Jumat, 20 Januari 2023

Penerapan Metoda Balaced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Pada PT. X

Windy F.D. Santoso & Daniel Sugama Stephanus

Perkuliahan Metodologi Penelitian

Program Studi Akuntansi – Fakultas Ekonomi & Bisnis

Universitas Ma Chung – Kabupaten Malang

2014

 

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 

Persaingan dalam sunia bisnis semakin berkembang dan sangat tajam. Hal ini menyebabkan penurunan laba pada perusahaan yang memasuki dunia bisnis tingkat dunia. Hanya perusahaan yang memiliki keunggulan pada tingkat dunia yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen, karena mereka memiliki produk yang unggul dan memiliki cost effective. Manajemen harus memperhatikan dan menciptakan strategi yang baru agar perusahaan mampu bertahan dan berkembang ditengah persaingan global.

Strategi yang disusun oleh manajemen diharapkan dapat menciptakan perusahaan yang berkualitas secara total, diantaranya strategi untuk menciptakan kualitas produk yang baik dan bermutu, strategi untuk mengelola biaya dan menentukan harga, strategi untuk menyediakan pelayanan yang memuaskan konsumen, dan untuk menciptakan kualitas estetika, untuk menciptakan serta memperbaharui system pengendalian internal yang lebih baik.

Setiap kinerja perusahaan perlu dinilai, karena pengukuran kinerja merupakan salah satu hal yang penting dan dapat menilai keberhasilan dari suatu perusahaan. Pengukuran kinerja jug adapt digunakan untuk mengevaluasi kinerja pada periode sebelumnya. Kinerja setiap karyawan perlu diukur dan dinilai, karena hal ini dapat mempengaruhi kinerja perusahaan seluruhnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (....) menjelaskan kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperhatikan dan kemampuan seseorang.

Kebanyakan perusahaan hanya melakukan penilaian kinerja dari sisi finansial yang menggunakan rasio keuangan yang sebenarnya belum mewakili kinerja perusahaan secara keseluruhan atau total. Rasio hanya menggambarkan pengukuran efekifitas penggunaan aktiva serta laba dalam mendukung penjualan dalam periode tertentu. Maka dari itu untuk melakukan pengukuran kualitas perusahaan secara menyeluruh atau total diperlukan suatu alat ukur yang mampu mengukur kinerja perusahaan dari sisi finansial maupun non-finansial. Alat ukur tersebut adalah balanced scorecard.

Balanced Scorecard adalah kartu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka pendek dan jangka panjang serta melibatka factor internal dan eksternal.

Penulis mengambil judul proposal penelitian Penerapan Metoda Balaced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Pada PT. X

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana metoda pengukuran kinerja yang selama ini diterapkan oleh PT X?

2. Bagaimana kinerja PT X apabila diukur dengan perspektif Balanced Scorecard?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengevalusi motoda pengukuran kinerja yang slama ini diterapkan di PT X. 2. Menganalisis kinerja PT X apabila diukur dengan perspektif Balanced

Scorecard.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1    Manfaat bagi perusahaan

1. Menambah            pengetahuan dan wawasan pihak perusahaan bahwa pengukuran kinerja tidak hanya semata dilakukan dari sisi finansial saja tetapi dilakukan baik dari sisi finansial maupun non-finansial.

2. Mendapat masukan mengenai metoda pengukuran kinerja baru yang dapat memberikan manfaat dalam mengukur kinerja yang lebih menyeluruh dan komprehensif pada perusahaan.

1.4.2    Manfaat bagi Mahasiawa

1. Bagi mahasiswa program studi akuntansi, dapat digunakan sebagai bahan ajar perkliahan.

2. Bagi mahasiswa program studi akuntansi, dapat digunakan sebagai referensi penulisan proposal penelitian dengan topic yang serupa.

1.4.3    Manfaat bagi Penulis

1. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis mengenai berbagai metoda pengukuran kinerja yang dapat diterapkan di perusahan.

2. Menambah pengetahuan dan wawancara mengenai berbagai metoda pengukuran kinerja sehingga dapat membandingkan metoda pengukuran kinerja manakah yang sebaiknya diterapkan oleh perusahaan.

 

2.  STUDI KEPUSTAKAAN

2.1       Kinerja

2.1.1    Pengertian Kinerja

Menurut Helfert (....) dalam Srimindarti (2004) menjelaskan kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang.

Dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan, hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan, hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya selama periode waktu tertentu.

Pengukuran     kinerja dilakukan        untuk   mengetahui      kinerja karyawan. Oengukuran ini dilakukan dengan menggunakan system pengukuran yang baik agar hasil pengukuran kinerja dapat menggambarkan bagaimana kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Sistem pengukuran kinerja adalah mekanisme yang memperbaiki kemungkinan bahwa organisasi akan mengimplementasikan strateginya dengan baik.

2.1.2    Sistem Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja pada berbagai aspek sangat penting. Dibutuhkan system pengukuran kinerja yang menggabungkan informasi keuangan dan non keuangan. Menurut Kim & Larry (1998) dalam Rahman, Nasir & Handayani (2007) menjelaskan system pengukuran kinerja adalah frekuensi pengukuran kinerja pada manajer dalam unit organisasi yang dipimpin mengenai kualitas dalam aktivitas operasional perusahaan.

Cara dalam melakukan evalusi terhadap prestasi kerja pegawai dengan serangkaian tolok ukur tertentu yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta dilakukan secara berkala (Irawan, 1992).

 

Dapat disimpulkan bahwa system pengukuran kinerja yaitu suatu cara dalam melakukan evaluasi terhadap manajer dalam unit organisasi, efektivitas operasional suatu orgnisasi dan personelnya, prestasi kerja pegawai, yang didasarkan pada sasaran, standar, da kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

2.1.3    Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Robert & Anthony (2001) dalam David (2013), menjelaskan bawa terdapat empat konsep dasar dalam penerapan system pengukuran kinerja, yaitu:

1) Menentukan strategi

Tujuan organisasi dinyatakan secara eksplisit dan jelas dan strategi harus dibuat pertama kali            untuk            keseluruhan     organisasi        dan      kemudian dikembangkan kelevel fungsional di bawahnya.

2) Menentukan pengukuran strategi

Pengukuran strategi digunakan untuk mengartikulasi strategi ke seluruh anggota organisasi.

3) Mengintegrasikan pengukuran kedalam system manajemen

Pengukuran harus merupakan bagian organisasi baik secara formal maupun informal, juga merupakan bagian dari budaya perusahaan dan sumber daya manusia perusahaan.

4) Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan

Manajemen harus selalu mengevaluasi pengukuran kinerja organisasi apakah masih valid untuk ditetapkan dari waktu ke waktu. Pengukuran kinerja dapat membantu manajer dalam mengawasi pelaksanaan startegi bisnis dengan cara membandingkan hasil actual dengan sasaran dan tujuan strategis.

2.1.4    Manfaat Sistem Pengukuran Kinerja

Wahyuni (2011) berpendapat bahwa pengukuran kinerja dilakukan karena karyawan-karyawan yang bekera diorganisasi merupakan bagian penting dari seluruh proses kekaryaan karyawan yang bersangkutan.

Sedangkan Lynch dan Cross dalam Darmawan (2011) menjelaskan manfaat pengukuran kinerja yang baik:

1) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

3) Mengidentifikasi   berbagi            pemborosan     sekaligus          mendorong      upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut.

4) Membuat suatu tujuan strategis dan lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5) Membangun consensus untuk melakukan suatu perubahan dengan reward atas perilaku yang diharapkan.

2.2       Balanced Scorecard

2.2.1    Pengertian dan Konsep Balanced Scorecard

Kaplan & Norton mengemukakan kelemahan pengukuran kinerja yang menitik beratkan pada kinerja keuangan:

1) Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible assets) dan harta-harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.

2) Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan kea rah yang lebih baik.

Balanced Scorecard (BSC) merupakan pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Kaplan & Norton pada awal tahun 1990. BSC terdiri dari Balanced (berimbang), Scorecard ( Kartu skor). Balanced merupakan keseimbangan antara performance keuangan dan non keuangan, performance jangka pendek dan jangka panjang, antara bersifat eksternal dan internal. Sedangakn Scorecard digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor ini juga digunakan untuk merencanakan skor yang hedak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.

BSC pertama kali diperkenalkan di USA dengan tujuan untuk mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada aspek keuangan. Dengan adanya BSC maka perusahaan-perusahaan di harapkan untuk tidak lagi mengabaikan kinerja non keuangan seperti kepuasan pelanggan, produktivitas, cost effective process yang digunakan untuk menghasilkan produk dan jasa, keberdayaan dan komitmen karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa bagi kepuasan pelanggan.

Setiap perusahaan pasti memiliki visi dan strategi. Visi dan strategi tersebut diterjemahkan ke dalam empat perspektif yang masing-masing dinyatakan dalam bentuk tujuan yang ingin dicapai organisasi, ukuran dari tujuan, target yang diharapkan pada masa yang akan datang, serta program-program yang harus dilaksanakan untuk memenuhi tujuan strategis.

BSC menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh, memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis. Jika visi dan strategi dinyatakan dalam bentuk tujuan dan strategis, ukuran-ukuran target yang jelas, lalu dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, sehingga diharapkan setiap anggota organisasi dapat mengerti dan melaksanakannya agar visi dan strategi organisasi dapat tercapai. Hubungan BSC dengan visi dan strategi perusahaan adalah sebagai berikut:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 Hubungan Balanced Scorecard dengan pemikiran strategis Sumber: Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti, Akuntansi Manajemen

Scorcecard digunakan oleh perusahaan sebagai system manajemen strategis untuk

mengelola strategi jangka panjang. Hasil yang dicapai adalah berbagai proses manajemen yang penting, yaitu memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi, mengkomunikasikan dan mengkaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategi, merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis, meningkatkan pembelajaran strategis.

Sistem manajemen tradisional berfokus pada anggaran (budgets), sehingga pelaksanaan strategi perusahaan sangat tergantung pada anggaran yang tersedia, sistem ini digunakan untuk alat pengendalian (control reporting), sedangkan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard berfokus pada proses-proses manajemen strategis, sehingga strategi perusahaan diterjemahkan menjadi tindakan-tindakan yang terarah dan sistem manajemen strategis Balanced Scorecard digunakan sebagai alat strategis (strategic reporting).

2.2.2    Perspektif Balanced Scorecard 2.2.2.1 Perspektif Keuangan

Tujuan dari pencapaian kinerja keuangan yang baik adalah fokus dari tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Kaplan & Norton (....)membedakan sasaran perspektif keuangan dalam siklus bisnis menjadi tiga tahap, yaitu:

1) Growth (Pertumbuhan)

Tahap awal yang dihadapi oleh perusahaan adalah pertumbuhan. Pada tahap ini perusahaan memiliki potensial untuk berkembang dan bertumbuh dengan baik. Manajer akan terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk baru, mengembangkan dan membangun fasilitas produksi, mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Perusahaan dalam tahap pertumbuhan biasanya secara aktual beroperasi dengan arus kas negatif dan tingkat pengembalian atas modal yang rendah. Investasi yang ditanam untuk kepentingan masa depan memungkinkan pemakaian biaya yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah dana yang mampu dihasilkan dari basis operasi yang ada sekarang, dengan produk dan jasa dan konsumen yang masih terbatas. Sasaran keuangan untuk stage pertumbuhan menekankan pada pertumbuhan penjualan di dalam pasar baru dari konsumen baru dan atau dari produk dan jasa baru.

2) Sustain (Bertahan)

Tahap ini perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mensyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada. Investasi yang dilakukan diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini juga diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian dan investasi yang dilakukan.

3) Harvest (Kedewasaan)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), di mana perusahaan melakukan panen terhadap investasi mereka. Perusahaan tidak melakukan investasi lebih jauh untuk melakukan ekspansi dan membangun tetapi hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas. Tujuan utama tahap ini adalah memaksimumkan arus kas masuk ke perusahaan, dan sasaran untuk harvest adalah arus kas maksimum yang mampu dikembalikan dari investasi di masa lalu.

2.2.2.2 Perspektif Pelanggan

Perusahaan seringkali memfokuskan diri pada kemampuan internal dan kurang memperhatikan kebutuhan konsumen. Produk akan semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau melebihi dari yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan. Berikut ini akan dibahas mengenai beberapa ukuran non keuangan yang juga disebut faktor kunci keberhasilan. Pada perspektif pelanggan, terdapat beberapa variabel kunci yang fokus pada pelanggan yaitu:

1) Pemesanan

 

Pesanan merupakan indikator yang lebih baik dibandingkan dengan pendapatan penjualan, karena pesanan mendahului pendapatan penjualan.

2) Pesanan tertunda

Terjadi karena ketidakseimbangan antara penjualan dan produksi, penjualan tertunda merupakan tanda ketidakpuasan pelanggan.

3) Pangsa pasar

Jika pangsa pasar diamati secara ketat, penurunan dalam posisi kompetitif suatu unit bisnis dapat dikaburkan oleh peningkatan yang dilaporkan dalam volume penjualan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri secara keseluruhan.

4) Pesanan dari pelanggan kunci

Unit bisnis yang menjual pada peritel, pesanan dari pelanggan penting tertentu, department store besar, rantai toko diskon, supermarket, pesanan lewat pos, dapat mengindikasikan di awal mengenai keberhasilan seluruh strategi pemasaran.

5) Kepuasan pelanggan

Dapat diukur melalui survei pelanggan, pendekatan pembeli misterius, dan jumlah surat keluhan.

6) Retensi pelanggan

Dapat diukur melalui lamanya hubungan dengan pelanggan.

7) Loyalitas pelanggan

Dapat diukur dalam pembelian berulang, referensi yang diberikan oleh pelanggan, dan penjualan ke pelanggan tersebut sebagai presentase dari total kebutuhan pelanggan itu untuk produk atau jasa yang sama.

2.2.2.3 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Tujuan perspektif ini adalah menyediakan insfrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari orang, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan tersebut perusahan harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling employes.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan (Kaplan dan Norton, 1996): a) Karyawan

Hal yang perlu dianalisis adalah kepuasan dan produktivitas kerja karyawan. Beberapa elemen yang berpengaruh dalam kepuasan karyawan adalah keterlibatan pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan. Dalam menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan pemantauan secara terus menerus.

b) Kemampuan Sistem Informasi

Perusahaan perlu memiliki prosedur informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat, dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut.

Menurut Gunawan (2000) dalam Suripto (2009), Tujuan dan sasaran yang ingin dicapai pada setiap perspektif adalah:

a) Perspektif Keuangan

Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.

b) Perspektif customer

Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab dengan lingkungan.

c) Perspektif proses bisnis internal

Terwujudnya pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui implementasi.

d) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Terwujudnya keunggulan jangka panjang perusahaan lingkungan bisnis global melalui pengembangan dan pemfokusan potensi sumber daya manusia.

2.3                   Penelitian Terdahulu

1. Wahyuni (....)

Penelitian ini berjudul ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT. SEMEN BOSOWA MAROS”.

2. Pramadhany (2011)

Penelitian        ini        berjudul           “PENERAPAN          METODE       BALANCED SCORECARD SEBAGAI TOLOK UKUR PENILAIAN KINERJA PADA ORGANISASI NIRLABA” (Studi Kasus pada Rumah Sakit Bhayangkara Semarang).

3. Sukesti (2010)

Penelitian        ini        berjudul           “ANALISIS   PENGGUNAAN       BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MENGUKUR KINERJA PADA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG”

4. Darmawanto (....)

Penelitian ini berjudul ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA PADA PT SEPATU ASIA”.

 

2.4       Rerangka Pikir

 

 

 

 


Strategi Manajemen Tradisional

 

 

 

 

 

 

 

Berfokus Pada Kinerja Aspek Keuangan

 

 

 

 

 

 

Gambaran Kinerja Perusahaan

Kurang Rill


Strategi Manajemen Modern

 

 

 

 

 

 

 

Berfokus Pada Kinerja Keuangan dan Non Keuangan

 

 

 

 

 

Gambaran Kinerja Perusahaan Menjadi Lebih

Rill dan Akurat


Visi Perusahaan

 

 

 

 

 

 

 

Perspektif Keuangan

 

 

 

Perspektif Pelanggan

 

 

 

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 2 Rerangka Pikir


2.5       Proposisi Penelitian

Menurut Adiyas (....), Proposisi adalah pernyataan tentang sifat dari realitas yang

tentang hubungan antar dua konsep atau lebih. Pengertian la n mengatakan bahwa

yang ada dan pernyataan dari hubungan universa antara kejadiankejadian yang

dapat diuji kebenarannya. Dalam ilmu sosial, proposisi biasanya adalah pernyataan Proposisi adalah pernyataan yang berkaitan dengan lhubungan iantara konsepkonsep memiliki karakteristik tertentu. Pembentukan teori adalah sebuah peningkatan

abstraksi.

Proposisi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Penerapan metoda pengukuran kinerja Balanced Scorecard memberikan gambaran kinerja perusahaan yang lebih menyeluruh baik dari sisi keuangan maupun non-keuangannya.

2) Penerapan metoda pengukuran kinerja Balanced Scorecard belum memberikan gambaran kinerja perusahaan yang lebih menyeluruh baik dari sisi keuangan maupun non-keuangannya.

 

3.  METODA PENELITIAN

3.1       Jenis Penelitian

Creswell (2009), menjelaskan penelitian kuantitatif adalah metoda-metoda untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antarvariabel. Tujuannya adalah mengumpulkan dan mempelajari gejala atau fenomena sosial dengan meneliti variabel penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan menurut Indriantoro & Supomo (1999) dalam Denies & Adhisty (2012) penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian ini lebih mengarah pada masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi. Untuk mengetahui hasil penelitiannya, harus dilakukan analisis data-data yang berupa angka dengan prosedur statistik dan rumus yang tersedia.

3.2       Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2008) dalam Denies & Adhisty (2012), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan dan pelanggan perusahaan.

Menurut Sugiyono (2008) dalam Wahyuni (2011), Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam menentukan banyaknya sampel, digunakan teknik purposive sampling. Purposive sampling (Sampel Dengan Maksud) menurut Nasution (2003) adalah pengambilan sampel yang dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sampel dari penelitian ini adalah karyawan bagian pemasaran yang sudah bekerja lebih dari dua tahun, manajer pemasaran, dan pelanggan.

3.3       Data

3.3.1    Jenis Data dan Sumber daya

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif dengan sumber data primer dan data sekunder.

1. Data primer merupakan data penelitian yang diperoleh langsung dari sumbernya (Pramadhany, 2011). Data primer dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari hasil kuisioner yang ditujukan kepada karyawan bagian pemasaran yang sudah bekerja lebih dari dua tahun, manajer pemasaran, dan pelanggan. Data kuisioner yang diperoleh merupakan data kualitatif yang akan diubah menjadi data kuantitatif dengan memberi skor pada masing-masing pilihan jawaban.

2. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui perantara atau diperoleh dan dicatat orang lain (Pramadhany, 2011). Data sekunder dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan PT X pada periode 200x-200x dan data kualitatif berupa laporan kinerja karyawan, data personel/karyawan, data pelanggan, gambaran umum organisasi, kebijakan organisasi yang terkait dengan proses kinerja perusahaan, dsb.

3.4       Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu dengan menggunakan:

a) Menyebarkan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan bagian pemasaran yang sudah bekerja lebih dari dua tahun, manajer pemasaran, dan pelanggan.

b) Dokumentasi dan Studi Pustaka

Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data keuangan, laporan kinerja karyawan, data personel/karyawan, data pelanggan, gambaran umum organisasi, kebijakan organisasi yang terkait dengan proses kinerja perusahaan, dan sebaiganya.

Metode studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh dari literatur yang membahas tentang pengukuran kinerja menggunakan Balanced Scorecard.

c) Wawancara dilakukan kepada personil dalam perusahaan baik pimpinan maupun karyawan yang mampu dalam memberikan jawaban.

 

3.5       Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini definisi operasional variabel menggunakan pengukuran yang relevan dari empat perspektif Balanced Scorecard (Wahyuni, 2011).

1. Analisis financial perspektive yaitu pengukuran kinerja yang dilihat dari sudut pandang keuangan berdasarkan atas konsekuensi ekonomi yang dilakukan terdiri dari:

a. Rasio Likuiditas

 

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada beberapa macam rasio likuiditas utama yang digunakan, yaitu:

·          Rasio modal kerja= asset lancer-kewajiabn lancer

·          Modal kerja bersih terhadap asset

·          Rasio lancar=

·          Rasio cepat=

·          Rasio kas=

b. Rasio Solvabilitas

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban jangka panjangnya. Rasio solvabilitas sering disebut juga rasio leverage atau rasio pengungkit, disebut rasio pengungkit karena menggunakan utang untuk memperoleh keuntungan Ada beberapa rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu:

·          Rasio utang jangka panjang

·          Rasio utang jangka panjang-ekuitas=

·          Rasio total utang=      

·          Rasio kelipatan pembayaran bunga=

·          Rasio total hutang terhadap ekuitas=

c. Rasio Profitabilitas

Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada beberapa rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu:

·          Margin laba bersih=

(

)

·          Margin laba operasi

·          ROA

·          ROE

d. Rasio Efisiensi

·          Total perputaran asset

·          Perputaran persediaan

·          Jumlah hari penjualan persediaan

·          Perputaran piutang usaha

·          Perputaran modal kerja

e. Rasio Pasar

·          Rasio harga pasar terhadap nilai buku

·          Rasio laba per saham

·          Dividen per lembar saham biasa

·          Dividen yield

·          Price

2. Analisis Customer Perspektive yaitu suatu analisis untuk menganalisis kepuasan

pelanggan.

a. Customer Retention=         

b. Number of Complain=       

c. Customer Satisfaction Index

Kepuasan konsumen mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan atas jasa yang digunakan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, maka pengolahan data yang digunakan:

·          Data kuantitatif

Data yang berasal dari pengisian kuisioner oleh para responden yang diubah menjadi data kuantitatif dengan memberi skor masing-masing pilihan jawaban dengan skala likert:

1= Sangat Setuju (STS)

2= Tidak Setuju (TS)

3= Tidak Berpendapat (TB)

4= Setuju (S)

5= Sangat Setuju(SS)

3. Analisis Internal Bussiness Process Perspektive merupakan salah satu ukuran kinerja Balanced Scorecard mengenai berbagai proses baru yang harus dikuasai dnegan baik oleh perusahaan. Dengan tujuan dapat memenuhi berbagai tujuan pelanggan dan finansial.

·          Supplier Lead Time

·          Part Million Defect Rate (PMDR)

·          Manufacturing Cycle Efficiency (MCE)

MCE=

3. Analisis Learning and Growth mengidentifikasikan struktur yang harus dibangun dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang.

·          Employee training=

·          Absenteeisme=

·          Employee satisfaction Index

Pengukuran yang dilakukan dnegan mengukur tingkat kepuasan karyawan

terhadap perusahaan. Pengukuran ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner kepada karyawan.

3.6 Uji Instrumen Penelitian

3.6.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (....) dalam Puteri (2013), Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi atau content dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Uji validitas ini bertujuan untuk menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas konstrak. Validitas konstrak merupakan tipe validitas yang mempertanyakan apakah konstrak atau karakteristik dapat diukur secara akurat oleh

indikator-indikatornya. Validitas konstrak diukur dengan koefisien korelasi antara skor masing-masing indikator/item pertanyaan (Xj) dengan skor totalnya/faktor (X). Koefisien validitas diukur dari korelasi product moment kasar atau korelasi Pearson yang dirumuskan sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

Xj = Skor item ke-j untuk j =1,2,...,k X = Skor total keseluruhan item

k = banyaknya item

n = jumlah pengamatan

Item pertanyaan (indikator) secara empiris dikatakan valid jika koefisien korelasi (r) > 0,50.

3.6.2 Uji Reabilitas

Menurut Puteri (2013), Reliabilitas adalah suatu tingkatan yang mengukur konsistensi hasil jika dilakukan pengukuran berulang pada suatu karakteristik. Pengujian reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Cronbachs alpha yang dirumuskan sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

Sj ² = varians skor item ke-j dengan j = 1,2,...k k = banyaknya item yang diujikan

Sx² = varians skor total keseluruha item

Dengan ketentuan bahwa α < 0,6 mengindikasikan reliabilitas konsistensi internal yang tidak memuaskan. Artinya, reliabilitas konsistensi internal dapat diterima jika α > 0,6. Reliabilitas konsistensi internal adalah suatu pendekatan untuk menaksir konsistensi internal dari kumpulan item/ indikator, dimana beberapa item dijumlahkan untuk menghasilkan skor total untuk skala/konstrak.

3.7 Teknik Analisis Data

Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian:

1. Financial Perspektif

Analisis Trend Financial Statement adalah analisis yang dilakukan dengan merancang sebuah tabel perbandingan pos-pos dalam laporan keuangan dan menganalisisnya (Wijaya, 2006). Rasio keuangan diantaranya rasio likuiditas, solvabilitas, efisiensi, profitabilitas, dan pasar dihitung, angka-angka yang dihasilkan dari perhitungan rasio dibandingkan dari tahun ke tahun (periode 200x-200x). Kemudian dianalisis untuk mengetahui tendensi (kecenderungan) dari keadaan/ posisi keuangan dan kinerja perusahaan apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau turun.

2. Customer Satisfaction Index

Dari hasil penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh dari seluruh responden akan diketahui pencapaian indeks kepuasan pelanggan, seperti yang dirumuskan oleh Sugiyono (2002) dalam Wahyuni (2011) sebagai berikut:

IKC = PP       

Keterangan:

IKC = Indeks Kepuasan Customer

PP = Perceived Performance

Setelah diketahui IKC dari semua responden, lalu digolongkan pada skala a. sangat tidak puas, b.tidak puas, c. cukup, d. puas, e. sangat puas. Untuk menentukan skala ini ditentukan indeks kepuasan minimal dan indeks kepuasan maksimal, interval yang dapat dicari dari pengurangan antara indeks kepuasan maksimal dengan kepuasan minimal dibagi menjadi lima seperti yang dirumuskan oleh Sugiyono (2002) dalam Wahyuni (2011) sebagai berikut:

IK maks = R x PP x Ex maks IK min = R x PP x Ex min Interval = (IK maks IK min)

Keterangan:

PP = banyaknya pertanyaan IK min = jumlah responden

Ex min = Skor minimal yang bisa diberikan Ex maks = Skor maksimal yang bisa diberikan

Mengartikan nilai minimal yang harus diperoleh responden untuk dapat dikategorikan puas, dengan melihat nilai minimal yang harus dicapai seluruh responden untuk bisa dikategorikan ke dalam skala.

3. Employee Satisfaction Index

Dari hasil penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh dari responden akan diketahui pencapaian indeks kepuasan karyawan, seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002) dalam Wahyuni (2011) sebagai berikut:

IKK = PP Keterangan:

IKK = Indeks Kepuasan Karyawan PP = Perceived Performance

Untuk menentukan skala ini ditentukan indeks kepuasan minimal dan indeks kepuasan maksimal, interval yang dapat dicari dari pengurangan antara indeks kepuasan maksimal dengan kepuasan minimal dibagi menjadi lima seperti yang dirumuskan oleh Sugiyono (2002) dalam Wahyuni (2011) sebagai berikut:

IK maks = R x PP x Ex maks

IK min = R x PP x Ex min Interval = (IK maks IK min)

Keterangan:

 

PP = banyaknya pertanyaan IK min = jumlah responden

Ex min = Skor minimal yang bisa diberikan Ex maks = Skor maksimal yang bisa diberikan

Mengartikan nilai minimal yang harus diperoleh responden untuk dapat dikategorikan puas, dengan melihat nilai minimal yang harus dicapai seluruh responden untuk bisa dikategorikan ke dalam skala.

3.8 Tahap Penelitian

Berikut ini adalah tahap-tahap penelitian yang dilakukan:

1. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

2. Mengumpulkan data primer dan data-data sekunder mengenai visi, misi, tujuan, strategi PT X.

3. Menjabarkan visi, misi, tujuan perusahaan serta menganalisis strategi yang dimiliki perusahaan.

4. Menetapkan indikator pengukuran kinerja atau key performance indicator (KPI) untuk masing-masing perspektif.

5. Membuat kuisioner untuk masing-masing perspektif berdasarkan KPI.

6. Menyebarkan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan bagian pemasaran, manajer pemasaran dan pelanggan.

7. Menguji validitas dan reliabilitas kuisioner.

8. Melakukan analisis kinerja perusahaan berdasarkan data keuangan dengan rasio keuangan.

9. Melakukan analisis kinerja pada masing-masing perspektif berdasarkan kuisioner dan rumus-rumus yang ada.

10. Menyimpulkan kinerja perusahaan apabila diukur dengan metoda Balanced Scorecard.

 

 

Daftar Pustaka

Creswell , J. W. (2012). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Creswell, J. W. (2009). Research Design Pendekatan Kualititatif, Kuantitatif, dan Mixed. Third Edition. Dalam J. W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualititatif, Kuantitatif, dan Mixed (hal. 383). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmawan, A. (2011). Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PT Sepatu Asia . -, 27.

Denies, P., & Adhisty, C. M. (2012). Persepsi Karyawan Tentang Peran Auditor Internal Sebagai Pengawas, Konsultan, dan Katalisator Dalam Pencapaian Tujuan Perusahaan (Studi Kasus di Hotel Inna Garuda Yogyakarta). Jurnal Nominal, 15.

Govindarajan, R. N. (2013). Management Control System. Dalam R. N. Govindarajan, Management Control System (hal. 273). Jakarta: Salemba Empat.

Luthfi. (t.thn.).         Jenis-Jenis       Penelitian.       Dipetik            desember         13,       2013,   dari http://misterluthfi.corner.web.id: http://misterluthfi.corner.web.id/kepenulisan/jenis-jenis-penelitian

Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. 5.

Puteri, D. A. (2013). Uji Validitas dan Reliabilitas. Diambil kembali dari http://statistikapendidikan.com.

Wahyuni, S. (2011). ANALISIS BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT PENGUKURAN KINERJA PADA PT SEMEN BOSOWA. 115.

Wijaya, A. (2006). Perbandingan Analisis Tren Laporan Keuangan Untuk Memprediksikan Kinerja Perusahaan Di Masa Yang Akan Datang. Jurnal Akuntansi, 25.

Tidak ada komentar: