Senin, 09 Januari 2023

PERBANDINGAN MEDIA PEMBELAJARAN OFFLINE DAN ONLINE PADA REMAJA

 ROSALINA MARTEKA SIDARTA & DANIEL SUGAMA STEPHANUS

PERKULIAHAN METEDOLOGI PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MA CHUNG  - KABUPATEN MALANG

2014

 

1.       PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membaca merupakan salah satu keterampilan untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Kebiasaan membaca ini dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan dengan cara sering berlatih setiap hari. Belajar merupakan suatu proses membaca yang berkelanjutan dan terjadi secara terus-menerus untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan berpikir, dan penyesuaian tingkah laku seseorang terhadap hal-hal baru. Dengan belajar, seseorang dapat menemukan hal-hal yang tidak ia ketahui dan dapat dimanfaatkan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi merupakan salah satu bentuk pendorong dalam kegiatan belajar, dengan adanya motivasi maka seseorang dapat terdorong untuk belajar, dan sebaliknya dengan kurang adanya motivasi maka akan melemahkan semangat belajar seseorang. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar karena tanpa motivasi maka proses belajar tidak akan tercapai dengan maksimal.

Di negara berkembang membaca dimanfaatkan untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau perguruan tinggi. Untuk menunjang pengetahuan dalam proses belajar telah disediakan berbagai macam buku pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Buku merupakan media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas-batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku, semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Oleh karena itu buku disebut sebagai jendela dunia.

Di negara-negara maju, masyarakat telah sadar dengan sendirinya akan pentingnya budaya membaca buku untuk mendapatkan sebuah informasi. Namun lain halnya di Indonesia, anak Indonesia memiliki kecenderungan jauh daripada hal itu. Budaya membaca dan menulis terus tersisihkan oleh banyaknya tawaran teknologi digital dan audio visual yang jauh lebih menarik. Belum lagi, tuntutan belajar yang dibebankan kepada anak sehingga membuat mereka merasa malas. Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, tetapi hampir di seluruh tingkatan kemasyarakatan.

Belajar tidak hanya dilihat dari apa yang dibaca, tetapi belajar juga dapat dilihat dari audio visual. Kebiasaan membaca dan menulis masih belum berkembang dengan sepenuhnya pada anggota-anggota masyarakat, khususnya bagi kalangan pelajar. Kecenderungan mendapatkan informasi yang lebih instan dan juga melalui percakapan (dengan lisan) tampaknya masih lebih kuat daripada melalui bacaan (dengan tulisan). Kecenderungan ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa minat baca dan kebiasaan membaca di kalangan remaja relatif masih lemah yang menyebabkan banyak orang yang mempunyai kemampuan membaca bagus namun tidak menerapkan atau dengan kata lain malas untuk membaca.

Dari majalah tempo tahun 2011 disebutkan bahwa kemampuan membaca dan menghubungkan satu atau banyak informasi, baik yang bertalian maupun bertentangan, lebih dari 50 persen siswa Indonesia berada pada level ke-2. Adapun kemampuan menafsirkan dan memadukan informasi skor hanya 399 atau peringkat ke-56 dari 65 negara. Tingkat kemampuan memadukan atau menginterpretasikan informasi bahkan lebih parah. Pada tahun 2012 (dari majalah Tempo 12 Januari 2012) dikabarkan bahwa persentase minat baca remaja Indonesia hanya sebesar 0,01 persen, artinya dalam 10.000 orang hanya 1 orang saja yang memiliki minat baca, jadi betapa rendahnya minat baca remaja Indonesia pada tahun 2012.

Di Indonesia, penelitian dalam bidang membaca belum begitu banyak dilakukan. Oleh karena itu, teori membaca juga belum banyak dikembangkan. Kebiasaan membaca pada masyarakat umum juga rendah. Salah satu indikatornya adalah jumlah buku dan surat kabar yang dikonsumsi oleh masyarakat. Menurut Syafik Umar dalam harian Pikiran Rakyat (2004), “Idealnya setiap surat kabar dikonsumsi sepuluh orang, tetapi di Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang mengkonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan di Sri Lanka angkanya 1:38 yang artinya dalam soal membaca, masyarakat kita kalah dibandingkan dengan masyarakat negara berkembang lainnya seperti Filipina dan bahkan dengan masyarakat negara belum maju seperti Sri Lanka”. Secara langsung maupun tidak langsung kebiasaan membaca menjadi salah satu indikator kualitas bangsa. Angka melek huruf di Indonesia relatif belum tinggi, yaitu 88 persen. Di negara maju seperti Jepang angkanya sudah mencapai 99 persen.

Pada era modern ini, teknologi sudah sangat berkembang dan dapat diakses melalui internet. Dengan mudahnya akses yang ada maka tidak hanya orang dewasa saja yang dapat menggunakan, melainkan remaja bahkan anak kecil pun dapat menggunakan. Semakin canggih teknologi, semakin banyak pula peminatnya.

Dari detik.com (diakses pada tanggal 5 November 2014) disebutkan bahwa berdasarkan penelitian pengguna smartphone, penggunaan di Indonesia terus meningkat dan berada di peringkat kelima dalam daftar pengguna smartphone terbesar di dunia. Dari adanya media online yang ada diharapkan agar prestasi belajar remaja meningkat, namun ternyata hal ini berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan dimana efek yang didapat bahwa media online adalah tempat tumbuhnya kemalasan dan kesia-siaan pada remaja. Sekarang anak tingkat sekolah dasar pun sudah mengenal handphone karena sekarang handphone tidak lagi menjadi barang mewah yang hanya bisa dimiliki kalangan tertentu saja, melainkan sekarang seringkali anak remaja disibukkan dengan otak-atik ponsel, bermain di jejaring sosial, game atau fitur-fitur lainnya yang ada pada gadget mereka masing-masing.    

Dengan adanya gadget bisa menumbuhkan penyakit yang menghilangkan gairah baca remaja. Di Indonesia, game online sudah digemari dan didominasi oleh kelompok umur muda atau remaja, dan penggunaan game di facebook dan di situs-situs lain secara terus-menerus dan berlebih adalah sumber kemalasan membaca dan menulis. Remaja memanfaatkan facebook bukan untuk membaca atau menulis sesuatu yang bermanfaat, melainkan sibuk pada kolom komentar dan chat, serta update status juga bukan tulisan dan untuk sesuatu yang bermanfaat. Akan tetapi, di satu sisi justru membuka terobosan baru dalam menumbuhkan minat baca dan menulis pada para remaja.

 Kebaikan dari teknologi mewadahi potensi baca tulis, terlihat dari lahirnya blogger-blogger muda dari kalangan pelajar baik tingkat Sekolah Menengah hingga pemuda di Perguruan Tinggi, mulai blog guru Sekolah Dasar hingga blog dosen perguruan tinggi, dan masih banyak lagi. Remaja bisa memiliki karakteristik tumbuh bersama website, blog, dan media sosial. Mereka juga memiliki kemampuan tinggi dalam mengakses dan mengakomodasi informasi, serta memiliki kemampuan lebih dalam pengembangan diri pada teknologi tinggi. Mereka memiliki potensi yang lebih banyak lagi yang beragam sehingga dapat membuat mereka lebih cerdas dan meningkatkan prestasi belajar. Remaja bisa mendapatkan manfaat positif dari adanya media pembelajaran online apabila memiliki sebuah pemahaman tentang manfaat dan potensi dari teknologi itu sendiri, serta pengaturan waktu yang baik dalam menggunakannya.

Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan terus ditingkatkan. Tidak hanya dibutuhkan karyawan kantor atau pekerja lainnya, sekarang internet juga dibutuhkan dalam pendidikan. Jadi, tidak hanya dengan membaca buku maka dapat mengolah dan mendapatkan informasi, internet pun bisa bahkan lebih meluas dari buku. Dari tahun ke tahun, internet semakin meluas hingga ke berbagai negara. Pencarian informasi melalui internet pun lebih cepat dan lebih mudah dilakukan. Oleh karena itu, pelajar dapat menggunakannya kapan dan dimana saja. Dengan akses internet diharapkan prestasi belajar dapat semakin baik karena informasi yang disediakan begitu luas. Untuk memperoleh pengetahuan, pelajar memiliki cara sendiri untuk memperoleh pengetahuan disekolah. Menghadapi jaman yang semakin berkembang yang merupakan abad teknologi dan informasi, remaja dituntut untuk memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, sikap kritis serta kesiapan untuk bersaing secara kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan.

Dengan adanya media pembelajaran yang dapat dengan mudah didapatkan dan diakses maka akan mempengaruhi dan mendorong minat baca remaja. Remaja akan memiliki minat baca yang kuat dengan diwujudkannya tindakan untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian membacanya sendiri, sehingga akan disertai dengan perasaan senang dan perhatian terhadap membaca, dan berusaha memperoleh informasi yang akurat dan sebanyak-banyaknya. Remaja yang memiliki minat baca tinggi maka ia akan dapat semakin memahami bacaan dengan baik, sehingga ada hubungan yang positif antara media pembelajaran mempengaruhi minat baca dengan minat baca yang mempengaruhi kemampuan memahami bacaan pada remaja.

1.2 Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menemukan rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:

Apa pengaruh media offline dan online terhadap minat baca remaja?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai penulis melalui penulisan laporan penelitian yang berjudul “Perbandingan Media Pembelajaran Offline dan Online Pada Remaja” yaitu:

Untuk mengetahui perbandingan pengaruh media online dan offline  terhadap minat baca remaja.

1.4  Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan didapatkan melalui laporan penelitian yang berjudul “Perbandingan Media Pembelajaran Offline dan Online Pada Remaja” yaitu:

Untuk mengetahui pengaruh perbandingan menggunakan media offline dan online dalam meningkatkan hasil belajar remaja.

 

2.       LANDASAN TEORI

2.1 Teori-teori

2.1.1  Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002:6). Secara umum media pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut Gagne (dalam Sadiman, 2002:6). Menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005) media pembelajaran merupakan bahan, alat atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.

Belajar adalah proses aktif dan konstruktif melalui suatu pengalaman dalam memperoleh informasi. Dalam proses aktif tersebut, media pembelajaran berperan sebagai salah satu sumber belajar bagi siswa, artinya melalui media peserta didik memperoleh pesan dan informasi sehingga membentuk pengetahuan baru pada siswa. Dalam batas tertentu, media dapat menggantikan fungsi guru sebagai sumber informasi atau pengetahuan bagi peserta didik. Media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan suatu komponen sistem pembelajaran yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, yang dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik (Nurseto 2011). Jadi, media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima  sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dan bermanfaat bagi siswa.

Media pembelajaran  sebagai alat bantu pembelajaran memiliki tujuan untuk  mempermudah proses pembelajaran di kelas, meningkatkan efisiensi proses pembelajaran, menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar, membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran merupakan bagian yang sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan  pembelajaran. Secara keseluruhan menurut, McKnow (Sihkabuden, 2005:19) media terdiri dari fungsi sebagai berikut:

1. Mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya dengan media pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis.

2.  Membangkitkan motivasi belajar.

3.  Memperjelas penyajian pesan dan informasi.

4.  Memberikan stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu.

Selain memiliki tujuan, media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran memiliki manfaat yaitu memberikan pedoman, dan arah untuk mencapai tujuan, menjelaskan struktur dan urutan pengajaran dengan baik, memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran, membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran serta meningkatkan kualitas pembelajaran. Manfaat media  pembelajaran bagi pembelajar yaitu meningkatkan motivasi dan variasi belajar, memberikan struktur materi dan inti informasi pelajaran, merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis, menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan, pelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar.

Pembelajaran sendiri adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran sendiri mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan fasilitas pembelajaran. Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik.

Manfaat media pembelajaran dapat disimpulkan yaitu media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas sehingga memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.

2.1.2  Minat Baca

Kebiasaan dan minat baca, menurut Rajab Bahry adalah salah satu masalah mendasar dalam kegiatan membaca yang sering diabaikan, padahal, kebiasaan dan minat membaca merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan membaca. Faktor yang menjadi pendorong atas bangkitnya minat baca ialah ketertarikan, kegemaran dan hobi membaca, dan pendorong tumbuhnya kebiasaan membaca adalah kemauan dan kemampuan membaca. Berseminya budaya baca adalah kebiasaan membaca, sedangkan kebiasan membaca terpelihara dengan tersedianya bahan bacaan yang baik, menarik, memadai, baik jenis jumlah maupun mutunya. Inilah sebuah formula yang ringkas untuk mengembangkan minat dan budaya baca.

Minat adalah suatu keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat baca berarti suatu keinginan atau kecenderungan hati yang tinggi terhadap bahan bacaan atau dengan kata lain minat baca berarti sebuah dorongan atau motivasi untuk membaca. Minat baca merupakan salah satu potensi yang dibutuhkan dalam kecakapan membaca, karena dengan adanya minat baca maka pembaca akan berusaha untuk menggali informasi yang ada pada sumber bacaan, namun demikian minat baca juga erat kaitannya dengan ketersediaan informasi yang dibutuhkan. Seseorang akan berminat membaca apabila bacaan yang tersedia dianggap bermanfaat bagi dirinya.

Ada dua macam minat yang dikenal secara umum yaitu pertama, minat spontan merupakan minat yang timbul dengan sendirinya. Disini minat tidak perlu dibangkitkan. Misalnya seorang anak-laki-laki secara spontan akan lebih berminat terhadap mainan mobil-mobilan daripada mainan boneka. Kedua, minat yang disengaja di mana minat yang timbul karena dibangkitkan. Misalnya seorang anak tidak berminat untuk membaca, maka perlu minatnya dibangkitkan dengan segala cara agar anak tersebut merasa berminat untuk membaca. Jika minat baca telah ada dan berkembang tanpa diperintah oleh siapa pun anak akan berusaha dan mencari sendiri bacaan yang diperlukan, anak akan mengembangkan rasa suka tersebut menjadi kebutuhan.

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya minat baca siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri. Sementara faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, baik dari lingkungan keluarga, tentangga maupun lingkungan sekolah. Faktor eksternal ini mempengaruhi adanya motivasi, kemauan, dan kecenderungan untuk selalu membaca.

Dalam rangka menumbuhkan minat membaca sebagai suatu kebiasaan pada siswa, maka proses terbentuknya kebiasaan membaca memakan waktu yang cukup lama, karena proses terbentuknya minat baca seseorang selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, juga secara khusus dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

1) Faktor sosiologis

Lingkungan rumah tangga dapat menjadi faktor pendorong dan penghambat timbulnya minat baca seseorang. Dengan tersedianya beberapa bahan bacaan dan berbagai tulisan dalam lingkungan rumah tangga akan merangsang daya visual dan motoris anak-anak untuk sekedar mengenali buku, dan untuk taraf selanjutnya akan tertarik untuk membacanya. Demikian halnya pada lingkungan sekolah dan suasana lingkungan sekolah yang kondusif akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan akan mendorong timbulnya minat baca siswa. Lingkungan masyarakat juga dapat mendorong terciptanya siswa gemar membaca, apabila masyarakat tersebut sudah terbiasa memanfaatkan kesempatan untuk membaca, misalnya pada saat menunggu di stasiun, bus dan sebagainya. Jika siswa berada pada lingkungan sekelompok masyarakat yang gemar membaca, maka siswa tersebut juga akan tertarik dan terbiasa untuk selalu membaca.

2) Faktor psikologis

Siswa dapat menemukan kebutuhan dasarnya melalui bahan bacaan jika topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan penyajiannya sesuai dengan karakter individu mereka. Berdasarkan faktor psikologis ini, maka setiap siswa memiliki kebutuhan dan kepentingan individual yang berbeda dengan siswa lain. Perbedaan itu akan berpengaruhi pilihan dan minat membaca individu, sehingga setiap individu memiliki bahan bacaan sesuai dengan karakter, minat dan kepentingannya sendiri.

Menurut Mudjito, kita dapat membedakan motivasi membaca ke dalam dua golongan, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Yang dimaksud dengan motivasi internal adalah motivasi yang berasal dari dalan diri seseorang. Sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi atau tenaga pendorong yang berasal dari luar seseorang. Motivasi internal diantaranya adalah:

1. Adanya kebutuhan. Karena adanya kebutuhan, maka seseorang didorong untuk membaca. Misalnya seorang anak ingin mengetahui isi cerita dari sebuah buku.

2. Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri. Seseorang mengatahui hasil-hasil atau prestasinya sendiri dari membaca, maka ia akan terdorong untuk membaca lebih banyak lagi. Misalnya anak yang telah membaca sebuah buku dan ia merasa mendapatkan sesuatu dari buku yang dibacanya, maka akan mendorong baginya untuk membaca lebih banyak lagi.

3. Adanya aspirasi atau cita-cita. Dari segi remaja, cita-cita akan menjadi lebih jelas dan tegas, misalnya cita-cita menjadi dokter, pilot, militer, dan lain-lain.

Sedangkan untuk motivasi eksternal diantaranya yaitu:

1. Hadiah. Hadiah adalah alat yang representatif dan bersifat positif. Hadiah telah menjadi alat motivasi bagi seseorang. Hadiah telah menjadikan seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu lebih giat lagi.

2. Hukuman. Hukuman dapat juga menjadi alat motivasi mempergiat seseorang untuk membaca. Seseorang yang mendapat hukuman karena kelalaian tidak mengerjakan tugas membaca, maka dia akan berusaha untuk memenuhi tugas membaca agar terhindar bahaya hukuman yang mungkin menimpa lagi.

3. Persaingan atau kompetisi. Persaingan merupakan dorongan untuk memperoleh kedudukan atau penghargaan. Kompetisi telah menjadi daya pendorong bagi seseorang untuk membaca lebih banyak.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Adapun tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dari buku atau bahan-bahan yang tertulis lainnya. Untuk memahami suatu mata pelajaran tertentu, maka siswa dituntut untuk belajar. Informasi yang mendukung dalam belajar adalah berupa bahan-bahan yang tertulis yang mengharuskan kegiatan membaca sehingga apa yang dibutuhkan dapat tercapai.

2.1.3 Media Online dan Offline

Media online adalah media yang terbit di dunia maya, istilah dunia maya pertama kali dikenalkan oleh William Gibson (1984/1994) dalam novelnya yang mengartikan dunia maya yaitu realita yang terhubung secara global, didukung komputer, berakses komputer, multidimensi, artificial, atau virtual (Severin dan James W. Tankard, 2005:445). Menurut Zabidina mengatakan bahwa media dapat diartikan dengan saluran atau alat, sedangkan online istilah bahasa dalam internet yang artinya sebuah informasi yang dapat diakses dimana saja selama ada jaringan internet. Seperti yang utarakan oleh Astri Lestari (2004) dan dikutip oleh Vini Winarti Halim (2006:26) yaitu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian media adalah semua peralatan yang dipergunakan orang untuk menyampaikan sesuatu, informasi, gagasan, atau ide kepada orang lain. Sedangkan pengertian online (dari bahasa Inggris dan terbentuk dari dua kata yaitu on dan line) adalah pada jalur atau garis. Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian media online adalah alat untuk menyampaikan informasi atau gagasan atau ide kepada khalayak melalui jalur atau garis yang dikenal dengan jaringan tanpa kabel. Dapat disimpulkan bahwa media online adalah media yang terbit di dunia maya yang tidak terbatas ruang dan waktu, sehingga dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, sejauh ada jaringan yang menghubungkan orang tersebut dengan internet. Media online ini sendiri memiliki beberapa manfaat, yaitu antara lain:

Internet sebagai media komunikasi, merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.

Media pertukaran data dengan menggunakan email, newsgroup, ftp, dan www (world wide web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.

Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat, menjadikan www sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.

Bisa digunakan sebagai lahan informasi untuk bidang pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain sehingga manusia tahu apa saja yang ada dan terjadi karena sangat mudah memperoleh informasi.

Media offline merupakan media cetak (berupa buku, koran, majalah atau dari media yang lain, akan melatih otak kita untuk memusatkan pikiran), dimana dengan membaca otak kita diajak untuk memperhatikan kata demi kata yang ada pada teks tersebut. Kalimat-kalimat yang menarik akan merangsang saraf otak kita untuk bekerja dan mengamati hal menarik tersebut. Manfaat membaca melalui media offline adalah sebagai berikut :

1. Membaca merupakan proses mental secara aktif. Membaca membuat seseorang menggunakan otak. Ketika membaca, seseorang akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang belum diketahui. Dalam proses ini, seseorang akan menggunakan sel abu-abu otak untuk berpikir dan menjadi semakin pintar.

2.            Membaca akan meningkatkan kosakata. Seseorang dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum diketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum diketahui.

3. Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus. Seseorang perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang dibaca untuk waktu yang cukup lama. Tidak seperti majalah, internet, atau email yang hanya berisi potongan kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita sehingga dibutuhkan konsentrasi untuk membaca.

4. Membangun kepercayaan diri. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri seseorang, jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Jika seseorang itu adalah seorang pembaca yang baik dicari orang-orang untuk mencari suatu jawaban, sehingga perasaan terhadap diri seseorang akan semakin baik.

5. Meningkatkan memori. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu seseorang meregangkan otot memori dengan cara yang sama. Membaca memerlukan ingatan terhadap detail, fakta, dan gambar pada suatu literatur, alur, tema, atau karakter cerita.

6. Meningkatkan kreativitas. Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri terhadap ide dan informasi baru, akan membantu perkembangan sisi kreatif otak, karena otak akan menyerap inovasi ke dalam proses berpikir.

Menurut Crow & Crow yang diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1994 : 353), mengemukakan bahwa minat membaca mempunyai hubungan yang kuat dengan dorongan untuk mencapai kebutuhan seseorang yang sesuai dengan keadaan yang ada pada orang tersebut. Kondisi inilah yang menyebabkan suatu gejala mengapa seseorang menaruh minat terhadap obyek tertentu. Pada tinjauan diatas telah dibahas tentang pengertian minat baca. Minat baca merupakan dorongan untuk mencapai kebutuhan yang disertai dengan adanya perhatian, konsentrasi serta perasaan senang dan akan meningkat setelah informasi tentang obyek atau suatu kegiatan diterima seseorang. Minat baca akan dicapai apabila sarana untuk membaca dapat terpenuhi. Bila diperhatikan secara jenih, maka perpustakan sesungguhnya mempunyai hubungan  terhadap minat baca siswa sebagai media offline dan internet atau media sosial lainnya seperti blog dan e-book sebagai media online.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini didukung dengan adanya penelitian terdahulu dimana penelitian yang berjudul “Model Pembelajaran untuk Mengembangkan Keterampilan Berfikir” oleh Hilda Karli, Jurnal Pendidikan Penabur-No.18/Tahun ke 11/Juni 2012 ini memiliki tujuan supaya guru dapat mengetahui dan menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk mengembangkan keterampilan berfikir. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Think Pair, Share, Fish Bone, Diagram Venn, Positive Minus Interesting, dan Graphic Organizers. Hasil dari penelitian ini sendiri adalah guru mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir melalui berbagai mata pelajaran artinya guru bukan mengajarkan berpikir pada siswa (teaching of thinking) tetapi melalui pembelajaran siswa diajak  untuk berpikir. Penelitian terdahulu yang kedua adalah “Pengembangan Multimedia Pembelajaran Berbantuan Komputer “ oleh Husni Idris, Volume 5 Januari-Juni 2008. Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengungkapkan tahapan-tahapan dalam mengembangkan multimedia pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis dengan statistik deskriptif dengan teknik persentase dan kategorisasi melalui alat pengumpul data yang berupa kuesioner menggunakan skala Likert, dan hasil pre-test dan post-test yang dilakukan pada siswa, dihitung nilai rata-ratanya. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa Dengan adanya kemajuan teknologi, lambat laun akan mempengaruhi dunia pendidikan. Produk multimedia pembelajaran berbantuan komputer hasil pengembangan penelitian terbukti meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan penelitian lainnya adalah “Membuat Media Pembelajaran yang Menarik” oleh Tejo Nurseto, Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, April 2011 dimana tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pentingnya media dalam dunia pendidikan pada jaman sekarang ini. Metode yang digunakan adalah memisahkan dan mengklasifikasi media dalam kelompok melalui bentuk penyajian dan cara penyajian untuk mendapat suatu format klasifikasi. Hasil dari penelitian itu sendiri adalah menyatakan bahwa media pembelajaran adalah wahana penyalur pesan dan informasi belajar. Media pembelajaran yang dirancang secara baik akan sangat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang peneliti kemukakan sebagai landasan pengujian untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1: Terdapat banyak remaja yang lebih memilih belajar menggunakan media offline.

Ha2: Terdapat banyak remaja yang lebih memilih belajar menggunakan media online.

2.4 Rerangka Teori

Dari ketiga uraian teori yaitu peranan pada setiap teori sangatlah penting dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Media pembelajaran, minat baca, dan media online dan offline memiliki sebuah hubungan yang erat dalam sebuah proses pembelajaran. Dari uraian yang ada dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam proses belajar itu membutuhkan sebuah media pembelajaran yang dapat memotivasi dan mendukung seseorang dalam proses belajar. Dalam proses belajar, seseorang membutuhkan sebuah media belajar yang mampu membantu seseorang dalam proses belajar.

 

Text Box: Media PembelajaranText Box: Motivasi               

 

 

 

 

 

 

 

 


                                Tabel 1

 

 

 

 

 

3.       METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Bila dilihat dari tujuannya penelitian ini termasuk penelitian korelasi karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode kuantitatif mempunyai keunggulan dari sisi efisiensi. Analisis kuantitatif bekerja menggunakan sampel untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Selain dari sisi sampel, untuk hal-hal tertentu metode kuantitatif memberikan penjelasan yang lebih tepat terhadap fakta yang dihadapi. Bahkan pada penelitian tertentu memang harus menggunakan metode kuantitatif, alasannya karena metode ini sudah pasti. Apapun latar belakang bidang studi yang akan dijalankan, dapat menggunakan metode kuantitatif dengan baik, karena metode kuantitatif telah banyak digunakan secara luas pada bidang ilmu, seperti ilmu-ilmu teknik, ilmu-ilmu kesehatan, ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu pendidikan, dan psikologi.

Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Metode kuantitatif menyelidiki pengaruh dan hubungan antar variabel, menggunakan populasi dan sampel, menggunakan angka sebagai data lalu dianalisa, dan tingkat hasil yang signifikan melalui metode-metode seperti statistik.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit dari semua individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa SMA di Kota Malang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri keberadaan populasi yang sebenarnya.

Jumlah sampel yang diambil dalam penulisan ini adalah salah satu SMA di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan non probability sampling yaitu teknik Purposive Sampling atau yang disebut juga Judgmental Sampling. pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karena itu agar tidak sangat subjektif, peneliti harus memiliki latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (data yang akurat). Syarat-syarat menentukan sampel pada purposive sampling adalah penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat, pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi, dan yang terakhir adalah subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.

Alasan penulis menggunakan purposive sampling adalah karena sering banyak batasan yang menghalangi peneliti mengambil sampel secara random (acak). Sehingga jika menggunakan random sampling (sampel acak), akan menyulitkan peneliti. Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini tidak menggunakan data primer karena peneliti melalukan penyebaran kuesioner secara langsung terhadap siswa SMA di Kota Malang.

3.4 Metoda Analisis Data

Metoda analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana yaitu metode statistik yang berfungsi untuk menguji sejauh mana hubungan sebab akibat antara variabel faktor penyebab (X) terhadap variabel akibatnya. Faktor penyebab pada umumnya dilambangkan dengan X atau disebut juga dengan Predictor sedangkan Variabel Akibat dilambangkan dengan Y atau disebut juga dengan Response. Regresi Linear Sederhana atau sering disingkat dengan SLR (Simple Linear Regression) juga merupakan salah satu metode statistik yang dipergunakan dalam produksi untuk melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun kuantitas.

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model regresi yang menghasilkan estimator linier tidak bias terbaik dan memenuhi kaidah BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan pengujian gejala penyimpangan asumsi model klasik. Adapun  Uji Asumsi Klasik yang harus dipenuhi untuk mendapatkan model regresi yang baik antara lain adalah:

1. Normalitas

2. Multikolinieritas

3. Heteroskedastisitas

4. Autokorelasi

Dalam penelitian analisis regresi linier sederhana yang hanya memiliki 1 variabel X, maka uji asumsi multikolinieritas tidak perlu dilakukan, karena pada dasarnya uji multikolinieritas adalah menguji ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen (X). Jadi apabila kita hanya menggunakan 1 variabel independen (X), maka ini tidak perlu melakukan uji multikolinieritas.

Uji Normalitas.

Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya (Residual adalah selisih antara nilai duga (predicted value) dengan nilai pengamatan sebenarnya apabila data yang digunakan adalah data sampel).

Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Tidak ada metode yang paling baik atau paling tepat. Solusi adalah bahwa pengujian dengan metode grafik sering menimbulkan perbedaan persepsi di antara beberapa pengamat, sehingga penggunaan uji normalitas dengan uji statistik bebas dari keragu-raguan, meskipun tidak ada jaminan bahwa pengujian dengan uji statistik lebih baik dari pada pengujian dengan metode grafik.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi heteroskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot dengan memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t -1). Secara sederhana adalah bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya.

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section seperti pada kuesioner di mana pengukuran semua variabel dilakukan secara serempak pada saat yang bersamaan. Model regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia di mana periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi.

Model persamaan Regresi Linear Sederhana adalah seperti berikut ini :

Y = a + bX

Dimana:
Y=Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X=Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab (Independent)
a=konstanta
b = koefisien regresi (kemiringan); besaran Response yang ditimbulkan oleh Predictor.

Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus dibawah ini :

a=  (ΣYi)(ΣXi²)- (ΣXi)(ΣXiYi)
              n(ΣXi²) – (ΣXi

b=  n(ΣXiYi)–(ΣXi)(ΣYi)
         n(ΣXi²) – (ΣXi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan). Dari hasil analisis regresi dapat diketahui nilai t hitung. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

1.    Menentukan Hipotesis

Ho: Ada pengaruh secara signifikan antara media pembelajaran dengan minat baca.

Ha: Tidak ada pengaruh secara signifikan antara media pembelajaran dengan minat baca.

2.   Menentukan tingkat signifikansi.

Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian).

 

3.            Menentukan t hitung

Berdasarkan tabel diperoleh t hitung.

4.            Menentukan t tabel.

5.            Kriteria Pengujian.

Ho diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel.

Ho ditolak jika -thitung < -t tabel atau t hitung > t tabel.

6.            Membandingkan t hitung dengan t tabel

Nilai t hitung > t tabel, maka Ho ditolak.

Nilai t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

7.   Kesimpulan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Agustia, M. (2009). Peningkatan Minat Baca. Jurnal Pustaka Sriwijaya, 2.

Arikunto, S. (2014). Manajemen Penelitian. Bandung: Rineka Cipta.

Majelis. (2008). Pembinaan Perpustakaan dan Pembudayaan Kebiasaan Membaca. Jurnal Pustaka Sriwijaya Media Komunikasi antar Putakawan, 3.

Nurseto, T. (2011). Membuat Media Pembelajaran yang Menarik. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 8(1), 19-34.

Rajab, B. (2007). The Reading Habit and Interest of Blangkejeren Elementary School Pupils. Jurnal Ilmu-ilmu Sosial Bidang Pendidikan, 5.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudarman. (2007). Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif, 2, 68-73.

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

 

 

Tidak ada komentar: