Senin, 06 Maret 2023

SOCIAL PROTECTION IN ASIA CONFERENCE: Pioneering Research and Knowledge Partnerships to Promote Public Action for Livelihood Security in Changing World

 Hanoi – Vietnam, 01—06 Juni 2009

 Pengantar

Berangkat dengan undangan rombongan bersama Janti dan Arief dari SMERU Intitute dan Rudy dari Bappenas.  Rombongan dari 3 institusi yang berbeda aliran.  Lembaga pembangun (developmentalis), peneliti, dan pelaku pendampingan.  Berbeda aliran pula, 3 kawan dari SMERU dan Bappenas selalu membicarakan mengenai dana-dana World Bank dan aktivitas pembangunan.  Tidak ada yang berbicara mengenai pendampingan dan pemberdayaan rakyat, atau bahkan acuh, karena sama sekali tidak mengenal isu pekerja rumahan apalagi dengan aktivitas pendampingan di pinggiran.

Peserta konferensi dari seputaran India, bahkan pembicara utama dari Inggrispun keturunan India.  Lucunya, nyaris seleuruh peserta yang berwajah India memelihara brewok dan berbulu tetapi botak.  Sedangkan peserta dari China dan Indochina berpotongan rambut cepak model militer.  Sedang dari ASEAN tidak ada perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei.  Mungkin sudah terjamin proteksi sosialnya sehingga tidak ada yang perlu dibicarakan.  Sedangkan Negara-negara sosialis seperti China, Kamboja, Laos, dan Vietnam promosi bagaimana bagusnya perlindungan social di Negara mereka.  Bagaimana dengan Indonesia? Seluruh peserta hanya menyajikan masalah dan ketimpangan dalam hal perlindungan social.

 

Kunjungan ke Craftlink

Craftlink merupakan organisasi pendamping fairtrade di Vietnam.  Memiliki 2 toko yang memperkerjakan 300 staf.  Memiliki 6.000 anggota pengrajin yang terbagi dalam 60 grup (masing-masing grup terdiri dari kurang lebih 100 pengrajin).  Berorientasi ekpor, khususnya ke Amerika Serikat dan Eropa.  Setiap tahun menyelenggarakan pertemuan tahunan setiap bulan Desember dan mengundang 70 ketua kelompok.

Craftlink bekerja sebagai pendamping yang sekaligus menjadi konsultan bagi para pengrajin.  Tugas utamanya adalah melakukan edukasi mengenai fairtrade dan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan produksi, pemasaran, dan keuangan serta membangun kapasitas (capacity building) tentunya yang terdiri dari pengaorganisasian dan kepemimpinan.

Craftlink juga membangun jaringan kerja (networking) antar kelompok pengrajin.  Juga membangun hubungan kerja dengan serikat buruh dan organisasi perempuan.  Craftlink menjadi fasilitator baik antar kelompok pengrajin maupun antara kelompok pengrajin dengan lembaga lain juga dengan pemerintah dan lembaga donor.

Craftlink mengedukasi seluruh kelompok dampingannya degan prinsip-prinsip fairtrade tetapi dengan pendekatan yang berbeda untuk masing-masing kelompok pengrajin.  Perbedaan pendekatan dilakukan karena masing-masing kelompok pengarijin memiliki keunikannya sendiri-sendiri juga karena perbedaan pengetahuan dan ketrampilan (khususnya di kelompok-kelompok etnis atau tradisional).

Craftlink merupakan organisasi swadana dan swadaya, non profit, dan non governmental tetapi memiliki hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga pemerintah khususnya kementerian perempuan dan kementerian perdagangan.  Merupakan anggota organisasi fairtragde internasional (WFTO).  Serta berjejaring dengan NGO lain baik local maupun internasional.

 

Diskusi dengan Koordinator Homenet Asia Tenggara (Dr. Inday)

Pelatihan Member Based Organization (MBO)

HNSEA akan menyelenggarakan pelatihan Member Based Organization (MBO) yang akan dilaksanakan di SEWA Ahmedabad India pada Juli 2009.  HN Indoensia diharapkan mempersiapkan biaya perjalanan (airfare cost) untuk 3 orang peserta.  Prinsip MBO HNSEA akan disesuikan dengan HN Asia Selatan (HNSA) untuk menjadi embrio bagi HN Asia (HNA) dan HN Intertional (HNI).  3 orang peserta terdiri dari 2 pekerja rumahan dan 1 pendamping, sebanyak mungkin perempuan.  HN Indonesia diharapkan untuk mempersiapkan 1 artikel tentang Ekonomi Solidaritas (Economic Solidarity) berdasar pertemuan tahunan HNSEA di Vientianne, Laos pada Desember 2008 lalu.  Serta 1 artikel mengenai Perlindungan social (Social Protetion) berdasar konferensi perlindungan social di Hanoi, Vietnam saat ini.  Artikel dikirimkan ke Sekretariat HNSEA untuk dikompilasi dan didiseminasi.

 

Rencana Pertemuan Tahunan HNSEA September atau Oktober 2010

Direncanakan diselenggarakan di Indonesia, tepatnya Yogyakarta sebagai tempat pertemuan dan tempat belajar.  Pokok bahasan tentang manajemen kebencanaan bagi pekerja rumahan dan perspektif gender.  Diharapkan dibuka oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Ratu Hemas sebagai Pembicara Utama (Keynotes Speaker).  Harapannya mendapat liputan media yang cukup besar dan memperoleh dukungan pemerintah.

Konferensi diharapkan dilaksanakan selama 2 hari dengan mengundang pada pakar dan pelaku.  Membicarakan mengenai perubahan cuaca (climate change), manajemen kebencanaan, dan perspektif gender.  Diharapkan dapat mengundang Bappenas, BPBD Yogyakarta, ILO, OXFAM, Komnas Perempuan dan berbagai lembaga serta instansi terkait. 

Kunjungan lapangan dilaksanakan pada hari ke 3 dengan tujuan SETARA, Candi Prambanan (kelompok pengrajin, wisata candi, dan menyaksikan pementasan Ramayana), Candi Borobudur, dan kelompok pekerja rumahan dampingan.

Segera diatur untuk akomodasi, konsumsi, dan transportasi.  Segera menjalin komunikasi dengan berbagai lembaga dan instansi terkait.  Delegasi dari masing-masing Negara diperkirakan 3—5 orang perdelegasi.

 

Kunjungan Lapangan ke Friendship Village

Didirikan sejak Maret 1997 sebagai tempat pendidikan dan pelatihan bagi korban agen jingga (agent orange victim), bom beracun yang perang Vietnam.  Didukung oleh 5 negara (Amerika Serikat, Kanada, Inggris Raya, Jerman, dan Perancis) juga berbagai NGO Internasional dan Lokal serta Pemerintah Vietnam tentunya.

Kurang lebih ada 300.000 anak yang terinfeksi agen jingga, balai pendidikan dan pelatihan telah didirikan di 30 provinsi di seluruh Vietnam.  Infeksi agen jingga akan berlangsung selama 3 generasi.  Korban infeksi agen jingga adalah anak-anak yang terlahir dengan keterbelakangan mental.  Sehingga, dipelihara dan dididik oleh Negara melalui bantuan internasional terutama dari Negara pengirim agen jingga, Amerika Serikat dan Perancis.  Memperoleh dukungan dari lembaga internasional yang melakukan aksi penggalangan dana dan dukungan di berbagai Negara.

Friendship Village dikelolah dengan baik, mendapat dukungan pendanaan yang memadai, saranan dan prasarana yang layak dan memadai, dan didukung oleh lingkungan yang menyenangkan.

 

Masukan terhadap Presentasi

Peneliltian tidak terlalu mendalam, hanya bersifat kualitatif tetapi dengan data yang cukup besar (5 kota).  Hanya bersifat studi peristiwa sehingga tidak dapat mengevaluasi implementasi dari Perlindungan Sosial bagi pekerja rumahan secara komprehensif.  Data deskriptif harus dianalisis secara kuantitatif sehingga dapat diperoleh simpulan kebutuhan perlindungan social, implementasi yang ada, dan kebijakan public yang diambil pemerintah.

Positifnya, pekerja rumahan merupakan perspektif baru dalam isu kemiskinan.  Penyajian yang cukup bagus baik makalah maupun presentasi walau belum memiliki gelar Doktoral.  Secara internasional dan dalam pertemuan internasional seperti ini, gelar Doktor berpengaruh signifikan.  Secara internasional, isu pekerja rumahan dapat menjadi isu baru yang dapat digarap secara internasional.

 

 

Tidak ada komentar: