkotaan (Justice).

4.       Membangkitkan kembali kelompok-kelompok tani organis oleh gereja-gereja local yang berbasis pertanian (peace).

5.       Membangun jaringan social dengan pemangku kepentingan (stakeholders) (peace).

6.       Kemandirian jemaat untuk berproduksi – distribusi – pasar dengan membentuk pasar bersama dan usaha bersama (koperasi dan social enterprise) (justice and peace).

7.       Ikonisasi (social branding) pada Pasamuan Peniwen sebagai sentra produksi dan pendidikan pertanian organic.

 

Proposal Aksi Untuk Jemaat Asal: Pertanian Organik di Pasamuan Jatiwaringin

Program: Menuju Pertanian Organik

SWOT:

-          Sulitnya merubah paradigm prakmatisme,

-          peternakan (sapi) sebagai sumber pupuk dan pestisida tidak mencukupi,

-          tidak adanya modal awal. 

-          kemampuan perawatan dan perlakuan mudah,

-          sewa sawah yang murah dan lahan pertanian yang luas.

Rencana Tindak Lanjut:  Sosialisasi melalui Proyek Percontohan:

·         membuat demplot sebagai percontohan,

·         mencari sumber dana awal,

·         berjejaring dengan Desa Peniwen,

·         membangun jaringan pasar.

Solusi Alternatif:

·         memulai pertenakan dengan kambing dan kemudian sapi,

·         merubah paradigm petani secara perlahan.

·         pemanfaatan biomasa (sisa pertanian) dan sampah rumah untuk pupuk,

·         penanaman tanaman pupuk seperti kelorwono,

·         mengakses modal awal dari pinjaman silang.

 


 

Menyusun Matrikulasi Program (Rencana Strategis)

Menyusun rencana berkelanjutan dan berkesinambungan yang ditulis dalam bentuk proposal.

Syarat-syarat:

1.       Data (potensi dan masalah) dan analisis (SWOT dan Analisi Sosial)

2.       Rerangka pendampingan dengan membentuk komunitas basis

3.       Membangun kesadaran bersama dengan berbagai pertemuan (diskusi), berbagai pelatihan, dan membentuk proyek percontohan.

4.       Membangkitkan kepedulian bersama dan kesadaran pada kehidupan yang berkelanjutan dengan melakukan aksi penanaman organic langsung yang disertai dangan pelatihan-pelatihan teknis (penanaman, pembuatan pupuk, manajemen keuangan dan pasar).

5.       Membangun kesadaran lewat budaya dan kesenian local sebagai sarana penanaman nilai (kearifan dan kebijaksanaan local – local genius and local wisdom).

6.       Membangun jejaring social dan kerja seperti konsultan produksi, pasca produksi, dan pasar.

 

Kesimpulan

Konstekstualisasi pelayanan dan peran pemimpin umat guna mengatasi permasalahan dan pengembangan potensi jemaat setempat untuk pembangunan yang berkelanjuta (sustainable development) menuju kemandirian umat.

Dasar atau pilar pembangunan berkelanjutan yang dipergunakan adalah Justice, Peace, and Integrity of Creation (JIBC) yang dijabarkan sebagai berikut:

1.       Ekonomi Berkeadilan (Economic Justice) à Justice

·         Ekonomi solidaritas (Solidarity Economy)

·         Pasar Sosial (Social Market)

·         Badan Usaha Bersama (Social Enterprise)

2.       Perdagangan yang Adil (Fair Trade) à Justice and Peace

·         Hak-Hak Pekerja (Workers or Labor Rights)

·         Pendidikan dan Penyadaran Pasar (Market Education and Awareness)

3.       Kesetaraan Gender (Gender Equality) à Justice and Peace

·         Kesadaran Gender (Gender Awareness)

4.       Perspective Lingkungan (Environmental Perspective)  à Integrity of Creation

·         Dampak Perubahan Lingkungan (Climate Change Impact)

·         Manajemen Kebencanaan (Disaster Management)

Tidak ada komentar: