Senin, 16 Januari 2023

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM MENUNJANG SISTEM PENEGELUARAN KAS DAN PENERIMAAN KAS PADA HOTEL SPLENDID INN MALANG TIFANNY CORNELIA & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

PERKULIAHAN METODOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI – FAKULTAS  EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG – KABUPATEN MALANG

2014

 

1.      PENDAHULIAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan organisasi-organisasi pada umumnya ditandai dengan meningkatnya jumlah aktivitas dan juga teknologi yang semakin maju dari waktu ke waktu. Persaingan ketat dalam dunia perekonomian menuntut suatu perusahaan untuk terus melakukanperubahan perbaikandi berbagai bidang.  Penerapan sistem         akuntansi dalam          sebuah perusahaan dapat mengoptimalkan biaya operasional yang dikeluarkan dan dapat mengefektifkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Sistem akuntansi yang digunakan oleh perusahaan adalah sistem pengeluaran kas dan penerimaan kas. Sistem ini dapat menangani pengeluaran kas dan penerimaan kas yang terjadi secara rutin pada sebuah perusahaan. Penerapan sistem pengeluaran kas dan peneriman kas pada perusahaan sangatlah penting, mengingat kas adalah aset yang mudah berubah

dibandingkan dengan aset lain, sehingga kas merupakan alat pembayaran yang bebas dan selalu siap sedia untuk digunakan. Menurut Weygandt & Kieso (2008), mengemukakan bahwa kas merupakan aset yang paling rentan penggunaan dan pengalihannya yang tidak benar. Karena sifat kas yang likuid, maka kas mudah digelapkan sehingga diperlukan pengendalian internal terhadap kas dengan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksanaan dan pencatatan. Selain itu juga diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi-fungsi pengeluaran kas. Dengan adanya sistem pengendalian internal yang baik, maka sistem akuntansi yang baik dan berkualitas akan terwujud sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan bagi pemakai atau pengguna laporan keuangan. Sistem pengendalian

internal (SPI) berdasarkan tujuannya dibagi menjadi 2 macam yaitu pengendalian internal akuntansi (internal accounting control) dan pengendalian internal administratif (internal administrative control). Pengendalian internal akuntansi meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan yang bertujuan untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001).

Pengendalian internal yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian internal. Pertama, harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas. Kedua, semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya ke bank secara harian. Ketiga, semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan dengan menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil.

Prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengawasi kas, bisa berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada berbagai faktor, seperti besarnya perusahaan, jumlah karyawan, sumber-sumber kas, dan sebagainya. Objek penelitian pada penulisan laporan ini dilakukan di salah satu Hotel di Kota Malang yaitu Hotel Splendid Inn Malang. Adapun aktivitas transaksi perusahaan meliputi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Dalam menjalankan aktivitas transaksi perusahaan tersebut belum ada pemisahan fungsi.

Pengeluaran kas dan penerimaan kas merupakan transaksi perusahaan yang paling banyak terjadi di perusahaan sehingga perlu adanya pengawasan dan pengendalian internal. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengevaluasi sistem pengeluaran kas dan pengeluaran perusahaan. Dengan demikian penulis mengambil judul laporan skripsi ini yaitu, “PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM MENUNJANG SISTEM PENEGELUARAN KAS DAN PENERIMAAN KAS PADA HOTEL SPLENDID INN MALANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1          Apakah di di Hotel Splendid Inn Malang terdapat sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas?

2          Apakah sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang dilakukan secara memadai?

3          Bagaimana evaluasi sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang?

4          Apa saja kelebihan dan kelemahan sistem pengendalian internal Pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang?

1.3 Tujuan Penilitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis.

1. Penerapan sistem pengendalian internal pada pengeluaran dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang

2. mengevaluasi apakah sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas di di Hotel Splendid Inn Malang sudah dilaksanakan dengan memadai.

3. Mengevaluasi sistem pengendalian internal pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang.

4. Mengevaluasi kelebihan dan kelemahan sistem pengendalian internal Pengeluaran kas dan penerimaan kas di Hotel Splendid Inn Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dengan mengadakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.         Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan mengenai penerapan SPI untuk sistem pengeluaran kas dan penerimaan kas.

2.         Bagi Hotel Splendid Inn Malang Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan evaluasi mengenai sistem pengeluaran kas dan penerimaan kas dengan adanya SPI.

3.         Bagi pembaca

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya yang ingin melakukan penelitian serupa yang berkaitan dengan SPI, pengeluaran

kas dan penerimaan kas.

 

2.      LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Akuntansi

2.1.1 pengertian sistem

Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola terpadu untuk

 

melaksanakan kegiatan pokok perusahaan (Mulyadi, 2001). Sedangkan menurut

 

Pengertian Sistem Menurut Jogianto (2005), mengemukakan bahwa sistem adalah

 

kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan

 

tertentu. sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata

 

adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada

 

dan terjadi. Berdasarkan kedua pengertian diatas, dapat di simpulkan bahwa sistem

 

adalah suatu jaringan prosedur yang terdiri dari elemen-elemen untuk mencapai suatu

 

tujaun tertentu.

 

2.1.2 Pengertian Sistem Akuntansi

 

Menurut Mulyadi (2001), akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit,

 

menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi bersama-sama

 

untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu :

 

1. Sistem terdiri dari unsur-unsur.

 

2. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian terpadu dalam sistem yangbersangkutan.

 

3. Unsur-unsur itu bekerjasama untuk mencapai tujuan sistem.

 

4. Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang lebih besar.

 

 

 

 

5


6

 

 

 

Sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan jaminan yang memadai bahwa

 

transaksi yang dicatatkan terjadinya adalah :

 

1. Sah.

 

2. Telah diotorisasi.

 

3. Telah dicatat.

 

4. Telah dinilai secara wajar.

 

5. Telah diklasifikasi/ digolongkan secara wajar.

 

6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya.

 

7. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.

 

Dari pendapat tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa system akuntansi yang

 

efektif dapat menjamin bahwa semua transaksi yang dicatat adalah sah, dan telah

 

diotorisasi, dinilai, dan diklasifikasikan secara wajar serta dicatat dalam media dan

 

waktu yang tepat.

 

2.2 Sistem Pengendalian Internal

 

2.2.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal

 

Sistem pengendalian internal meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-

 

ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek

 

ketelitian dan keandalan data akuntansi (Mulyadi, 2001).         Berdasarkan definisi

 

pengertian Sistem Pengendalian Internal diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan

 

Sistem Pengendalian Intern adalah menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian

 

dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya

 

kebijakan manajemen (Mulyadi, 2001). Sedangkan menurut Romney, (2004),

 

mendefinisikan pengendalian internal sebagai proses yang diimplementasikan oleh


7

 

 

 

dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang berada di bawah arahan

 

keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian dicapai

 

dengan pertimbangan hal-hal sebagai berikut :

 

1) efektivitas dan efisiensi operasi,

 

2) keandalan laporan keuangan,

 

3) kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

 

Berdasarkan definisi yang telah dikemukan di atas, bahwa perusahaan

 

menginginkan tercapainya tujuan tersebut dan untuk mencapainya diperlukan

 

pengendalian internal. Pengendalian intern merupakan alat untuk meletakkan

 

kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan dari kemungkinan

 

kesalahan dan kecurangan. Perusahaan berusaha untuk      membuat         struktur

 

pengendalian intern dengan baik, melaksanakan, dan mengawasinya agar efektivitas

 

perusahaan bisa tercapai, pengendalian intern yang baik akan menjamin ketelitian

 

data akuntansi yang dihasilkan sehingga data tersebut dapat dipercaya.

 

2.2.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal

 

Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan dapat

 

dipercaya, melindungi harta atau aktiva perusahaan, dan meningkatkan efektivitas

 

dari seluruh anggota perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan

 

tujuan yang ditetapkan. Pengendalian intern disusun berdasarkan tujuan untuk

 

memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara

 

wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Manajemen

 

merancang sistem pengendalian intern yang efektif dengan empat tujuan pokok

 

berikut ini, (Mulyadi, 2001).


8

 

 

 

1. Menjaga harta kekayaan perusahaan.

 

Bila sistem pengendalian intern berjalan dengan baik maka akan dapat mengantisipasi

 

terjadinya kecurangan, pemborosan, ketidakefisienan, dan penyalahgunaan terhadap

 

aktiva perusahaan.

 

2. Mengecek keakuratan data akuntansi.

 

Keandalan data atau informasi akuntansi digunakan oleh manajemen dalam

 

pengambilan keputusan untuk meningkatkan ketelitian dan dapat dipercayanya data

 

akuntansi.

 

3. Mendorong efisiensi.

 

Kebijakan perusahaan mampu memberikan manfaat tertentu dengan memantau setiap

 

pengorbanan yang telah dikeluarkan guna mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.

 

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

 

Untuk mencapai tujuan perusahaan maka kebijakan, prosedur, system pengendalian

 

intern yang dirancang untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa kebijakan,

 

prosedur yang ditetapkan perusahaan akan dipatuhi oleh seluruh karyawan

 

2.2.3 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern

 

Suatu sistem terdiri dari sub-sub sistem atau unsure pembentuk system yang

 

saling berhubungan dan saling ketergantungan bahkan mungkin saja dapat

 

mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Begitu juga suatu pengendalian intern yang

 

memadai harus terdiri dari unsur-unsur yang membentuk pengendalian internal

 

tersebut. Unsur pengendalian intern menurut Arens & Loebbecke (2000), adalah

 

sebagai berikut.

 

1. The control environment,


9

 

 

 

2. Risk assessment,

 

3. Control Activities,

 

4. Monitoring.

 

Dari uraian tujuan sistem pengendalian intern yang telah dijelaskan diatas, maka

 

unsur pengendalian intern terdiri dari lima unsur menurut Mulyadi (2002) yaitu.

 

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

 

Struktur organisasi merupakan rerangka pembagian tanggung jawab fungsional

 

kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

 

pokok perusahaan.

 

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang

 

cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi, setiap

 

transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang

 

untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu dalam organisasi

 

harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas

 

terlaksananya setiap transaksi.

 

3. Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

 

Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan prosedur

 

pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak

 

diciptakan cara-cara untuk menjamin praktek yang sehat dalam pelaksanaannya.

 

Adapun cara-cara yang ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktek

 

yang sehat adalah.

 

a. Penggunaan            formulir           bernomor         urut      tercetak           yang    pemakaiannya

 

harusdipertanggung jawabkan.


10

 

 

 

b. Pemeriksaan            mendadak       dilaksanakan   tanpa   pemberitahuan terleh

 

dahulukepada pihak yang akan diperiksa.

 

c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh

 

satuorang atau satu unit organisasi, tanpa adanya campur tangan orang

 

atauorganisasi lain.

 

d. Perputaran jabatan untuk menghindari terjadinya persengkongkolan.

 

e. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.

 

f. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektifitas

 

unsur-unsur sistem pengendalian intern yang lain, unit organisasi ini disebut

 

satuan pengawas intern atau staf pemeriksa intern.

 

4.         Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Bagaimanapun

 

baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi prosedur pencatatan, serta berbagai

 

cara yang diciptakan untuk mendorong praktek yang sehat, semua sangat

 

tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Untuk mendapatkan

 

karyawan yang berkompeten dan dapat dipercaya, cara berikut ini dapat ditempuh

 

a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut pekerjaannya.

 

b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan,

 

sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.

 

2.2.4 Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal

 

Menurut Baridwan (2000), prinsip-prinsip pengendalian intern meliputi:

 

1. Bukti pengeluaran kas kecil harus ditulis dengan tinta, ditandatangani olehorang

 

yang menerima uang dan kemudian di cap lunas,


11

 

 

 

2. Dana kas kecil dibentuk dengan jumlah tetap (imperst system) dan

 

pemenuhankembalinya harus dengan cek,

 

3. Pemeriksaan terhadap kas kecil dengan interval waktu yang berbeda-beda

 

dantidak diberitahukan sebelumnya.

 

2.2.5 Pengujian Pengendalian Internal

 

Dalam memenuhi standar auditing kedua, auditor melaksanakan prosedur

 

pemahaman pengendalian intern dengan cara mengumpulkan informasi tentang

 

desain pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan.

 

Disamping itu, pelaksanaan standar tersebut juga mengharuskan auditor melakukan

 

pengujian terhadap efektifitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu

 

yang telah ditetapkan perusahaan. Pengujian ini disebut dengan pengujian kepatuhan

 

atau disebut dengan pengujian pengendalian (test of control), ada dua macam

 

pengujian yang dilakukan oleh auditor :

 

1. Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian intern

 

2. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern

 

2.3 Prosedur

 

2.3.1 pengertian prosedur

 

Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa

 

orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

 

secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2001).

 

Sedangkan menurut Susanto (2008), menjelaskan bahwa Prosedur adalah rangkaian

 

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama.

 

Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan


12

 

 

 

secara seragam. Dari penjelasan kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

 

prosedur merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa orang yang dilakukan

 

berulang-ulang.

 

2.3.2 Prosedur Pengendalian

 

Beberapa prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern dapat memberikan bukti

 

langsung tentang salah saji material dalam asersi mengenai saldo atau golongan

 

transaksi tertentu. Kategori-kategori prosedur pengendalian internal mencakup

 

pengendalian terhadap catatan kegiatan operasional dari harta atau kekayaan

 

perusahaan. Arens & Loebbecke (2000), menyebutkan bahwa prosedur pengendalian

 

intern terdiri dari 5 kategori, yaitu.

 

1. Pemisahan tugas yang cukup.

 

Pemisahan tugas ini pada pinsipnya adalah.

 

a.         Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dengan fungsi akuntansi,

 

b.         Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva yang

 

bersangkutan,

 

c.         Pemisahan fungsi otorisasi dengan fungsi akuntansi.

 

2. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas.

 

Didalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang

 

memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi.

 

3. Dokumen dan catatan yang memadai.

 

Didalam organisasi harus dibuat prosedur otorisasi atas terlaksananya setiap

 

transaksi, dengan formulir sebagai medianya. Penggunaan formulir ini harus

 

diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan otorisasi. Prosedur


13

 

 

 

pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam didalam formulir dicatat

 

dalam catatan akuntansi dengan tingkat keandalan dan ketelitian yang tinggi.

 

Prosedur ini akan menghasilkan informasi yang dapat diandalkan oleh perusahaan.

 

Unsur pengendalaian yang diperhatikan, yaitu.

 

a. Perancangan dokumen bernomor urut tercetak,

 

b. Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi atau

 

segerasetalah transaksi terjadi,

 

c. Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin

 

kemudahan dalam pemahaman terhadap dokumen dan catatan tersebut,

 

d. Sedapat mungkin dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai keperluan

 

sekaligus, Perancangan dokumen dan catatan yang mendorong pengisian data

 

yangbenar.

 

4. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.

 

Pengendalian fisik atas kekayaan catatan disini adalah dengan sarana menyediakan

 

kekayaan dan catatan fisik, misalnya gudang yang melindungi kerusakan dan

 

pencurian.

 

5. Pengecekan independen atas pelaksanaan.

 

Pengecekan secara intensif perlu dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan

 

prosedur intern. Cara yang digunakan diantaranya adanya pemisahan tugas antara

 

fungsi transaksi, fungsi penyimpanan, dan fungsi akuntansi. Pemisahan tugas ini

 

secara otomatis dapat menjadikan verifikasi independen terhadap pelaksanaan

 

suatu transaksi dalam setiap fungsi.


14

 

 

 

2.4 Sistem Pengeluaran Kas

 

2.4.1 Pengertian Sistem Pengeluaran Kas

 

Menurut Soemarso (2002), dalam bukunya menjelaskan tentang pengertian kas

 

yang mengatakan bahwa Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau

 

logam) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan

 

kewajiban pada nilai nominalnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi

 

pengeluaran kas pada umumnya didefinisikan sebagai organisasi formulir, catatan

 

dan laporan yang dibuat untuk melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek

 

maupun dengan uang tunai untuk mempermudah setiap pembiayaan pengelolaan

 

perusahaan.

 

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk

 

melaksanakan kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai yang

 

digunakan untuk kegiatan umum perusahaan (Mulyadi, 2001). Berdasarkan

 

pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan Sistem Akuntansi

 

Pengeluaran Kas adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk melaksanakan

 

pengeluaran kas baik dengan cek maupun uang tunai untuk kegiatan perusahaan.

 

Sistem Akuntansi pokok yang digunakan untuk melaksanakan pengeluaran kas yaitu

 

sistem akuntansi pengeluaran kas dengan cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas

 

dengan melalui dana kas kecil.

 

2.4.2 Fungsi yang Terkait dalam Sistem Pengeluaran Kas

 

Fungsi yang terkait pada sistem akuntansi pengeluaran kas pada dasarnya

 

pengeluaran kas dalam perusahaan yang tidak dapat dilakukan dengan cek,

 

dilaksanakan melalui uang tunai. Dalam pelakasanaannya melibatkan fungsi yang


15

 

 

 

terkait dalam Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas. Menurut Yusuf (2001) fungsi yang

 

terkait dalam hal ini adalah sebagai berikut:

 

1. Fungsi kas

 

Fungsi ini bertanggungjawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek

 

dan menyerahkan cek kepada pemegang dana kas kecil pada saat pembentukan

 

dana kas kecil dan pada saat pengisian kembali dana kas kecil.

 

2. Fungsi akuntansi

 

Dalam sistem dana kas kecil, fungsi akuntansi bertanggungjawab atas antara lain:

 

a. Pencatatan pengeluaran kas kecil yang menyangkut biaya danpersediaan.

 

b. Pencatatan transaksi pembetukan dana kas kecil.

 

c. Pencatatan pengisian kembali dana kas kecil dalam jurnalpengeluaran kas atau

 

register cek.

 

d. Pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam jurnalpengeluaran kas kecil.

 

e. Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas

 

dalam mengeluarkan cek sebesar yang tercantumdalam dokumen tersebut.

 

Fungsi ini juga bertanggungjawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan

 

dan keabsahan dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan

 

bukti kas keluar.

 

3. Fungsi pemegang dana kas kecil

 

Fungsi ini bertanggungjawab atas penyimpanan dana kas kecil, pengeluaran dana

 

kas kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk dan

 

permintaan pengisian kembali dana kas kecil.

 

4. Fungsi yang memerlukan pembayaran tunai


16

 

 

 

5. Fungsi pemeriksaan internal.

 

Fungsi ini bertanggungjawab atas penghitungan dana kas kecil secara periodik

 

dan pencocokan hasil perhitungannya dengan catatan kas. Fungsi ini juga

 

bertanggungjawab atas pemeriksaan secara mendadak terhadap saldo dana kas

 

kecil yang ada di tangan pemegang dana kas kecil.

 

2.4.3 Dokumen dan Catatan Akuntansi yang Digunakan Sistem Pengeluaran

 

Kas

 

Menurut Mulyadi (2001), bahwa catatan yang digunakan dalam Sistem Akuntansi

 

Pengeluaran Kas adalah sebagai berikut:

 

1. Jurnal Pengeluaran kas

 

Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam

 

pembentukan dana kas kecil dan dalam pengisian kembali dana kas kecil.

 

2. Register cek

 

Catatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang

 

dikeluarkan untuk pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil.

 

3. Jurnal Pengeluaran dana kas kecil

 

Untuk mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnal

 

khusus. Jurnal ini berfungsi sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul

 

akibat pengeluaran dana kas kecil.

 

2.5 Sistem Penerimaan Kas

 

2.5.1 .Pengertian Sistem Penerimaan Kas

 

Menurut Baridwan (2000), yang termasuk kas menurut pengertian akuntansi

 

aldalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan piutang, dan dapat


17

 

 

 

diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga

 

simpanan di bank atau tempat –tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu.

 

Sistem Penerimaan Kas adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut pola

 

terpadu untuk melaksanakan kegiatan penerimaan kas perusahaan. Penerimaan kas

 

perusahaan berasal dari 2 (dua) sumber utama yaitu penerimaan kas dari penjualan

 

tunai dan penerimaan kas dari piutang (Mulyadi, 2001).

 

2.5.2 Fungsi Yang Terkait Dalam Sistem Penerimaan Kas

 

Menurut Mulyadi (2001), Fungsi yang terkait sistem akuntansi penerimaan kas

 

terdiri dari.

 

1. Fungsi Penjualan

 

Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, fungsi ini bertanggung

 

jawab menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan

 

menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran

 

harga barang ke fungsi kas.

 

2. Fungsi Kas

 

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli. Fungsi ini

 

berada di tangan kasir.

 

3. Fungsi Akuntansi

 

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan, penerima kas,

 

dan pembuat laporan penjualan.

 

2.5.3 Dokumen dan Catatan yang Digunakan Sistem Penerimaan Kas

 

Menurut Mulyadi (2001), dokumen dan cacatan akuntansi yang digunakan dalam

 

sistem penerimaan kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut :


18

 

 

 

1. Faktur Penjualan

 

Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh

 

manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.

 

2. Bukti Penerimaan Kas

 

Dokumen ini berisikan jumlah kas yang diterima dari pelanggan.

 

3. Bukti Setor Bank

 

Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti

 

setor bank dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk

 

pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal

 

penerimaan kas.

 

Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penerimaan kas dari penjualan jasa

 

adalah.

 

1. Jurnal Penerimaan Kas

 

Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari

 

berbagai sumber, diantaranya dari penjualan jasa.

 

2. Jurnal Umum

 

Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat transaksi selain yang

 

dicatat dalam jurnal khusus

 

2.5.4 Prosedur Sistem Penerimaan Kas

 

Menurut Mulyadi (2001), jaringan yang membentuk system informasi akuntansi

 

penerimaan kas dari penjualan tunai adalah sebagai berikut.


19

 

 

 

1. Prosedur Penjualan

 

Fungsi penjualan menerima order dari pelanggan dan membuat faktur penjualan

 

tunai sebagai kemungkinan atas pengguna jasa melakukan pembayaran tarif jasa

 

ke fungsi kas.

 

2. Prosedur Penerimaan Kas

 

Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli

 

dan memberikan tanda pembayaran kepada pembeli untuk memungkinkan

 

pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi

 

pengiriman.

 

3. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai

 

Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan

 

tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas.

 

4. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank

 

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal

 

penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari bank melalui

 

fungsi kas.

 

5. Prosedur Pencatatan ke Buku Besar

 

Pada bagian jurnal akan memposting jurnal penerimaan kas ke buku besar.

 

2.6 Penelitian Terdahulu

 

Tabel. 1

Penelitian Terdahulu

No

Judul Penelitian

Variabel

Hasil

1

Kurniawan (2006)

Pengendalian Internal , penerimaan dan Pengeluaran kas

sistem pengendalian belum efektif karena ditemukan beberapa


20

 

 

 

 

 

 

kelemahan yaitu tidak ditemukan pemeriksaan terhadap dokumen, belum ada

pemeriksaan mendadak, belum

ada rotasi jabatan, belum ada satuan audit intern dan belum terdapat kebijakan

mengenai pengambilan cuti bagi yang berhak. secara negatif terhadap kinerja keuangan pada lembaga perkreditan desa (LPD) di kabupaten bandung. Sedangkan kepuasan kerja sebagai variabel interventing berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan lembaga pengkreditan desa (LPD) di tingkat Kabupaten Bandung yang berarti dengan tingginya kepuasan kerja maka akan meningkatkan kinerja perusahaan.

2

Pramudyanto (2007 )

Sistem Pengendalian Internal, pemebelian Bahan Baku

bahwa sistem pengendalian intern pada sistem pembelian

bahan baku tersebut sudah cukup baik, yaitu dengan adanya pemisahan fungsi, transaksi pembelian bahan baku

dilakukan oleh bagian yang berwenang, otorisasi dilakukan oleh bagian yang berwenang, setiap formulir telah bernomor


21

 

 

 

 

 

 

urut tercetak dan adanya training

(pelatihan), seleksi calon karyawan dan pembatasan usia maksimal (kategori

usia pegawai) untuk peningkatan kinerja.

3

Narviantoro (2008 )

Sistem Pengendalian Internal, Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas

sistem pengendalian intern pada perusahaan tersebut baik. Hal

ini dibuktikan dengan adanya unsur-unsur sistem pengendalian intern yaitu

adanya pemisahan fungsi, sistem otorisasi oleh fungsi yang berwenang,

transaksi dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh fungsi yang berbeda,

adanya pemeriksaan yang mendadak, dilakukan perputaran jabatan, adanya

satuan pengawas intern, dan penggunaan formulir bernomor urut tercetak.


22

 

 

 

 

 

2.7 Kerangka Teoritis

 

 

 

 

Penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam menunjang Pengeluran dan Penerimaan Kas

 

 

 

 

 

Pengeluaran Kas

 

Sistem Pengendalian Internal

 

Hotel Splendid ( Y )

 

Penerimaan Kas

 


 

 

 

BAB III

 

METODE PENELITIAN

 

 

 

 

 

3.1 Jenis Penelitian

 

Terdapat dua metoda penelitian, yaitu metoda penelitian kualitatif dan metoda

 

penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metoda penelitian kuantitatif.

 

Menurut Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah

 

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

 

hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan

 

menggunakan model matematis, teori dan hipotesis yang berkaitan dengan

 

fenomena alam.

 

Sedangkan menurut Danim (2002), mengemukakan bahwa penelitian

 

kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai. Dengan kata lain,

 

penelitian kuantitiatif sangat ketat menerapkan prinsip obyektivitas. Obyektivitas

 

diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telah di uji validitas dan

 

reliabilitasnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

 

penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003), metode deskriptif yaitu

 

metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau

 

fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian

 

menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya

 

diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat.

 

3.2 Populasi dan Sampel

 

Menurut Sugiyono (2010), mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah

 

generasasi terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik

 

 

23


24

 

 

 

tertentu. Populasi penelitian ini adalah karyawan Hotel Splendid Inn. Alasan

 

dipilihnya Hotel Splendid Inn sebagai tempat penelitian karena Hotel Splendid Inn

 

termasuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan merupakan salah satu Hotek

 

yang cukup lama di Kota Malang.

 

Untuk penentuan ukuran sampel dari suatu populasi, terdapat bermacam-

 

macam cara yang dikemukakan. Menurut Sugiyono (2010), sampel adalah sebagian

 

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik

 

pengambilan sampel yang digunakan adalah purprosive sampling. Purprosive

 

sampling adalah penelitian sampel secara tidak acak yang informasinya dapat

 

diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan

 

tujuan riset. Pada penelitian ini jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50

 

karyawan pada Hotel Splendid Inn. Adapun kriteria yang digunakan untuk

 

penentuan sampel adalah karyawan Hotel Splendid Inn yang pekerjaannya

 

berkaitan dibidang pengeluaran kas dan penerimaan kas.

 

Kriteria dalam pengambilan sampel sebagai berikut.

 

1. Kepala Bagian atau kepala seksi yang menjabat di bagian finance atau

 

mengetahui proses arus kas pada Hotel Splendid Malang .

 

2. Kepala bagian yang mempunyai pengalaman kerja minimal satu tahun

 

karena dimungkinkan selama satu tahun sudah memahami pengeluaran

 

yang biasa dibutuhkan di Hotel Splendid Malang.

 

3.3 Data Penelitian

 

3.3.1 Jenis Data

 

Jenis data yang diolah dalam penelitian ini adalah data ordinal, menurut

 

(Sulistyo & Basuki, 2006) skala ordinal menentukan posisi relatif dari objek atau


25

 

 

 

individual menyangkut dengan ciri tertentu tanpa ada implikasi terhadap jarak

 

antara masing-masing posisi. Setiap data ordinal memiliki tingkatan tertentu yang

 

dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai tertinggi atau sebaliknya. Namun

 

demikian, jarak atau rentang antar jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan

 

dengan datanominal, dataordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan. Analisis

 

yang dilakukan terhadap data yang diperoleh dari kuesioner yang dilakukan dengan

 

para kepala bagian atau karyawan didalam menjalankan penerimaan dan

 

pengeluaran kas. Data tersebut kemudian diolah dengan progrm IBM SPSS 20

 

untuk memberikan jawaban dari rumusan masalah yang ada.

 

3.3.2 Sumber Data

 

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer dan sekunder,

 

yaitu informasi yang diperoleh secara langsung dari hasil pengamatan lapangan,

 

data dokumentasi dari perusahaan dan narasumber yang berkompeten (indrianto &

 

supomo, 2012).

 

1. Data Primer Data yang diperoleh dari sumber data penelitian di lapangan. Data

 

penelitian ini diperoleh dengan metoda kuesioner yang disebar untuk para

 

karyawan atau kepala bagian hotel slendid

 

2. Data Sekunder

 

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber kedua atau sumber

 

sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder penelitian ini adalah literatur

 

yang dapat diperoleh dari studi kepustakaan. Pada penelitian ini data sekunder

 

diperoleh dari profil, visi dan misi perusahaan.


26

 

 

 

3.4 Metoda Pengumpulan Data

 

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,

 

metoda pengumpulan data yang digunakan yaitu penelitian lapangan. Penelitian

 

lapangan (Field Research) adalah data utama penelitian ini diperoleh melalui

 

penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama atau

 

data primer (indrianto & supomo,2012). Data primer yang merupakan persepsi

 

responden terhadap variabel-variabel yang digunakan. Untuk memperoleh

 

informasi dan data dari responden penulis menggunakan kuisioner dalam penelitian

 

ini. Menurut (Sugiyono, 2010), kuisioner merupakan teknik pengumpulan data

 

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada

 

responden guna memperoleh jawaban langsung mengenai pokok permasalahan

 

yang diteliti. Kuisioner yang diberikan berisi sejumlah pertanyaan yang telah

 

dibagikan manajer tingkat menengah dan bawah.

 

Dalam penelitian ini kuisioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama dalam

 

kuisioner akan berisikan pertanyaan-pertanyaan mengenai demografi dari para

 

responden. Bagian kedua merupakan kuisioner yang berisikan pertanyaan-

 

pertanyaan yang berkaitan dengan variabel penelitian.  Kuisioner tersebut

 

menggunakan metoda penilaian skala likert. Skala Likert digunakan untuk

 

mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

 

fenomena sosial (Sugiyono, 2010).

 

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

 

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolok ukur

 

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.

 

Penyebaran kuesioner mengenai Penerapan Sisitem Pengendalian Internal Dalam


27

 

 

 

Menunjang Sistem Pengeluaran Kas dan Penerimaan Kas Pada Hotel Splendid Inn

 

dengan kuesioner. Kuesioner diperoleh dari penelitian terdahulu yang dilakukan

 

oleh Kurniawan pda tahun 2006 yang meneliti dengan tema yang sama pada

 

perusahaan jasa disesuaikan oleh peneliti sesuai dengan nilai nilai dalam sektor

 

perhotelan. Kuesioner ini akan dibagikan kepada para kepala bagian dan karyawan

 

keuangan di Hotel Slendid dengan waktu pelaksanaan penyebaran kuesioner pada

 

bulan Oktober 2015. Jawaban dari responden tersebut akan diukur dengan

 

menggunakan skala likert, yaitu skala yang berdasarkan lima tingkatan jawaban.

 

Masing masing jawaban akan diberikan skor penelitian sebagai berikut:

 


A.        Skor 4 untuk jawaban B.        Skor 3 untuk jawaban C.        Skor 2 untuk jawaban

D.        Skor 1 untuk jawab


: Sangat Setuju (SS) : Setuju (S)

: Tidak Setuju (TS)

 

: Sangat Tidak Setuju (STS)


 

3.5 Variabel Operasional

 

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010), adalah sesuatu hal yang

 

berbentuk apasaja yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari sehingga diperoleh

 

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini,

 

variabel yang diteliti dikelompokkan menjadi dua variabel yakni variabel

 

independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini

 

adalah fokus pada pelanggan, obsesi kualitas, kerjasama tim, perbaikan yang

 

berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan dan perberdayaan

 

karyawan, komitmen organisasi, dan kesatuan tujuan variabel dependen dalam

 

penelitian ini adalah kinerja manajerial. Berikut ini akan diuarikan definisi dan

 

pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

 

1. Independen atau Variabel X


28

 

 

 

2. Dependen atau Variabel Y

 

 

3.6 Metoda Analisis Data

 

Teknik analisis data menggunakan statistik inferensial, uji kualitas data, uji

 

asumsi klasik dan uji hipotesis dengan program IBM SPSS 20 for Windows.

 

Menurut Sugiyono (2010), terdapat duateknik dalam menganalisisdata yaitu terdiri

 

dari statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik

 

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

 

yang telah terkumpul untuk membuat kesimpuan. Sedangkan statistik inferensial

 

adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya

 

diberlakukan untuk populasi.

 

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik inferensial

 

karena peneliti bermaksud untuk membuat kesimpulan di akhir penelitian. Statistik

 

inferensial terdiri dari dua, yaitu statistik parametris dan nonparametris. Menurut

 

Sugiyono (2010), statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi

 

melalui statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel, sedangkan

 

nonparametris digunakan untuk menganalisis data nominal dan ordinal. Penelitian

 

ini menggunakan statistik parametris karena menggunakan perhitungan statistik,

 

yaitu discretionary accrual dan menggunakan program untuk mengolah data ke

 

dalam bentuk stastistik dengan menggunakan SPSS 21.

 

3.6.1. Uji Kualitas Data

 

1. Uji Validitas

 

Uji validitas digunakan untuk mengukursah atau valid tidaknyasuatu kuesioner.

 

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

 

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian


29

 

 

 

validitas dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara

 

menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan pertanyaan.

 

Apabila Pearson Correlation yang didapat memiliki nilai di bawah 0,05 berarti

 

data yang diperoleh adalah valid (Ghozali, 2011).

 

2. Uji Reliabilitas

 

Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

 

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dalam pengujian reliabillitas ini,

 

peneliti menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan signifikansi yang

 

digunakan sebesar > 0,70 jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel > 0,70

 

maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran instrumen tersebut

 

memiliki reliabilitas yang memadai dan sebaliknya apabila nilai cronbach alpha

 

dari suatu variabel < 0,70 maka reliabilitasnya kurang memadai menurut (Ghozali,

 

2011).

 

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

 

3.6.2.1 Uji Normalitas

 

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

 

regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusinormal atau tidak

 

(Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini untuk mendeteksi normalitas data dilakukan

 

melalui analisis statistik yang dapat dilihat melalui Kolmogorov-Smirnov (K-S).

 

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut :

 

1. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen maka data

 

terdistribusi secara normal

 

2. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen maka data

 

tidak terdistribusi normal.


30

 

 

 

Grafik Normality Probability Plot. Dalam uji ini, ketentuan yang digunakan

 

adalah:

 

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

 

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis

 

diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

 

3.6.3.2 Uji Multikolonieritas

 

Uji Multikolonieritas Ghozali (2011), digunakan untuk mengetahui apakah ada

 

hubungan        korelasi            diantara           variabel            independen     pada    model  regresi.

 

Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel independen. Dalam

 

penelitian ini, uji multikolonieritas digunakan untuk menguji apakah ada korelasi

 

atau hubungan diantara variabel X terhadap Y di perusahaan jasa.

 

Uji multikolonieritas dalam penelitian ini dengan cara menganalisis matriks

 

korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai tolerance dan VIF. Nilai

 

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah

 

nilai tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF >10. Apabila nilai tolerance > 0,1

 

dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolonieritas pada persamaan regresi

 

penelitian (Ghozali, 2011). Alternatif mengatasi masalah multikoleniaritas sebagai

 

berikut.

 

1. Mengganti atau mengeluarkan variabel yang memunyai multikoleniaritas tinggi

 

2. Menambah jumlah observasi

 

3. Mentransformasikan data ke dalam bentuk lain: logaritma natural, akar kuadrat,

 

dan first difference delta.

 

3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas


31

 

 

 

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model

 

regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke

 

pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika varians dari residual dari satu

 

pengamatan kepengamatan yang laintetap, makadisebut homokedastisitas dan jika

 

varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda,

 

disebut heteroskedastisitas Salah satu cara untuk mengetahui terjadinya

 

heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linear berganda adalah dengan grafik

 

scatterplot dengan memplotkan nilai ZPRED(nilai prediksi) dengan SRESID (nilai

 

residual). Model yang baik jika tidak ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada

 

membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

 

menyempit).    Sebaliknya,      jika      membentuk     pola     tertentu            maka    terjadi

 

heteroskedastisitas.

 

Pengujian heteroskedastisitas yang lain, dapat digunakan yaitu menggunakan

 

metoda glejser. Uji glesjer dilakukan dengan meregresikan variabel bebas terhadap

 

nilai absolut residualnya (Gujarati, 2006). Rule of thumb Apabila nilat thitung>ttabel

 

atau nilai probabilitasnya <0,05 makamodel regresi mengalami heteroskedastisitas.

 

Sedangkan Apabila thitung< ttabel atau nilai probabilitasnya >0,05 maka model

 

regresi ini tidak mengalami heteroskedastisitas.

 

 

 

3. 7 Uji Hipotesis

 

Untuk mendapatkan jawaban dari suatu penelitian, maka perlu diadakan

 

pengujian terhadap hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara yang masih

 

bersifat praduga dan harus diuji kebenarannya. Untuk itu setiap hipotesis yang

 

terbentuk dalam penelitian ini perlu diujikebenarannya. Penelitian ini mengunakan


32

 

 

 

alat statistik regresi berganda dan tingkat signifikansi 5% (α=0,05), yang berarti

 

risiko kesalahan dalam menolak yang benar sebanyak 5% dan peluang penerimaan

 

hipotesis yang benar sekurang kurangnya 95%. Uji regresi ini dilakukan untuk

 

menjelaskan kekuatan dan arah pengaruh variabel independen terhadap variabel

 

dependen. Pendekatan regresi berganda digunakan dengan alasan bahwa metoda

 

ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap satu variabel dependen

 

dengan beberapa variabel independen. Model regresi berganda yang digunakan

 

untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

 

Y = a+b1X1+b2X2+ e

 

Keterangan

 

Y: Sistem Pengendalian Internal

 

X1: Pengeluaran Kas

 

X2: Penerimaan Kas

 

Berikut ini merupakan beberapa hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini.

 

Ho1; bi 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

 

(Penerimaan dan Pengeluaran kas) dan variabel dependen (SPI).

 

Ha1; bi > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (Penerimaan

 

dan Pengeluaran kas) dan variabel dependen (SPI).

 

 

Ho2; bi 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

 

(Pengeluaran) dan variabel dependen (SPI).

 

 

Ha2; bi > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

 

(Pengeluaran) dan variabel dependen (SPI).


33

 

 

 

Ho3; bi 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen

 

(Penerimaan) dan variabel dependen (SPI).

 

 

Ha3; bi >0 ; adapengaruh yang signifikan antaravariabel independen (Penerimaan)

 

dan variabel dependen (SPI).

 

 

3.7.1 Uji F

 

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel independen benar benar

 

mempengaruhi variabel dependen secara serentak atau tidak. Kriteria penerimaan

 

atau penolakan hipotesis dengan tingkat signifikansi 5% adalah sebagai berikut

 

Ghozali (2011).

 

A. Signifikansi F≤0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak

 

𝟐

2 Koefisien Determinasi (𝑹 )

Analisis ini pada intinya mengukur seberapa panta kemampuan variabel

2

2

dengan 1. Apabila 𝑅 kecil (mendekati 0) berarti kemampuan variabel independen

3.7.B. Signifikansi F≥0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

 

independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai 𝑅 s berkisar antar 0 sampai untuk menjelaskan variabel dependen terbatas. Sebaliknya jika nilai 𝑅2 mendekati 1 berarti variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan utnuk

 

memprediksi variasi variabel terkait (Ghozali, 2011)

 

3.7.3 Uji t

 

Uji untuk melihat pengaruh masing-masing variabel, maka dilakukan uji t. Uji

 

t yang menyatakan pengaruh suatu variabel independen secara individu atas

 

variabel dependen. Uji t digunakan untuk mengetahui adatidaknya pengaruh secara

 

linier antara variabel independen dan variabel dependen. Kriteria Hipotesis

 

(Ghozali, 2011).


34

 

 

 

a.         Jika nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti bahwa

 

terdapat hubungan antara variabel total quality manahement dengan kinerja

 

manajerial.

 

b.         Jika nilai t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini berarti bahwa

 

tidak terdapat hubungan antara variabel total quality manahement dengan

 

kinerja manajerial.

 

3.7.4 Uji Korelasi (r)

 

Pengujian ini digunakan untuk mengukur presentasi variabel bebas secara

 

masing masing terhadap variabel dependen. Nilai uji r dapat dilihat pada tabel nilai

 

standrdized coefficient. Nilai berkisar antara 0-1(0< r parsial < 1). Bila r parsial=0,

 

menunjukkan tidak adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel dependen,

 

bila r parsial semakin mendekati 1 menunjukkan semakin kuat pengaruh variabel

 

bebas terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011).


 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Arens & Loebbecke. 2000. Auditing. Salemba Empat. Jakarta.

 

Baridwan. 1992. Intermediate Accounting. Yogyakarta : BPFE.

 

Danim. 2002. Menjadi Peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

 

Fadjriya. 2009. Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Penerimaan Kas dari Pembayaran Rekening Berjalan Pada PT PLN Presero UPJ Sumberlawang. Skripsi. Surakarta: Fakultass Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

 

Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

 

Gujarati. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga.

 

Indriantoro & Supomo. 2002. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit BPFE Yogyakarta

 

Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.

 

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.

 

Nawawi, H. Hadari. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada UniversityPress.

 

Romney. 2004. Accounting Information System. Jakarta : Salemba Empat.

 

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian, pendekatan Kualitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

 

Sulistyo & Basuki. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra

 

Susanto. 2008. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Gramedia.

 

Yusuf. 2001. Dasar-dasar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

 

Kieso & Weygandt. 2008. Intermediate Accounting. Jakarta: Erlangga.

 

v

Tidak ada komentar: